21. Angry Sissy

60.4K 4.3K 716
                                    

AUDY

Arsal berengsek!

Kemana perginya lelaki itu setelah merengek untuk ikut makan siang bersamaku, hingga aku tidak jadi makan siang dengan Raisa* – teman SMA-ku – demi makan siang dengan makhluk sialan itu?

(*Baca : Duda Itu Mantanku di fizzo, GRATISSSS!!)

Well, meski nyatanya Raisa memang menentukan lokasi janjian kami ke agak jauh dan aku enggan menyanggupinya sih. Tadi Raisa memang ada urusan di dekat sini, tapi mendadak harus pergi ke Alam Sutera. Jarak BSD ke Alam Sutera kan lumayan jauh.

Namun, ini tetap salah Arsal! Jika tahu lelaki itu tidak kunjung datang, padahal aku sudah memesan makanan yang di requestnya, aku lebih baik naik taksi online dan pergi ke Alsut!

Aku berhenti mencoba menghubunginya sejak kali ke tiga teleponku tidak diangkat sama sekali. Kepalaku kini sedang sibuk menyusun rencana, apa yang akan aku lakukan saat lelaki itu menunjukkan batang hidungnya dengan wajah tak berdosa.

Mungkin aku akan menyiram kuah ramen yang masih mendidih ini ke wajahnya.

"Audy—"

Brak!

Sebuah suara yang memanggil namaku, membuatku seketika menggebrakan kedua sumpit yang semula aku gunakan pada meja.

Suara yang ditimbulkan cukup keras, mengingat tanganku turut bersinggungan dengan meja makan di restoran ini.

"Lo nggak tau cara baca jam, ya?"

Suaraku agak mengecil di akhir saat mengangkat kepalaku dan mendapati sosok Arsal yang tidak datang sendirian.

Sialan! Rupanya karena Nadira-Nadira ini Arsal jadi lama?

Aku tidak ada masalah dengan Nadira. Aku juga tidak terlalu peduli, mau Arsal cinta mampus sampai rela kayang atau salto atau terjun dari helikopter sekali pun, aku tidak masalah.

Namun, jika kebucinannya sudah merugikanku secara materi dan emosi, aku jelas sangat mempermasalahkan itu!

"Hai, Audy. Maaf banget ya, aku nggak tahu kalo Arsal udah ada janji sama kamu."

"Minta maaf doang nggak bikin energi gue balik, karena udah setengah jam nahan emosi gara-gara lo yang nggak dateng-dateng!"

Aku tidak memedulikan ucapan Nadira dan memilih untuk memaki Arsal lantaran kesal.

"I'm really sorry. Gue bener-bener nggak bermaksud buat bikin lo nunggu. Tadi ada urusan mendadak."

Halah! Siapa yang peduli dengan urusan mendadaknya, yang sudah bisa ditebak, pasti berurusan dengan wanita di sampingnya ini.

"Mending lo pindah meja, dari pada ramen gue pindah ke muka lo, ya!"

Arsal bergidik ngeri, saat tanganku bergerak untuk menggeretaknya agar menyingkir dari hadapanku selagi aku belum benar-benar menumpahkan ramen di atas kepalanya.

"Tapi ini makanan gue—"

"Ya, tetep lo bayar lah! Tuh, billnya. Bayar makanan gue sekalian!"

Aku melemparkan bill yang sempat aku pinta pada karyawan restoran, lantaran ingin memperhitungkan kerugianku lebih lanjut akibat ulah Arsal ini.

Arsal masih menatapku beberapa saat, yang aku balas dengan pelototan, menandakan bahwa aku sedang sangat marah padanya dan tidak perlu mencoba untuk membujukku.

Aku dapat menyaksikan Nadira yang berusaha menarik tangan Arsal untuk pergi dari meja yang aku tempati, hingga Arsal pun beranjak dari hadapanku.

Mereka tidak pindah restoran. Mereka hanya pindah meja, yang membuatku masih bisa melihat dua sosok itu bergandengan tanpa beban.

My Gorgeous Sissy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang