78. Tired

24.1K 2.5K 741
                                    

Follow instagramku untuk info seputar tulisanku : hildawardani_

Follow Arsal & Audy :
maudyaurelin
arsalgarafin

***

ARSAL

Sebuah mobil yang cukup asing tampak terparkir di halaman, saat mobilku baru saja memasuki rumah selepas pulang dari kantor.

Aku membuka kaca mobilku, lalu bertanya pada security yang tengah melintas.

"Itu mobil siapa, Pak?" tanyaku, seraya mengarahkan kepalaku pada mobil mercy putih yang terparkir tak jauh dari gerbang.

"Mobil temennya Mba Audy, Mas. Kalo nggak salah, tadi Neng Lunar sama pacarnya."

"Ohh, oke. Makasih ya, Pak."

Aku pun melanjutkan untuk memarkirkan mobilku, lalu saat bergegas untuk memasuki rumah.

Saat baru mencapai pintu, aku berpapasan dengan Lunar dan Sean yang baru saja keluar.

"Hai, Sal. Baru balik?" sapa Lunar yang selalu tersenyum ramah pada semua orang.

"Iya nih. Kalian habis ketemu Audy? Kok tumben, udah mau balik, padahal masih sore?"

Aku melirik jam tanganku, untuk memastikan bahwa waktu masih menunjukkan pukul delapan malam. Yang mana masih tergolong sore untuk teman-teman Audy yang biasanya bisa pulang lewat dari tengah malam saat main ke rumah kami.

"Cuma mampir bentar doang, nganterin titipan Audy."

"Emang Audy nitip apa?"

"Nitip vinyl karena tadi gue lagi di deket mbloc, terus entah apa yang dia pikirin sampe pengin beli vinyl dan playernya. Makin aneh aja ngidamnya Audy ya, Sal."

Aku mengangguk pelan, sambil berpikir kenapa Audy tidak mengatakan ini padaku?

"Sori ya, Lun. Jadi ngerepotin."

"Nggak repot kok, emang kebetulan juga gue habis dari sana."

"Thanks ya." Aku turut tersenyum ke arah Sean juga, yang membuatku menyesal di detik berikutnya saat mendengar ucapan lelaki itu.

"Gue juga denger curhatan lo ke Romeo. Sabar ya, Bro." Sean menepuk bahuku sok akrab.

"Lho, Arsal sekarang temenan sama Romeo? Emang curhat apa?" Lunar yang tampak terkejut turut menoleh pada Sean.

"Nanti aku ceritain."

"Nggak usah diceritain lagi!" potongku kesal.

Kenapa keluhan yang aku sampaikan ke Romeo malah menjadi rahasia umum begini? Sialan, seharusnya aku tidak mempercayai Romeo begitu saja. Apa jangan-jangan setiap chatku di screenshot dan dikirimkan pada grup geng mereka?

"Romeo tuh ngeshare chat gue ke grup lo pada, ya?" tuduhku kesal.

"Nggak kok. Kemarin pas lo chat Romeo, kita baru kelar sparing. Terus yaa, nggak sengaja kebaca anak-anak."

Sial, aku tidak akan bertanya apa pun lagi pada Romeo. Harusnya aku tahu, sejak awal Romeo memang berengsek.

Siapa yang dulu menghalangiku untuk menghadang pernyataan cinta Gibran yang norak itu? Yap. Lagi-lagi ulah Romeo.

"Lo kalo mau curhat ke gue juga boleh kok, Sal. Lebih aman dan terpercaya." Lunar menimpali.

Aku berdecak pelan. "Aman apanya, setiap detik lo bahas juga kan, Lun."

Aku mengingatkan Lunar perihal kejadian saat tak sengaja mengakui perasaanku pada Audy untuk pertama kalinya, yang malah dibahas terus-menerus setiap kali kami bertemu.

My Gorgeous Sissy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang