"Tangan dia tuh udah narik pipi gue dan yang satunya di pinggang gue, itu mukanya Gibran udah di depan muka gue banget! Napasnya aja berasa, Lun!"
Aku menceritakan dengan suara menggebu-gebu, kejadian gagal ciumanku dengan Gibran yang hanya tinggal sejengkal lagi.
"Terus, kenapa nggak jadi?"
"Nah, itu dia! Gue juga nggak ngerti! Kenapa nggak jadi? KENAPA?"
Curhatanku semakin histeris bercampur rasa frustrasi dengan sikap Gibran beberapa jam yang lalu.
Kini semuanya sudah kembali pada formasi kamar sejak awal. Aku sudah di dalam kamar lagi bersama Lunar dan Dion, setelah menikmati jagung bakar yang membuat hatiku malah semakin panas.
Aku dan Gibran tidak membahasnya sama sekali, lantaran sudah sibuk berkumpul dengan teman-temanku dalam aktivitas bakar membakar jagung.
"Kenapa nggak lo tarik aja dianya, terus cium duluan." Dion yang ikut menyimak ceritaku turut berkomentar.
"Gue masih shock lah! Boro-boro bisa mikir ke arah sana! Pas tahu Gibran nggak jadi cium gue, padahal mata gue aja udah merem, gue berasa dihempaskan gitu aja!"
"Gue juga pasti malu banget sih, Dy," kata Lunar.
"Iya, kan? Ini tuh masalahnya bukan gue yang nggak mau make a move duluan, tapi suasananya emang udah rusak pas Gibran langsung kayak orang dapet hidayah."
"Jangan-jangan dia belum pernah kissing?" tebak Dion.
"Masa sih? Kayaknya nggak mungkin deh." Lunar menyahut.
"Nggak mungkin! Lancar banget gitu tangannya dari bahu gue turun ke pinggang, dari cara startnya aja udah kelihatan kok."
"Tanya langsung aja nggak sih? Kenapa jadi tebak-tebakan gini?" Dion yang gemas dengan keresahanku pun putus asa mendengarnya.
"Nggak! Gue nggak mau! Gue malu." Aku langsung menolak ide Dion. "Gara-gara kejadian itu, gue jadi mikir yang lain nih."
"Apa?"
"Dia beneran tertarik sama gue nggak, sih? Atau cuma nyari relasi aja?"
"Ya ampun, nggak mungkin lah, Dy! Kalo dari awal dia nggak tertarik sama lo, terus ngapain sampai effort mau ikut liburan kita?"
"Terus ya kenapa? Cowok normal mana yang nggak mau ciuman, di saat momentnya udah pas kayak tadi?"
Lunar seketika terbatuk sambil menutupi mulutnya.
Aku dapat menangkap tatapan mata Lunar yang seketika menghindari kontak di antara kami yang sejak tadi sedang mengobrol.
Tangan Lunar kini terlihat menyentuh bibirnya, yang tak luput dari pandangan aku dan Dion.
"Oh, shit! Ternyata malah lo yang kissing sama Sean*?"
(Read : The Fault in Our Past ayurespati )
"Hah?"
Lunar terkejut saat aku seketika menyimpulkan gerak-geriknya.
"Kalian udah balikan?" Dion turut bertanya pada Lunar.
Mata Lunar melebar, ia buru-buru menggeleng.
"Eng... nggak."
"Nggak apa? Nggak balikan apa nggak ciuman?" cecarku.
Lunar berdecak pelan, lalu tampak menyerah untuk menyembunyikan sesuatu dari kami.
"Nggak balikan. Cuma tadi ... yaah nggak sengaja deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Sissy
Romance**CERITA MASIH LENGKAP** Audy membenci Arsal, si anak orang kaya berengsek yang pernah tidur dengannya, lalu muncul dengan wajah tak berdosa seraya menggandeng pacarnya yang ternyata adalah musuh Audy. Saat Audy ingin memusnahkan sosok Arsal dari p...