AUDY
Siapa sangka aku akan kembali lagi ke tempat ini, tapi dengan situasi yang berbeda dari satu tahun lalu, atau dua tahun? Entahlah, aku tidak terlalu ingat kapan tepatnya, saat aku dan Arsal ke bridal butik yang pernah mengira kami calon pengantin.
Sepertinya saat karyawan tersebut mengatakan hal itu, ada malaikat yang tengah melintas dan mencatat ucapannya, hingga membuat kami benar-benar kembali seolah mewujudkan ucapan si karyawan tersebut untuk menjadi calon pengantin.
"Atas nama Kak Maudy dan Kak Arsal?" ulang karyawan wanita yang berada di front desk butik ini.
"Iya, betul, Mbak." Arsal menyahut ramah. "Sekarang kita nikah beneran lho, Mba," lanjutnya, yang membuatku seketika memicing, memberikan tatapan aneh pada Arsal.
"Gimana, Mas?" karyawan tersebut tampak bingung dengan ucapan Arsal.
"Nggak usah didengerin, Mbak. Dia emang aneh!"
Aku langsung menyenggol lengan Arsal untuk agar ia tidak perlu membahas hal-hal anoying lainnya.
Kami pun mengikuti karyawan wanita itu untuk menuju fitting room.
"Kita harus terima kasih sama Mbaknya lho, Dy. Dia bisa memprediksi masa depan." Arsal masih membahas kejadian tadi.
"Emang lo inget muka mbak-mbak yang pernah ngira kita calon pengantin? Bisa aja karyawan yang waktu itu udah resign."
"Aku inget kok, waktu itu nggak sengaja lihat name tagnya. Dan yaa, beneran itu mbak-mbaknya."
Aku berdecak pelan, sekaligus menyadari bahwa aku kembali melupakan sebutan kami untuk satu sama lain yang sudah switch ke aku - kamu.
"Kamu lihat name tagnya, apa emang merhatiin dadanya?"
"Ya ampun, Sayang. Kapan sih kamu bisa positif thinking sama aku?"
"Satu-satunya yang bisa bikin aku positif, just your sperm!"
Arsal tertawa pelan mendengar ucapanku, lalu merangkulku untuk semakin merapat dengannya.
Wedding dress yang akan aku coba sudah disiapkan, begitu pun dengan suits Arsal.
Aku dibantu oleh beberapa karyawan yang ada di sini untuk menggunakan gaunku.
Gaun yang aku gunakan tidak jauh berbeda dengan pengantin-pengantin pada umumnya. Aku hanya memilih gaun yang ada di butik ini, tanpa meminta design khusus, lantaran waktu yang sudah mepet.
Beruntung ukuran perutku belum terlalu menyembul, mungkin karena perawakanku yang pada dasarnya agak kurus, jadi saat kehamilan memasuki bulan keempat begini pun masih belum nampak apa pun.
Memang biasanya saat usia kandungan berapa bulan sih, yang mulai terlihat? Sejujurnya, aku jadi tidak sabar ingin foto ala maternity shoot seperti para artis dan selebgram.
"Mbak, ini kayaknya agak—"
Aku dapat mendengar suara Arsal yang terhenti seiring dengan dibukanya tirai yang semula menjadi ruang ganti untukku.
Sosok Arsal yang sudah menggunakan suits berwarna biru dongker, dengan tangannya yang tengan menyentuh bagian ujung lengannya seraya hendak complain perihal suitsnya, kini justru malah terpana menatap ke arahku yang sudah menggunakan wedding dress ini.
"Wow, you look amazing."
Melihat reaksi Arsal yang tak berkedip, disusul dengan pujiannya barusan, refleks tanganku bergerak merapikan rambutdan berpaling ke arah lain. Oke, kini aku cukup salah tingkah saat mendengar pujian barusan.
"Hmm ... thanks," sahutku sekadarnya.
Aku pun melangkah dengan terburu untuk menuju cermin yang lebih besar dari yang ada di dalam tirai tadi, yang mana berada tepat di belakang Arsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Sissy
Romance**CERITA MASIH LENGKAP** Audy membenci Arsal, si anak orang kaya berengsek yang pernah tidur dengannya, lalu muncul dengan wajah tak berdosa seraya menggandeng pacarnya yang ternyata adalah musuh Audy. Saat Audy ingin memusnahkan sosok Arsal dari p...