Siapa yang menyangka bahwa mas-mas random yang membelikanku air mineral tempo hari, kini duduk di hadapanku sebagai kandidat calon pacar baruku.
Well, tidak salah aku menyebutnya begitu, bukan? Tujuanku datang ke tempat ini 'kan memang mencari pacar, aku sudah terang-terangan mengatakan demikian pada Lunar.
Teman-teman Sean adalah targetku, tapi jika dipersempit lagi, mas aqua ini juga tidak papa kok. Aku sudah langsung menyukainya meski kami baru berkenalan secara resmi beberapa menit yang lalu.
Love at the first sight? Halah, bullshit! Mana ada!
Keberadaan cinta saja di mataku masih abu-abu. Aku hanya tau sebatas ketertarikan fisik, kecocokan berbicara, lalu yang menentukan paling terakhir tentu kenyamanan saat bersama.
Masalah cinta dan perasaan berdebar seperti naik roller coaster sih tidak penting. Aku 'kan mau pacaran, bukan mau jantungan.
"Jadi kalian ketemu di GBK pas olahraga? Sejak kapan lo gemar olahraga, Dy?" Lunar masih tampak penasaran, setelah aku menceritakan pertemuan kami kala itu.
"Sejak diseret menemani kegalauan Arsal." Aku menjawab asal.
Lunar tertawa. "Galau kenapa sih kakak-kakakan lo itu? Galau mulu perasaan."
"Duh, banyak banget masalah hidup dia tuh. Lebih ke nyari-nyari masalah sih tepatnya," jawabku malas. "Nanti aja gue ceritain kapan-kapan."
"Kakak-kakakan gimana? Arsal tuh cowok yang bareng lo itu ya, Dy?" Gibran turut meninpali.
Aku mengangguk. "Iya, my step brother."
"Btw, lo kok tau nama gue?" Aku yang penasaran, akhirnya bertanya.
Gibran menggaruk tengkuknya yang sepertinya tidak gatal, ia terlihat kikuk dan kebingungan untuk menjawabnya.
Ya ampun, kalo lagi salting gini kok makin lucu.
"Nggak sengaja denger pas kakak lo manggil nama lo, terus jadi inget deh. Oh ... nama lo Audy."
"Kenapa kita nggak langsung kenalan aja ya pas itu?" Aku tertawa pelan, membayangkan interaksi kami saat itu.
"Tau lo, Gib! Nggak inisiatif banget! Interset sama cewek kok cuma hafalin namanya, ajak kenalan lah harusnya!" Suara dari Jace, sosok yang duduk di sebelah Gibran tampak menyela.
"Biar gue tebak deh, jangan bilang lo udah nyari semua username yang ada nama Audy di instagram?" Lelaki bernama Romeo yang juga bergabung di meja ini, turut menimpali.
"Nggak lah! Minimal gue tau nama lengkapnya, baru bisa stalking!" Gibran menyahut sewot pada temannya.
"Maudy Aurelin," ucapku kemudian.
Gibran langsung menoleh ke arahku, menatapku terkejut.
"Itu nama lengkap gue, kalo lo mau stalking." Aku menyahut santai.
Gibran tertawa pelan mendengar ucapanku, sambil tersenyum malu.
Teman-teman di sampingnya tampak ramai menggodanya.
Tak membutuhkan waktu lama, lelaki itu sudah memberikan ponselnya padaku, untuk mencatat nomor hapeku.
Pemilik kafe yang menyelenggarakan acara ini pun ikut berkumpul di meja kami. Sesuai dengan ucapan Lunar, lelaki bernama Darryl ini bergabung di meja kami bersama istrinya, yang kemudian aku ketahui bernama Brina.
Lelaki itu sempat bingung saat melihatku, yang mana satu-satunya orang yang tidak dia kenal bergabung di sini. Hingga Gibran dengan inisiatifnya menjelaskan.
"Audy ini temennya Lunar, temen kuliahnya Sean juga," kata Gibran.
Aku tersenyum pelan pada Darryl, seraya membenarkan ucapan Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Sissy
Romance**CERITA MASIH LENGKAP** Audy membenci Arsal, si anak orang kaya berengsek yang pernah tidur dengannya, lalu muncul dengan wajah tak berdosa seraya menggandeng pacarnya yang ternyata adalah musuh Audy. Saat Audy ingin memusnahkan sosok Arsal dari p...