48. Break Up

38.2K 3.3K 408
                                    

Arsal

Keadaanku berangsur pulih, meski belum sepenuhnya. Setelah dua minggu berada di rumah sakit, akhirnya aku sudah diizinkan pulang.

Tanganku masih di gips dan harus kontrol beberapa kali ke rumah sakit sampai benar-benar dinyatakan sembuh.

Audy bekerja dari rumah sakit selama aku dirawat. Audy dan teman-temannya sangat membantuku selama di rumah sakit. Setiap harinya, teman-teman Audy selalu saja berdatangan untuk menemani wanita itu.

Dari mulai membawakan makanan, membawa kebutuhan aku atau pun Audy, atau hanya untuk sekadar berkumpul di sana dan membuat kamar rawatku menjadi ramai.

Aku kembali hidup berkat Audy.

"Lo masuk kerja lagi kapan?" Tanya Audy, saat menaruh beberapa barang di kamarku, dibantu dengan Mbak Kani yang turut merapikannya.

"Kayaknya minggu depan, sambil pake gips kayak gini."

"Lo nggak minta libur?"

"Nggak deh, capek juga tiduran mulu. Kayaknya orang-orang juga ada yang beraktivitas sambil di gips. Gue akan membiasakan diri kayak orang-orang."

Audy berdecak pelan mendengar ucapanku.

"Iya, orang-orang juga kejepit pintu nggak ada yang mikir bakal diamputasi kayak lo!"

Aku tersenyum pelan menanggapi ucapan Audy, tapi kejadian terjepit pintu tempo hari itu memang sakit kok.

Aku mengambil bantal yang ada di sampingku, untuk menumpuknya agar posisi tidurku lebih nyaman lantaran tanganku yang masih belum pulih.

Audy yang melihat hal tersebut segera membantuku untuk menyusun bantal tersebut.

"Thanks," ucapku. "Abis ini lo istirahat aja, nanti kalo gue perlu apa-apa bisa minta tolong ke Mbak Kani atau yang lainnya."

"Oke, lo chat gue aja kalo Mbak-Mbak lagi pada sibuk ngerjain tugas lain."

Aku mengangguk pelan.

Audy pun keluar dari kamarku.

Hubunganku dengan Audy memang sering diwarnai pertikaian. Aku sempat merasa bahwa terkadang Audy membenciku, untuk beberapa hal aku memang merasa bahwa aku cukup menyebalkan.

Entah ini bagian dari sikap pedulinya karena sudah menganggapku sebagai teman atau keluarga, aku tetap bersyukur karena sosok itu adalah Audy.

***

Hari-hari rebahanku di dalam kamar mulai terasa membosankan. Sesekali aku melakukan olahraga ringan yang masih bisa aku lakukan, untuk mengisi waktuku yang sangat luang ini.

Sialnya, dalam waktu luangku yang kelewat banyak, aku justru mendapati pesan masuk beruntun di ponselku.

Nadira : Kamu udah pulang ke rumah?

Nadira : Aku ke rumah kamu ya?

Nadira : Sal, we need to talk about us

Aku mendengus pelan membaca pesan dari Nadira yang tidak sengaja terbuka olehku.

Apa lagi yang mau dibahas? Berita bahagia tentang kehamilannya?

Hubungan ini sudah terlalu kacau. Aku tidak bisa lagi melanjutkannya, tapi setidaknya aku menunggu hingga kondisiku benar-benar pulih untuk menemui Nadira dan mengakhiri semua ini.

Pesan masuk dari Nadira datang lagi, kali ini berisi sebuah foto yang dikirimnya. Foto apalagi ini? Hasil USG?

Nadira :

My Gorgeous Sissy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang