AUDY
"Dy, kayaknya Gibran mau ngelamar lo deh."
Ucapan Lunar kontan membuatku menoleh ke arahnya yang tengah menatap ponsel di tangannya itu.
Saat ini, kami sedang berada di ruang tamu rumahku, yang kembali menjadi basecamp tempat teman-temanku berkumpul. Meski tidak sebesar rumah Arsal, tapi tak dapat dipungkiri, aku lebih merasa nyaman membiarkan teman-temanku berkumpul di rumah ini alih-alih di rumah Arsal.
Aku pernah mengatakannya, kan? Bahwa aku cukup segan dengan kehadiran Papanya Arsal. Sebelum memastikan bahwa Om Ardio benar-benar sedang tidak di rumah, aku tidak akan mengizinkan teman-temanku main.
Marsha yang duduk di sebelah Lunar memilih langsung mengintip tampilan layar di ponsel Lunar yang membuat Lunar memiliki teori seperti barusan.
"Masa sih? Lo tau dari mana?"
"Oh, lo udah baikan sama Sean?"
Fokus Marsha justru teralihkan, yang semula berniat untuk mengetahui alasan Lunar mengatakan bahwa aku akan dilamar Gibran, justru kini beralih pada Lunar.
Berarti kemungkinan besar, yang ditemukan Marsha di ponsel Lunar adalah obrolan wanita itu dengan mantan kekasihnya.
For your information, beberapa waktu yang lalu Lunar sempat ribut dengan Sean. Aku juga baru tau di hari ulang tahun Gibran dan melihat keributan mereka dari kejauhan. Lunar baru bercerita setelahnya terkait masalahnya dengan Sean.
"Duh, bukan itu pointnya!" protes Lunar. "Tapi isi chat Sean yang bilang kalo Gibran minta rekomendasi toko perhiasan di grup. Soalnya di grup mereka 'kan ada dua orang yang udah nikah."
"Mau beli perhiasan buat nyokapnya kali, Lun. Masa iya, kita baru pacaran sebulan lebih, gue udah mau dilamar sih. Seinget gue juga kita nggak pernah bahas ke arah sana."
"Tapi nanyain cincin, Dy."
"Lho, emang nggak boleh beliin nyokap cincin?"
"Kalo ternyata beneran mau lamar lo, gimana, Dy?"
"Gimana, ya? Kalo dilamar tuh nggak harus langsung nikah, kan? Gue belum ada rencana buat nikah tahun ini sih."
"Kayaknya tergantung kesepakatan kalian aja sih maunya gimana," kata Dion, yang sibuk menghabiskan mac n cheese yang tadi aku pesan karena mendadak menginginkannya, tapi baru makan beberapa suap, aku sudah tidak berselera.
"Tapi kayaknya nggak mungkin sih, gue aja belum pernah ketemu keluarganya Gibran."
Tak lama ponselku berdenting pelan, menandakan ada pesan masuk. Dari Gibran, tepat sekali, jika aku pikir-pikir pesan Gibran ini selalu muncul setiap kali kami membahasnya.
Gibran : Dy, kamu minggu ini ada acara, nggak?
Aku berpikir sebentar, mengingat jadwalku minggu ini.
Audy : Kayaknya sih belum ada. Emang kenapa?
Gibran : Ada makan malam keluarga gitu di rumahku karena kakakku yang stay di Boston lagi pulang
Gibran : Ibu minta aku ajak kamu
"Ya ampun! Kayaknya bener deh Gibran mau ngelamar gue!"
Aku berteriak heboh, tanpa memalas pesanku pada Gibran terlebih dahulu.
Teman-temanku seketika menoleh.
"Hah? Kenapa? Gibran barusan chat lo?" tanya Marsha.
"Iya, dia ngajak gue ketemu keluarganya. Katanya sih cuma makan malam biasa. Tapi semua keluarganya bakal ngumpul, berarti gue bakalan dikenalin ke keluarganya, nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Sissy
Romance**CERITA MASIH LENGKAP** Audy membenci Arsal, si anak orang kaya berengsek yang pernah tidur dengannya, lalu muncul dengan wajah tak berdosa seraya menggandeng pacarnya yang ternyata adalah musuh Audy. Saat Audy ingin memusnahkan sosok Arsal dari p...