56. Let It Go

33.9K 3.4K 435
                                    

Haloo, gimana lebarannya?

Minal Aidzin wal faidzin yaa, mohon maaf lahir batin kalo aku updatenya sering ngaret hehe

Kemarin gajadi update malam takbiran, karena ternyata susah fokus di kampung guys. Rame banget. Ini aku baru bisa ngetik lagi setelah balik ke rumah.

Oiya? THR nya gimana? Banyak gaa?

Yuk yg THR nya masih banyak, bisa beli novel Win-Win Solution yang lagi diskon ini! Kapan lagi novel mahal ini jadi semurah ini? Kalian juga bisa langsung beli booklet extra partnya di toko ini ya. Linknya ada di bio aku

 Linknya ada di bio aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

ARSAL

Nadira : Kamu baca chat aku, tapi gamau bales sama sekali?

Nadira : Kamu sengaja kayak gini ya, Sal?

Nadira: Kamu ga mikir, apa aja yg udah aku korbanin demi ambil keputusan kayak gini?

Nadira : Arsal! Jangan diemin aku kayak gini!

Nadira : Sesibuk itu ya kamu kabur sama Audy? Kamu bahkan ga berjuang apa-apa buat hubungan kita, Sal!

Nadira : Aku capek sendirian di sini. Trus kamu malah pergi gitu aja!

Rentetan pesan dari Nadira kembali mengisi notifikasi ponselku.

Aku mendengus sebal membaca semua itu. Aku membacanya setiap hari, setiap kali pesan itu masuk aku memilih untuk langsung membacanya. Pesan demi pesan yang masuk, berisi celotehan Nadira yang terlihat paling frustrasi atas kandasnya hubungan kami sukses membuatku muak.

Audy sudah tidur karena kelelahan, mengingat aktivitas akhir pekan kami yang cukup padat sejak kemarin. Aku yang tidak ingin mengganggu tidur Audy memilih untuk keluar kamar untuk meredakan emosiku pasca membaca pesan dari Nadira.

Aku benci membaca setiap pesan masuk yang berisi informasi betapa menderitanya Nadira saat ini. Aku benci melihat Nadira berlagak menjadi pihak paling menderita, seolah aku di sini tidak cukup tersiksa.

Aku berjalan menuju dapur, lalu membuka lemari di atasnya untuk mengambil beberapa botol whisky yang aku simpan di sana.

Lampu di living room sudah dimatikan. Aku membiarkan ruangan ini tetap gelap selagi aku menghempaskan diri ke salah satu sofa untuk menikmati minuman ini.

Ponselku bergetar panjang, menandakan ada panggilan masuk. Nama Nadira terpampang di layar ponselku.

Pukul satu malam. Apa yang sebenarnya ada di kepala Nadira untuk terus melanjutkan semua ini?

Aku memilih untuk mematikan ponsel, lalu menimbunnya dengan bantal yang ada di sofa ini selagi aku fokus untuk menikmati minumanku.

Salah satu pintu kamar yang ada di villa ini terbuka. Sosok Raisa keluar dari sana sambil berjalan menuju kitchen set yang menyatu dengan ruangan ini.

My Gorgeous Sissy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang