AUDY
Pengumuman! Aku resmi berpacaran dengan Gibran!
Siapa yang menyangka hal itu akan terjadi di saat aku sudah tidak berharap sama sekali?
Sejujurnya, aku juga terkejut dengan serangkaian kejadian yang terjadi di malam ulang tahun Gibran, terlebih sejak Gibran memanggil namaku untuk potongan kue pertamanya, diiringi pernyataan cintanya yang manis itu.
Sejujurnya lagi, aku tidak terlalu menyukai caranya menyatakan perasaan di depan banyak orang seperti kemarin. Aku sempat bingung untuk beberapa saat, terlebih saat semua mata mengarah padaku.
Saat aku berdiri di depan menerima potongan kue dari Gibran, diiringin pernyataan cintanya yang menggemparkan itu, aku berusaha memproses perasaan dan keinginanku secepat kilat.
Maksudku, bukan kah seharusnya aku berpikir dulu? Apa aku masih menyukainya? Apa aku masih menginginkannya? Namun, aku juga tidak tega jika harus menolaknya di depan banyak orang. Hal tersebut tentu akan menjadi hal paling memalukan yang mungkin akan diingat Gibran seumur hidup.
Aku pernah menginginkan Gibran untuk menjadi pacarku, lalu sudah aku ikhlaskan juga jika memang Gibran tidak bermaksud ke arah sana, lantaran sinyal-sinyal yang sudah aku berikan tak kunjung membuatnya bergerak.
Aku bahkan menghormati kedekatan kami kala itu dengan membatasi kedekatanku dengan Arsal. Alias aku tidak tidur dengan Arsal sama sekali saat aku menganggap sedang dekat dengan Gibran.
Belakangan ini, aku hanya meresponnya untuk sekadar sopan santun saja, tapi ternyata malah di moment ini Gibran menyatakan perasaannya.
Namun, menerima Gibran tentu bukan masalah besar. Aku hanya sedikit tidak menyukai caranya, setelah dipikir-pikir lagi, Gibran memang oke kok. Aku cukup menyukainya.
Ini minggu pertama kami berpacaran. Seperti pasangan normal pada umumnya, kami tentu akan berkencan layaknya muda-mudi yang berbahagia.
Sebuah layar proyektor besar menayangkan film romansa populer tahun 2000-an awal. Gelapnya langit malam dan kerlap kerlip bintang menjadi background sekaligus pemandangan cantik untuk dinikmati.
Kami menonton dari dalam mobil, bertajuk drive in cinema ala-ala tahun 80-an. Barisan mobil lainnya turut berjajar di sekeliling kami, menikmati tayangan di layar lebar yang ada di depan. Sementara suara yang dihasilkan terdengar melalui saluran radio yang terhubung dengan mobil kami.
Wow! Aku baru tahu, bisa merasakan pengalam unik ini di abad ke 21 ini. Gibran sangat kreatif dalam mencari ide kencan.
"Kamu udah pernah nonton film ini, ya?" Tanya Gibran, saat aku sempat mencetuskan bahwa aku selalu menyukai salah satu scene terbaik yang ada di film ini.
Aku yang sedang bernyanyi mengikuti Mandy Moore dalam film A Walk to Remember mengangguk sejenak.
"Kayaknya hampir semua cewek seusia aku, pasti pernah nonton film ini. Aku nonton ini pas SMP di DVD bareng temen-temen."
"Jadi aku malah ngajak kamu nonton film yang udah kamu tonton. Sayang, I'm so sorry, harusnya aku nanya dulu ya."
"Hey, it's okay. Aku malah seneng kok, jadi recall memory aku teenager era. And this is my first experience drive in cinema gini. Bisanya cuma lihat di film-film hollywood lama."
"Aku juga baru nyobain sih, dikasih rekomendasi dari Darryl yang minggu kemarin habis nonton di sini juga."
Kami tak banyak berbicara lagi dan memilih untuk menikmati pemutaran film yang semakin menampilkan scene-scene menarik untuk diikuti. Aku menyandarkan kepalaku ke bahu Gibran, dengan sebelah tanganku yang menapit di sela-sela lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Gorgeous Sissy
Romance**CERITA MASIH LENGKAP** Audy membenci Arsal, si anak orang kaya berengsek yang pernah tidur dengannya, lalu muncul dengan wajah tak berdosa seraya menggandeng pacarnya yang ternyata adalah musuh Audy. Saat Audy ingin memusnahkan sosok Arsal dari p...