67. Normal Couple

35K 4.2K 1.7K
                                    

Follow instagramku ya : hildawardani_

***

AUDY

Sudah lebih dari dua jam, aku duduk tegak di depan cermin besar yang menjadi saksi bare face-ku kini telah berubah menjadi full make-up pengantin.

Beruntung agenda pernikahan ini benar-benar aku dan Arsal sendiri yang mengaturnya, maksudku tidak banyak orang yang ikut campur dengan dalih menyukseskan acara kami padahal hanya bikin pusing lantaran banyak permintaan serta perbedaan pendapat.

Maka dari itu, acara baru dimulai pada siang hari, agar aku tidak perlu bangun di tengah malam hanya untuk memulai make-up.

Lagi pula, pernikahan kami pun tidak akan berlangsung besar-besaran hingga mengundang ribuan tamu. Tidak seperti pernikahan Mama dan Papa Ardio dulu yang mengatakan sederhana saja, tapi ternyata luar biasa mewah.

Dan tetap cerai juga.

Pernikahan kami berkonsep lebih intimate, dengan memilih venue outdoor sesuai keinginanku. Arsal yang tak mau repot akhirnya menyarankan untuk melangsungkan pernikahan kami di salah satu grup restoran mewah yang masih berada di bawah naungan Garafiant grup.

Restoran ini memang memiliki area terbuka hijau yang cukup luas dan memang sering digunakan sebagai venue wedding.

Beberapa artis dan anak pejabat juga menjadi langganan mengadakan pernikahan di tempat ini.

Total total tamu undangan kami tidak lebih dari seratus — itu pun separuhnya berisi tamu undangan dari relasi Papa Ardio.

Mungkin jika Mama ikut andil dalam acara ini, tamu undangan pernikahan kami bisa lebih dari seribu, dan mengatakan betapa sayangnya venue seluas ini jika tamu undangannya hanya sedikit.

Sial, lagi-lagi aku terpikirkan tentang Mama yang padahal tidak memikirkanku sama sekali.

Aku baik-baik saja. Seharusnya aku baik-baik saja, ada Papa yang bersamaku di sini. Aku tidak butuh Mama.

Semprotan setting spray menjadi sentuhan terakhir dari sang MUA pada wajahku.

Belum sempat aku memandangi wajahku sendiri dengan tenang dan berniat ingin memuji diriku yang sudah cantik luar biasa ini, sebuah suara terdengar heboh dari pintu ruangan yang digunakan untuk make up ini.

"Audy, ya ampun! Lo beneran nikah yaa? Huee gue mau nangis, lihat lo pake baju pengantin gini."

Marsha berjalan menghampiriku, diikut Erlan dan Dion yang menyusul di belakangnya.

"Gue juga nggak nyangka sih, kirain lo duluan yang mau nikah." Aku memutar kursi yang aku duduki untuk menghadap ke arah teman-temanku.

"Kayaknya Erlan juga nunggu gue hamil dulu sih, baru berniat mau nikahin." Marsha langsung menyindir Erlan yang berada di sebelahnya.

"Yaudah, nanti malem aku nggak pake kondom."

Ucapan Erlan kontan membuat beberapa asisten MUA yang masih di ruangan ini menoleh.

Marsha seketika mencubit kecil pinggang Erlan.

"Aku serius, tau!"

"Lah, waktu itu, kamu aku ajakin serius malah nggak jelas!"

"Kamu ngajak seriusnya tuh nggak serius! Mana ada orang mau ngelamar, cuma karena aku ngambek, cincinnya malah dikasih Dion. Kamu nikah sama Dion aja sana!"

"Anjing, gue lagi aja dibawa-bawa."

Aku tertawa melihat ekspresi Dion yang tampak lelah dengan keributan Marsha dan Erlan.

My Gorgeous Sissy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang