39. Besties

36.6K 3.6K 366
                                    

Audy

"Gue mau staycation hari ini dong, sama temen-temen gue."

"What? Kenapa ngasih taunya dadakan lagi sih, Dy. Nggak bisa dong." Suara Arsal terdengar dari ponselku, saat aku mendadak menelponnya di siang hari.

Aku mendengus sebal, mendengar Arsal yang pernah mengatakan bisa memberiku staycation gratis, tapi setiap aku memintanya selalu tidak bisa.

"Rencananya emang dadakan, baru kepikiran beberapa menit yang lalu."

"Kenapa harus hari ini? Nggak bisa besok aja, besok masih sabtu kok."

"Satnight temen-temen gue pada ada acara."

Ini hari jumat, kami mendadak perlu staycation untuk meeting darurat membahas rencana liburan kami.

Terlebih, Dion juga katanya akan pulang kantor cepat hari ini entah karena apa. Marsha juga sedang mengambil jatah cutinya, padahal tidak melakukan apa pun. Sejak tadi pagi, wanita itu sudah berada di kamarku.

Singkatnya, aku jadi ada temannya sambil menunggu yang lain pulang kerja.

"Nggak bisa, Dy. Lo harus reservasi h-1 dulu. Kalo mau hari ini, pake kamar gue aja deh."

"Duh, nggak muat dong. Gue berlima nih, kita mau tidur di mana?"

"Nanti bisa minta extra bed."

"Sekali ini doang, please ... gue janji, besok-besok nggak akan dadakan." Aku masih berusaha untuk negosiasi dengan Arsal.

Kamar Arsal lebih mirip seperti kamar tinggal alih-alih hotel, nuansa staycation yang kami inginkan tentu tidak lagi berasa. Meski tujuan kami hanya ingin berkumpul sih, yang sebenarnya bisa saja dilakukan di rumah. Namun, aku 'kan ingin suasana baru juga.

"Oke ... sekali ini aja yaa? Gue tanya dulu GM-nya, tapi gue nggak janji kalo ini bisa ya."

"Siip, thank youuu." Aku berteriak panjang, lalu mematikan sambungan tersebut.

"Gimana, Dy? Bisa?" Tanya Marsha, yang kini menatapku penuh harap.

"Lagi ditanyain dulu sama Arsal, nanti dikabarin."

"Yaudah, kalo nggak bisa, kita nginep di sini aja. Kamar lo juga ini enak kok, dibanding kamar di rumah lo yang dulu."

"Nggak! Jangan! Gue nggak enak, kalo bokap tiri gue pulang."

"Lo bilang, bokap tiri lo jarang pulang."

"Iya, jarang pulang. Tapi gue juga nggak tahu, dia pulangnya kapan aja. Suka tiba-tiba muncul aja."

"Emang bokap tiri lo galak ya, Dy?"

"Nggak galak sih, cuma ya nggak enak aja. Pokonya jangan deh!"

"Lo sama Arsal enak-enak aja, kok sama bokapnya nggak enakan sih?"

Aku terdiam sebentar. Jika dipikir-pikir, pembawaan Papa Ardio memang terkesan menyeramkan. Dia tidak galak, justru malah tampak berusaha ramah padaku. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang terlihat mengintimidasi lawan bicaranya.

Intinya, kami memang tidak dekat dan tidak pernah melakukan pendekatan apa pun sejak lelaki itu menikah dengan Mama.

"Btw, lo sama Arsal pernah enak-enak lagi nggak, Dy?"

Aku tersedak minuman yang sedang aku teguk dari tumbler, tidak menduga akan pertanyaan Marsha yang datang secara tiba-tiba.

"Anjing, pernah lo, ya? Pas kalian udah sodara tiri gini?" Marsha langsung berteriak heboh, padahal aku belum mengatakan apa pun.

My Gorgeous Sissy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang