Selamat membaca :)
-
-
-
"Mau kemana? Kamu ngga capek baru sampai rumah? Masa mau langsung keluar aja." Ucap Victoria terheran.
"Mau lari pagi di lapangan, Ma. Sekalian mampir ke rumah Bang Kale. Boleh kan?" Jelas Agatha.
"Huhh Kale terus! Mama jodohin sama dia aja lah. Dari dulu kalian kaya ada lem nya, bareng terus." Ucap Victoria.
"Haishh Mama! Bang Kale kan udah Tata anggap kaya Abang sendiri. Mama ngga seru ah! Diizinin ngga nih anaknya?" Ucap Agatha.
"Ck! Iya-iya sana gih! Jangan kesiangan pulangnya!" Ucap Victoria.
"Siap! Bye Ma!" Pamit Agatha kemudian berlari keluar.
***
Jooging dipagi hari sudah menjadi kebiasaan Agatha selama menempuh pendidikan di luar negeri. Mungkin karena ia sudah terbiasa menemani Kale ketika sedang mempersiapkan diri dalam tes akademi kepolisian.
Jika kalian bingung, kenapa Agatha memilih jurusan ilmu forensik sedangkan kedua orang tuanya di bidang bisnis dan desain. Hal tersebut karena Agatha tertarik dalam bidang sains, terlebih lagi ada alasan lain juga yang membuatnya bertekad untuk menjadi ahli forensik. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti kalian akan mengetahuinya.
-
-"Bang Kale!" Teriak Agatha ketika melihat Kale yang sedang menyirami tanaman.
"Ya?" Jawabnya setengah bingung.
Merasa Kale tak kunjung sadar, Agatha pun berjalan mendekat ke arahnya dan langsung menendang tulang kering Kale.
"Duggg!"
"Arghh!" Desisnya.
"Katanya polisi, gitu aja sakit." Ledek Agatha.
"Ck! Siapa sih? Sok kenal banget!" Kesalnya.
"Hah? Amnesia Bang?" Tanya Agatha terkejut.
"Ngawur! Siapa yang amnesia!" Jawab Kale terkejut.
"Ck-" ucap Agatha terpotong.
"Tata ya? Sini Sayang! Bunda kangen banget sama kamu!" Ucap Ana dari depan pintu.
"Tata juga kangen Bunda!" Jawab Agatha kemudian berhambur dalam pelukan Ana.
"Hah? Tata? Astaga! Bocil gue!!" Ucap Kale terkejut kemudian berlari dan ikut memeluk tubuh kecil Agatha.
"Sampai sini kapan, Sayang?" Tanya Ana.
"Tadi jam 4, Bun." Jawabnya.
"Kok ngga bilang? Tau gitu gue jemput!" Ucap Kale.
"Anda siapa ya? Kenal saya?" Kesal Agatha.
"Sorry Ta! Lo berubah sih! Bocil gue udah jadi cewe dewasa." Jelas Kale.
"Suruh kecil terus? Ogah gue mah!" Celetuk Agatha.
"Hush! Kalian kaya kucing sama tikus aja. Kalau ketemu ribut terus! Tapi kalau jauh dikit, saling cari." Kesal Ana.
"Bang Kale duluan, Bun!" Ucap Agatha.
"Iya, gue yang salah! Cewe mah selalu benar." Pasrah Kale yang dibalas gelak tawa oleh keduanya.
"Ayah mana bun?" Tanya Agatha.
"Udah berangkat. Ada rapat di kota lain, makannya berangkat pagi-pagi." Jawab Ana.
"Masuk yuk! Sarapan dulu. Kamu belum sarapan kan?" Lanjutnya.
"Tata udah sarapan kok. Tadi waktu baru sampe, langsung masak dan sarapan sama Mama Papa." Jelas Agatha.
"Ya ampun, Sayang! Kamu makin dewasa aja! Jadi menantu Bunda ya?" Ucap Ana.
"Hush apasih bund. Lo mau jooging kan? Gue ikut ya! Bentar ganti sepatu dulu." Ucap Kale.
"Ngga jooging sih. Cuma jalan-jalan aja." Jawab Agatha.
"Tunggu bentar!" Ucap Kale kemudian segera bersiap.
Sembari menunggu Kale bersiap, Agatha pun sibuk mengamati sekitar yang ternyata tidak ada perubahan apapun dalam 3 tahun kepergiannya.
"Yuk!" Ajak Kale.
"Ayo!" Jawab Agatha kemudian berjalan beriringan.
-
-
|Style Agatha||Style Kale|
***
Gimana ceritanya?
Stay tune ya guys!
Jangan lupa komen dan vote ya!Thank u!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)
Teen Fiction"Kamu itu kaya bulan, dan Abang mataharinya. Kamu selalu butuh Abang untuk menyinari gelapnya langit malam di bumi. Tapi bulan sendiri bukan milik Sang Matahari, melainkan milik Sang Bumi." - Matahari "Gue ngga minta Lo untuk selalu ada buat gue. Ta...