CHAPTER 16

86 17 0
                                    

Halo semuanya!!
Sekarang cerita Antara Bumi, Bulan, dan Matahari bakal update 2× dalam seminggu loh!!
Jangan lupa baca ya!!

Selamat membaca :)

***

Terhitung 2 jam lamanya, Hans menghabiskan waktu bersama dengan Kale dan Vano. Ntah apa yang mereka bahas, hingga Kale dan Vano keluar dengan membuang muka satu sama lain.

"Masak, Nak?" Tanya Hans.

"Iya Pa. Kebetulan ada tamu, Tata masak seadanya. Ini tinggal disajikan aja kok." Jawab Agatha.

"Biar gue bantu." Ucap Vano.

"Gue juga." Ucap Kale.

"A-ah iya makasih." Ucap Agatha.

"Papa panggil Mama dulu ya." Ucap Hans kemudian meninggalkan mereka bertiga.

***

Setelah melewati hari yang cukup menguras kesabaran, akhirnya Agatha dapat bersantai tanpa gangguan siapapun. Jika kalian seorang introvert, mungkin kalian akan paham apa yang dirasakan olehnya. Hanya bersandar dikursi balkon kamar, dengan ditemani berkas-berkas ditangannya, cukup memulihkan energi Agatha.

Siapa sangka, Agatha yang terlihat tanpa beban justru memikul beban yang begitu berat, setelah kepergian sahabatnya itu.

Cahaya Shalsa Wisnutama, yang biasa dikenal dengan Cahaya merupakan sahabat Agatha ketika dimasa putih abu-abu. Sahabat yang cenderung lebih pendiam dibanding lainnya, namun merupakan sosok yang peduli terhadap sekitar. Nahasnya, gadis sebaik Cahaya itu harus berpulang dalam keadaan yang sangat mengenaskan.

Meninggal dengan bekas pelecehan di tubuhnya, serta jasad yang dibuang sembarang di gudang kosong belakang sekolah, menimbulkan banyak spekulasi dari orang lain. Untungnya, dengan kuasa yang dimiliki oleh Keluarga Wisnutama, berbagai spekulasi tersebut dapat dibungkam dengan segera.

Kematian yang terkesan terencana dan sangat mencurigakan, membuat sahabat yang ditinggalkan terpukul dan bertekad untuk menangkap dalang dibalik kejadian kala itu. Agatha yang menempuh pendidikan dibidang forensik bekerja sama dengan Zea yang bekerja di kepolisian untuk menumpas dalang pembunuhan terhadap sahabatnya itu.

"Gue ganggu?" Tanya Abel yang tiba-tiba sudah siap dengan piyama tidurnya.

"Ngga kok, duduk sini gih." Jawab Agatha.

"Itu semua- berkas apaan?" Ucap Abel penasaran.

"Oh ini? Kasus yang gue tanganin." Jawab Agatha.

"Bentar ya, gue rapihin dulu." Lanjutnya.

Namun karena angin yang berhembus kencang, satu kertas kasus milik Agatha terbang dan jatuh ke lantai.

"Ck sering banget kehilangan kertas deh." Ucap Abel mengingat kembali momen pertemuan pertama mereka.

"Petir? Kaya pernah lihat." Lanjut Abel ketika membaca kertas tersebut.

"Dimana?" Tanya Agatha.

"Emm- oh gue ingat! Lo ingat kejadian dimana gue sama Kak Kara hampir sekarat itu kan?" Ucap Abel yang dibalas anggukan oleh Agatha.

"Gue minta turun, karena gue lihat ada cewe entah masih hidup atau ngga, di kursi belakang. Cewe itu ada tanda kaya yang digambar ini. Di mobil Cowo itu juga identik sama alat-alat buat bikin tato." Jelas Abel.

"Berarti kecelakaan yang ada diberita itu, satu kejadian yang sama? Dua korban di dalamnya itu, yang Lo lihat?" Ucap Agatha.

"Iya Kak. Gue ngga bohong!" Ucap Abel.

'Shit! Gue telat!' -batin Agatha.

"Thanks ya, Bel. Kemungkinan besok gue masuk pagi. Papa Mama juga ada acara lagi. Jadi, tolong jaga diri baik-baik dan gue titip Kara ya." Ucap Agatha.

"Siap laksanakan!" Jawab Abel.

"Gue tidur duluan ya, Kak? Ngantuk nih." Lanjutnya.

"Iya, duluan aja." Ucap Agatha.

"Malam Kakak cantik!" Ucap Abel yang dibalas senyuman oleh Agatha.

***

|Foto mereka saat SMA|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Foto mereka saat SMA|

***

Gimana ceritanya??
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya!!

Thank uu!!

[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang