CHAPTER 38

56 15 1
                                    

Halo semuanya!!
Selamat membaca :)

-
-
-

1 minggu kemudian

"Vano pulang!" Ucap Vano memasuki rumah.

"Beneran, Ma! Adek ngga bohong! Tadi Abel baca sendiri kalau Kak Agatha ternyata-" ucapan Abel terpotong.

"Agatha kenapa?" Potong Vano bertanya.

"Ha? Eungg Kak Agatha itu." Gugup Abel.

"Abel jawab atau Abang cari tau sendiri?" Desak Vano.

"Kak Agatha pengobatan di China, Bang. Dia bukan kerja, tapi pengobatan di sana." Ucap Abel lesu.

"Kamu tau darimana?" Tanya Vano datar.

"Rekam medis Kak Agatha yang dibawa Dokter Raka." Jawab Abel.

"Abang keluar sebentar!" Ucap Vano kemudian segera menuju ke rumah skit tempat Raka bekerja.

***

Di rumah sakit

"Tata ngga mau siapapun tau tentang penyakit dia, termasuk orang tuanya. Makannya gue ngga kasih tau kalian semua dan mutusin buat turun tangan langsung sama pengobatan Agatha. Setidaknya gue tau kondisi Tata." Jelas Raka pada Vano setelah keduanya terlibat adu argumen.

"Tapi cara lo salah, Bang! Tata masih punya keluarga! Kalau ada apa-apa sama dia, Lo ngga pikirin keluarganya?! Lo ngga pikirin sahabatnya? Lo juga ngga pikirin gue sebagai cowonya?! Atau memang Lo udah lupa sama sumpah dokter yang udah Lo pegang?" Marah Vano.

"Gue tau dan paham kalau tindakan gue bisa berakibat fatal. Makannya gue mutusin buat kirim rekam medis Agatha ke rumah, tanpa nunjukin diri gue. Tapi, karena gue udah janji sama dia, akhirnya gue cuma kasih kabar ke keluarganya aja, tanpa melibatkan kalian." Jelas Raka.

"Van! Gue tau Lo sosok yang tepat untuk Agatha. Gue tau Lo bakal marah sama gue setelah kabar ini sampai ditelinga, Lo. Tapi Tata butuh Lo, Van. Gue tau ini berat, tapi waktu Agatha udah ngga banyak. Sebenarnya gue ngga bisa nyimpulin hal begini karena hidup dan mati ada ditangan Tuhan. Tapi gue rasa Lo harus tau tentang hal ini." Lanjutnya menepuk bahu Vano.

Marah dan kecewa beradu dalam perasaan dan pemikirannya. Namun ia tidak dapat menyalahkan Raka atas semuanya. Hidup dan mati semuanya ada ditangan Tuhan, dan kita sebagai umatnya hanya bisa terus beribadah dan berdoa kepada-Nya.

Baginya, Agatha adalah penerang dari kegelapan hidupnya. Tanpa Agatha, Vano tidak akan bangkit dari masa lalu. Tanpanya pula, Vano hanya sosok laki-laki pengecut yang selalu bersembunyi di lorong gelap kala itu.

Agatha Deannova, gadis kecil berbalut seragam SMP yang menyelamatkan Vano dari perundungan yang dialaminya. Vano yang kala itu berpenampilan gendut dengan kacamata bertengger dipangkal hidungnya, harus mengalami kekerasan baik berupa verbal maupun nonverbal. Agatha yang saat itu sedang menunggu Kale membeli minuman, memusatkan perhatiannya ke lorong kosong nan gelap. Tanpa bersuara, Agatha pun menghidupkan suara sirine polisi dari ponselnya yang membuat kawanan perundung tersebut kabur. Bagi Vano, Agatha adalah segalanya dan cinta pertama baginya.

"Rumah sakit mana?" Tanya Vano setelah berhasil menguasai emosi dalam dirinya.

"Shanghai Sixth People's Hospital. Ruang VVIP-1." Jawab Raka.

"Thanks, Bang! Gue mau siap-siap ke sana." Ucap Vano.

"Hati-hati! Salam buat keluarga Agatha. Gue balik lagi lusa, soalnya ada jadwal di sini." Ucap Raka.

[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang