Halo semuanya!!
Selamat membaca :)-
-
-"Nak! Kalian bukan anak kecil lagi. Udah saatnya kalian mulai memilah masa depan. Bunda sudah cukup sama prestasi yang kamu raih selama ini. Bunda hanya minta kamu untuk segera cari pendamping hidup. Misalpun Agatha memang pilihan kamu, kenapa ngga kamu ungkapin aja? Lebih baik kecewa daripada menyesal. Ingat pesan Bunda! Pikirkan baik-baik ya, Nak?"
Ucapan Ana sebulan yang lalu mampu membuat Kale dilanda kebimbangan. Ia bingung, haruskah ia maju atau hanya diam di tempat. Padahal ia tau betul bahwa nama Agatha sudah lama berlabuh di hatinya. Namun hal-hal lain mampu mempengaruhi pemikirannya.
Tanpa pengetahuan siapapun, Kale selalu menyimpan foto Agatha yang diambilnya secara diam-diam ketika sedang jalan bersama. Foto itu berada tepat di dalam laci meja kerja miliknya. Puas memandangi foto Agatha, Kale pun memantapkan hatinya untuk bisa mulai berani dengan perasaannya.
"Mau kemana, Bang?" Tanya Zea yang kebetulan berganti shift dengan Kale.
"Jemput Tata." Jawab Kale seadanya.
"Kayanya ada autopsi deh, Bang? Tadi siang dia buru-buru balik." Ucap Zea.
"Gapapa, gue bisa tunggu. Duluan ya!" Ucap Kale kemudian meninggalkan Zea yah tengah menatapnya sendu.
"Apa ini waktunya gue nyerah?" Tanya Zea pada dirinya sendiri.
"Halo cantik! Udah balik shift aja nih!" Sapa Harsa.
"Kenapa?" Bingung Zea.
"Ngga papa! Ada titipan tuh!" Ucap Harsa seraya mengarahkan dagunya ke meja Zea.
"Dari?" Bingung Zea.
"Buka aja, nanti juga tau. Gue mau interogasi orang dulu. Bye!" Ucap Harsa kemudian meninggalkan Zea dengan pemikirannya.
"Aksa Mahawira? Jaksa kemarin?" Gumam Zea ketika membaca nama pengirimnya.
***
Satu bulan yang lalu
Dua hari setelah keberangkatan dinas Agatha, sidang dilaksanakan. Kale, Vano, Zea, berserta keluarga lainnya turut hadir menyaksikan sidang pada hari itu.
Sedih, tegang, marah
Perasaan itu bercampur menjadi suatu perasaan yang tidak dapat diutarakan. Meskipun sidang berjalan dengan baik, namun tidak menghilangkan beban yang ada di hati Zea. Terlebih ketika Zea mendengar bahwa sidang akan dijadwalkan ulang satu bulan kemudian.Marah? Jelas!
Padahal bukti sudah lengkap bahkan Agatha dan Zea pun sudah menyiapkan pengacara handal yang sekiranya dapat membantu dalam persidangan. Nyatanya, kekuasaan Wisnutama sangatlah besar dan cukup sulit untuk menjebloskan Joshua ke dalam jeruji besi.Dalam sidang tersebut, Joshua tidak mengelak bahwa ia merupakan bagian dari keluarga Wisnutama. Hanya saja ia memilih bungkam ketika ditanya latar belakang dari pembunuhan Cahaya dan korban-korban lainnya. Padahal dalam berkas yang dikumpulkan Agatha dan Zea sudah tertera dengan jelas alasan besar dari motif pembunuhan yang dilakukan oleh Joshua.
Berakhirnya sidang hari itu, membuat Vano, Kale, dan Zea tak henti-hentinya melayangkan umpatan-umpatan kasar ketika melihat tampang tak bersalah yang ditunjukkan oleh Joshua ketika persidangan berlangsung.
***
"Bang Kale?" Kaget Agatha ketika terdapat Kale di ruangannya.
"Ngapain?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)
Teen Fiction"Kamu itu kaya bulan, dan Abang mataharinya. Kamu selalu butuh Abang untuk menyinari gelapnya langit malam di bumi. Tapi bulan sendiri bukan milik Sang Matahari, melainkan milik Sang Bumi." - Matahari "Gue ngga minta Lo untuk selalu ada buat gue. Ta...