Halo guys!!
Berhubung aku mau ada PAS, jadi aku up sekarang ya!
Selamat membaca :)-
-
-"Vano pulang!" Ucapnya memasuki rumah.
"Oh Nak Vano! Sarapan dulu ya? Bibi udah masak." Ajak Bi Susi.
"Vano mau bersih-bersih dulu aja, Bi. Mama mana?" Tanyanya.
"Ibu pagi-pagi sekali ada operasi dadakan. Kalau Bapak, lagi lari pagi." Jawab Bi Susi.
"Oh gitu. Kalau Abel?" Tanya Vano.
"Di kamarnya, Nak." Jawab Bi Susi.
"Makasi ya, Bi. Vano ke atas dulu!" Pamitnya yang dibalas anggukan oleh Bi Susi.
Kamar dengan dominasi warna coklat membuat kesan mewah dan aestetic bagi siapapun yang melihatnya. Kamar itu milik Elvano Ganendra.
Vano merupakan anak pertama dari pasangan Raditya Ganendra dan Maya Adisti. Ayah Vano berprofesi sebagagi pilot dan Sang Ibunda sebagai dokter. Vano memiliki 1 adik perempuan yang bernama Adinda Belva Ganendra atau biasa dipanggil Abel yang saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas.
Laki-laki berusia 25 tahun itu merupakan pilot dari American Airlines. Mengikuti jejak sang Ayah adalah cita-citanya sejak kecil. Katanya, "Ngga ada di dunia ini yang ngga indah. Terlebih lagi jika kita bisa melihatnya dari atas, maka keindahan dunia akan kau rasakan." Ucapnya kala itu.
Namun, siapa sangka jika Vano yang memiliki wajah tegas dan rupawan, dikenal sebagai laki-laki culun ketika bersekolah dan sering menjadi bahan bully oleh teman-temannya.
Itu lah waktu, hal yang mampu mengubah apapun. Oleh karena itu, Vano sangat menghargai apa itu waktu.
-
-"Tok tok!"
"Lah? Tidur? Mana masih Pake seragam lagi. Ganggu ah!" Ucap seorang gadis yang tak lain adalah Abel.
"Abang! Bangun!" Ucap Abel seraya memeluk erat Abang kesayangannya itu.
"Aduhhh!! Ngantuk Bel!" Ucap Vano.
"Bangun! Mandi terus sarapan!" Ucap Abel seraya menarik kaki Vano.
"Arghh!! Iya-iya! Jam berapa ini?" Tanyanya.
"Delapan?" Jawab Abel.
"Jam delapan?! Ngga bangunin dari tadi sih!" Ucap Vano yang langsung berlari ke dalam kamar mandi.
"Buruan mandinya!" Teriak Abel.
"Padahal masih jam tujuh." Gumamnya kemudian meninggalkan kamar Vano.
Beberapa saat kemudian...
"Tuan muda telah datang!" Ucap Abel sembari melahap sarapannya.
"Di telan dulu, Dek!" Tegur Radit.
"Sini, Kak! Sarapan dulu." Lanjutnya.
"Di tekuk aja tuh muka." Ledek Abel.
"Ck! Rese banget sih, Dek!" Kesal Vano.
"Gitu aja marah! Lagian Abang kan ngga suka kalau kesiangan, makannya Adek bangunin." Jelas Abel.
"Iya-iya! Makasi ya." Pasrah Vano.
"Papa hari ini berangkat. Adek ke kampus bareng Papa?" Ajak Radit.
"Adek masuk siang, Pa. Nanti biar berangkat sama Abang aja. Ya kan, Bang?" Ucap Abel yang dibalas anggukan oleh Vano.
"Sampai jam berapa, Bang?" Tanya Radit.
"Jam 4. Cuma tadi ada urusan dulu." Jawab Vano.
"Itu tangan kenapa?" Kaget Radit.
"Biasa, copet." Jawabnya santai.
"Lihat sini!" Ucap Radit menarik tangan Vano.
"Argh!" Pekik Vano.
"Sobek itu, Bang! Bawa ke RS gih! Biar dijahit di sana. Dalam itu lukanya." Jelas Radit.
"Iya, habis ini Abang ke RS." Ucap Vano.
"Ngga ada niatan pindah maskapai, Bang? Amerika itu rutenya jauh loh. Yang deket-deket aja lah, apalagi Mama mu udah ribut bawa-bawa cewe ke rumah." Ucap Radit.
"Kalau pindah maskapai, nanti Vano pikirin. Tapi kalau yang urusan Mama, Adek setuju sama cewe nya ngga?" Tanya Vano.
"Sejauh ini ngga setuju, Bang! Mereka cuma ngincar seragam Abang aja." Jawab Abel.
"Aishhh kalian, sekongkol ya? Tapi Papa juga ngga setuju sama cewe nya." Ucap Radit.
"Bagus! Kita harus gagalin rencana Mama selanjutnya." Ucap Abel.
"Lah? Mau beraksi lagi?" Kaget Vano yang dibalas anggukan serentak oleh Radit dan Abel. Sedangkan Vano hanya bisa menghela napas pasrah.
-
-
-|Kamar Vano|
|Adek kesayangan Bang Vano|***
Gimana ceritanya?
Suka?
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya!
Stay tune guys!
Thank uu!
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)
Ficção Adolescente"Kamu itu kaya bulan, dan Abang mataharinya. Kamu selalu butuh Abang untuk menyinari gelapnya langit malam di bumi. Tapi bulan sendiri bukan milik Sang Matahari, melainkan milik Sang Bumi." - Matahari "Gue ngga minta Lo untuk selalu ada buat gue. Ta...