CHAPTER 5

214 33 0
                                    

Halo guys!
Aku up lagi ni!
Selamat membaca :)

-
-
-

"Ipda Kale!" Panggil seseorang.

"Izin Bang! Lagi jalan-jalan ya?" Lanjutnya.

"Iya ini lagi jalan-jalan aja. Refreshing dikit lah." Jawab Kale.

"Sendirian aja, Bang?" Tanya lainnya.

"Ngga, sama-" ucap Kale terpotong.

"Bang! Udah dapat jajannya. Eh? Lagi penting ya? Maaf-maaf!" Ucap Agatha tak enak.

"Ngga kok. Mereka adik tingkat di Akpol. Kenalin, ini Agatha." Ucap Kale.

"Saya Andrew."

"Saya Bagas."

"Saya Agatha, senang bertemu kalian." Jawab Agatha tersenyum.

"Aduhh senyumnya manis sekali." Ceplos Bagas yang langsung mendapat senggolan dari Andrew.

"Kami duluan ya, Bang! Mba Agatha, mari!" Ucap Andrew yang dibalas anggukan oleh keduanya.

"Mereka lucu." Celetuk Agatha.

"Biasalah, dua sejoli Akpol." Ucap Kale terkekeh.

Di jalan...

"Habis ini mau kerja dimana?" Tanya Kale.

"Rumah sakit?" Jawab Agatha agak ragu.

"Emang kemarin ambil apa si? Abang lupa." Tanyanya lagi.

"Forensik, Bang." Jawab Agatha.

"Bisa collab dong kita. Gue ada di Sat-Reskrim." Ucap Kale.

'Itu tujuan gue.' -batin Agatha.

"Wow, nice dong!" Ucap Agatha.

"Gue bakal urus perizinan dulu, disini. Soalnya gue lulusan luar negeri, jadi harus ada penyesuaian dulu. Balik yuk!" Lanjutnya.

"Ayo!" Ucap Kale.

***

"Ayo Bang!" Ajak Abel.

"Sekarang? Katanya jam 10?" Tanya Vano.

"Mampir RS dulu, kita obatin tangan Abang." Jawab Abel.

"Gue ambil kunci mobil dulu." Ucap Vano.


Di jalan...

"Ngga ada niatan cari cewe gitu? Biar Mama ngga cari-cari cewe lagi." Ucap Abel.

"Belum kepikiran." Jawab Vano.

"Tapi Lo normal kan?" Tanya Abel tiba-tiba.

"Hush! Normal lah! Gila aja kali Lo." Jawab Vano kesal.

"Ya kan memastikan aja." Ucap Abel santai.

"Ngga begitu caranya." Ucap Vano pasrah.

"Hehe sorry-sorry!" Ucap Abel dengan cengirannya.

"Nah dah sampe. Gue turun duluan ya, biar sekalian daftarin." Lanjutnya.

"Iya-iya! Sono gih!" Jawab Vano.

Setelah memarkirkan mobilnya, Vano pun segera berjalan menuju ke bagian pendaftaran.

-
-

"Woy Van!" Panggil seseorang.

"Ngapain di sini?" Tanyanya.

"Berobat." Jawab Vano singkat.

"Yaiyalah! Yakali Lo mau belanja disini. Sendirian aja nih?" Tanyanya.

"Mending sendirian, daripada sama cewe yang berubah tiap harinya." Jawab Vano.

"Mulut Lo tajem juga ya, Bro?" Ucapnya.

"Lidah, bukan mulut. Susah ngomong sama orang bego." Ucap Vano kemudian meninggalkan orang tersebut.

"Cari gara-gara tuh orang." Gumam orang tersebut menatap kepergian Vano.

"Bang!" Panggil Abel.

"Itu adeknya? Boleh juga." Ucap laki-laki itu tersenyum misterius.

***

"Apa sih, Dek? Berisik tau ngga." Tegur Vano.

"Ini rumah sakit." Lanjutnya.

"Iya-iya! Kita dapat antrean nomor 12, ini baru nomor 8. Untung gue ajakin jam segini, jadi ngga terlambat nanti ke kampusnya." Ucap Abel.

"Yaudah, duduk sana dulu." Ajak Vano yang disetujui oleh Sang adik.

"Brukkk!"

"Maaf Pak, saya ngga sengaja. Bapak ngga papa?" Tanya seorang gadis yang tidak sengaja menabrak bapak-bapak.

"Saya ngga papa kok." Jawab bapak-bapak tersebut.

"Saya minta maaf ya, Pak." Ucapnya meminta maaf.

"Iya Mba, saya maafkan. Mari!" Jawab bapak tersebut kemudian meninggalkan tempat.

Setelahnya, gadis itu pun segera merapikan amplop coklat miliknya dan meneliti satu persatu berkas yang dibawanya.

"Kurang 1?" Gumamnya.

"Kak, ini kertasnya. Tadi jatuh di dekat saya." Ucap Abel memberikan berkas tersebut.

"Oh terimakasih banyak ya. Kalau begitu, saya permisi. Mari!" Ucap gadis itu kemudian berlari ke dalam.

"Nomor antrean 12, mohon segera menuju ke ruang pemeriksaan." Ucap resepsionis.

"Bang! Ngelamun nih orang. Bang!" Panggil Abel seraya memukul paha Vano.

"Apaan?" Tanyanya.

"Udah dipanggil! Ayo!" Jawab Abel.

"Lah? Bukannya tadi nomor 8?" Tanya Vano.

"Makannya jangan sibuk main hp sama ngelamun juga. Ayo ih!" Kesal Abel kemudian menarik baju Abangnya itu.

-
-
-

Gimana ceritanya guys?
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya!
Thank u!

[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang