CHAPTER 33

52 15 0
                                    

Halo semuanya!!
Selamat membaca :)

-
-
-

Vano terkejut dengan kabar yang dikirimkan oleh Kale. Rasa penasaran dan rentetan pertanyaan mulai memenuhi pikiran Vano. Entah ia harus menunjukkan ekspresi apa pada Kale nanti.

Setelah mengantarkan Agatha, Vano mendapatkan pesan tiba-tiba dari Kale tentang masa lalu Sang Papa. Merasa penasaran, Vano pun menyusul Kale di kantor polisi.

"Ruangan Bang Kale mana?" Tanyanya pada Harsa.

"Lewat sini, Bang!" Jawab Harsa.

Sebelumnya, Harsa mendapat perintah dari Kale untuk menyambut Vano dan mengantarnya ke ruangan milik Kale.

"Bang Vano udah datang, Bang!" Ucap Harsa kemudian meninggalkan dua laki-laki itu.

"Gue tau ada banyak pertanyaan di otak Lo itu. Tapi baca dulu laporannya, baru Lo tanya apapun ke gue." Ucap Kale.

Fakta baru bagi Vano, jika ternyata Sang Papa merupakan mantan tunangan dari Ibu Joshua, laki-laki yang selalu diceritakan oleh Cahaya.

Di chapter awal, beberapa kali Vano bertemu dengan seseorang yang mencurigakan di rumah sakit, bukan? Orang tersebut adalah Joshua. Hari-hari nya menjadi kekasih dari Cahaya selalu diisi dengan berbagai surat yang dikirimkan oleh Cahaya. Hampir semua surat, selalu membahas sosok Joshua. Berkat beberapa kenalannya yang ahli dibidang mata-mata, Vano akhirnya dapat mengetahui rupa dari laki-laki yang selalu dibahas oleh Sang kekasih.

Tidak ada rasa cemburu ketika ia membaca rentetan kalimat dari surat Cahaya. Justru rasa khawatir yang hinggap dalam pikiran Vano. Dalam suratnya Cahaya menceritakan sosok Joshua yang selalu memberinya makanan, mengantarkan pulang ketika Cahaya tidak dijemput oleh supir, dan memberikan barang-barang lain.

Vano cukup paham dengan kepolosan dan sifat murni dari Cahaya yang selalu berpikiran positif pada siapapun. Mungkin terkesan biasa ketika Cahaya mendapatkan hal-hal dari Joshua. Namun, Cahaya pernah bercerita bahwa Joshua sangat baik padanya, karena ketika ia sedang menstruasi, Joshua datang dengan kompres dan air hangat untuk diberikan pada Cahaya. Selain itu, Joshua pun pernah memberikan pakaian yang pas dengan tubuh Cahaya.

Rupanya, semua itu berasal dari boneka yang diberikan oleh Joshua. Boneka tersebut sudah dipasang alat penyadap dan kamera sehingga Joshua dapat mengetahui aktivitas Cahaya mulai dari bangun hingga tidur. Bahkan, hal-hal sensitif lainnya pun Joshua mengetahuinya dari balik kamera di mata boneka tersebut. Vano mengetahui hal tersebut ketika mencari informasi melalui rekannya kala itu. Rekan Vano berpesan untuk segera mengambil kamera tersebut dan melaporkannya kepada yang berwajib. Namun sayang, pergerakannya terlalu lambat karena latihan yang intens. Hingga pada akhirnya Cahaya meninggalkannya untuk selamanya.

Tak sampai di situ, demi menjebloskan Joshua ke penjara, Vano rela membayar orang untuk menyelidiki Joshua. Perlahan-lahan kebusukan laki-laki brengsek itu mulai tercium. Pemabuk, cabul, pengidap narkoba, hingga seks bebas sudah menjadi kebiasaannya selamat ini. Sungguh, Vano ingin menghantam wajah sok polos dari Joshua saat itu juga. Itulah mengapa, Vano melarang Melati-sepupunya untuk berhubungan dengan laki-laki bejat itu.

"Itu alasan kenapa dia pengen ajak Lo mati bareng lewat teror di pesawat waktu itu. Gue yakin, dendam dia besar banget ke Lo, Van. Apalagi Ibunya gila gara-gara gagal nikah sama bokap Lo. Kita udah tau rahasia lain dari kasus yang diselidiki Tata dan Zea." Ucap Kale.

"Pantes, Zea selalu suruh gue buat jauhin Tata. Ternyata dia ngga mau nasib Tata, sama kaya Cahaya. Gue paham perasaan Zea." Ucap Vano.

"Ada bukti lain?" Tanya Vano.

"Ad-" jawab Kale terpotong.

"Sampe mana kalian selidiki kasus ini?" Tanya seseorang dengan tatapan tajamnya.

"Tata?" Kaget Kale dan Vano bersamaan.

***

Flashback

"Loh Sa? Kok ada Bang Vano?" Tanya Zea.

"Iya, tadi Bang Kale suruh gue buat antar Bang Vano." Jawab Harsa.

"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Zea.

"Bokapnya Bang Vano? Atau apa sih? Gue kurang jelas dengernya. Udah ah! Gue mau pergi ke TKP dulu. Duluan ya!" Jawab Harsa.

"Bokap? Anjing Bang Kale!" Kaget Zea kemudian mencari ponsel miliknya.

"Halo, Ta? Kesini buruan! Bang Vano sama Bang Kale udah tau tentang bokapnya Bang Vano sama Ibunya Joshua. Buruan kesini, gue tunggu!" Cecar Zea.

"Pip!" Panggilan berakhir.

Flashback off

***

"Gue tanya, udah sejauh mana kalian selidiki kasus ini?" Tanya Agatha.

"Kenapa selidiki ini sendiri?" Tanya Vano.

"Dengan Lo selidiki kasus ini, Lo tau Joshua itu cowo kaya gimana! Dia brengsek, Ta! Kenapa kalian lakuin sendiri?!" Ucap Vano dengan suara beratnya.

"Bukan urusan kalian." Ucap Agatha.

"Gue tau mungkin ini bahaya. Tapi demi Cahaya, gue rela ngelakuin apapun buat tangkap semua pengecut itu." Lanjutnya.

"Agatha!" Tegur Kalem

"Kalian berdua ngga tau!!! KALIAN NGGA TAU APAPUN YANG GUE SAMA ZEA RASAIN! KALIAN NGGA TAU!" Marah Agatha.

"Sebelum terlambat, gue minta kalian stop sampai di sini untuk selidiki kasus itu. Atau gue sendiri yang bakal ancurin rencana kalian!" Lanjut Zea kemudian membawa Agatha untuk menjauh dari dua laki-laki tersebut.

-
-

"Di minum dulu!" Ucap Zea memberikan air mineral pada Agatha.

"Thanks, Ze!" Ucap Agatha.

"Jam 7 gue berangkat ke Jawa Timur, ada dinas di sana. Sebelum itu, gue bakal bawa semua bukti yang udah kita kumpulin ke Lo. Gue bakal minta Adi buat jadi pengacara kita. Selama gue dinas, tolong urus semuanya ya, Ze? Gue titip semuanya ke, Lo. Pastikan dia dihukum seberat-beratnya. Semoga gue bisa hadir dipersidangan." Jelas Agatha.

"Jauh banget! Lo hati-hati ya? Gue bakal handle semua hal tentang kasus ini. Semoga Lo bisa ikut nyaksiin sidangnya." Ucap Zea.

"Thanks ya! Gue balik dulu kalau gitu. Bye!" Pamit Agatha.

"Bye!" Jawab Zea.

***

Gimana ceritanya??
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya!!

Thank uu!!

[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang