CHAPTER 19

69 20 0
                                    

Terakhir di Minggu ini...
So, selamat membaca :)

***

"Ekhem!" Dehem seseorang.

"Bang- Kale?" Kaget Zea.

"Lo kenal sama Agatha?" Tanyanya.

"Baru aja sih, lagian kita satu kasus." Bohong Zea.

"Ikut ke ruangan gue!" Perintah Kale yang dibalas anggukan oleh Zea.

'Pake segala keciduk sih!' -batin Zea.

-
-

Di ruangan Kale...

"Gue dapat laporan dari Malik. Katanya, Lo ambil alih kasus kecelakaan kemarin?" Ucap Kale.

"Kenapa?" Lanjutnya.

"Dia berhubungan sama kasus yang sebelumnya kita bahas, Bang. Gue ada saksinya dan karena kasus sebelumnya gue yang pegang, jadi kasus baru ini gue ambil alih." Jawab Zea seraya menatap mata tajam Kale.

"Lo yakin? Ini termasuk pembunuhan berantai, Zea! Lo perempuan!" Ucap Kale frustasi.

"Gue ngga se lemah itu, Bang." Ucap Zea tegas.

"Gue khawatir-" ucap Kale terpotong.

"Stop khawatir sama gue! Jangan lewat dari batasan Lo, Bang! Gue juga cewe, yang mungkin bisa kebawa perasaan sama perhatian Lo ini." Ucap Zea yang sudah tidak dapat menahan amarahnya.

"Gue balik dulu, masih banyak yang harus gue selidiki. Permisi!" Lanjutnya dengan menurunkan nada bicaranya.

Ketika hendak memegang kenop pintu, suara Kale membekukan langkahnya.

"Jangan suka gue, Ze." Ucapnya datar.

Tanpa mau mendengar lebih banyak ucapan dari atasannya itu, Zea pun segera meninggalkan ruangan tersebut.

Bukannya kembali ke ruang kerja, Zea justru duduk menyendiri di taman belakang Kantor Polisi.

"Emang dari dulu Lo ngga pernah liat gue. Padahal Lo selalu ada, tiap gue main ke rumah Tata. Segitu besar rasa suka Lo ke dia? Sampai gue sendiri ngga kelihatan di mata Lo, Bang." Ucapnya sendu.

Ya, Zea akui bahwa ia telah menyimpan perasaan lebih kepada atasannya itu. Ntah sejak kapan rasa itu muncul, namun Zea selalu menepisnya. Meskipun begitu, dengan intensitas pertemuan yang tinggi, mustahil baginya untuk melupakan perasaan itu. Terlebih lagi, dengan perhatian kecil yang selalu diberikan Kale padanya.

Ia sadar, bahwa perhatian Kale itu semata-mata karena hanya dia anggota perempuan satu-satunya di unit tempat Kale bekerja. Seharusnya ia bisa mengabaikan perhatian itu. Namun, apalah daya dengan kehidupan menyedihkan yang dialami Zea. Ia membutuhkan perhatian dan berharap suatu saat dapat menemukan Pangeran berkuda putih nya, yang dapat mengeluarkan Zea dari semua masalahnya.

***

"Vano berangkat dulu ya, Ma. Seminggu lagi baru pulang." Pamitnya pada Maya.

"Hati-hati ya, Sayang. Doa Mama selalu menyertai." Jawab Maya.

"Pergi dulu ya, Ta. Nitip Mama sama Abel dulu." Pamitnya pada Agatha.

"Iya, ngga papa." Jawab Agatha seadanya.

"Jaga kesehatan! Ada kasus lagi, kan? Jangan kangen gue ya! Bye!" Ucap Vano kemudian meninggalkan dua perempuan berbeda usia itu.

-
-

Sepeninggalan Vano...

"Oalah, Mba Agatha nyamperin calon mertua toh. Saya duluan ya!" Ucap seorang perawat.

"Mertua?" Tanya Maya pada Agatha.

"Maaf ya, Ma. Kak Vano tadi bilang kalau Tata pacarnya. Tapi kita ngga ada hubungan apapun kok." Jawab Agatha khawatir.

"Ngga papa, Sayang. Lagian Mama setuju banget kok kalau kalian beneran pacaran. Sudah saatnya Vano buka lembaran baru lagi." Jelas Maya.

"Lagi? Kak Vano pernah punya pacar, Ma? Dimana dia?" Tanya Agatha.

"Iya. Sekarang Cahaya sudah tenang di sana." Jawab Maya.

***

Gimana ceritanya?
Jangan lupa vote, komen, dan follow aku ini ya!!

Thank uu!!

[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang