Halo semuanya!!
Selamat membaca :)-
-
-"Dreett! Dreet!"
"Gimana, Sa?" Tanya Kale pada Harsa melalui panggilan telepon.
"Depan kantor ada mayat cewe. Gue mau ke sana buat cek keadaannya. Zea sama Tata gue tinggal gapapa?" Jelas Harsa.
"Mayat? Ya udah, Lo susul aja. Nanti biar gue yang jaga mereka." Jawab Kale dan panggilan berakhir.
"Kenapa?" Tanya Vano.
"Ada mayat di depan kantor polisi. Si Harsa lagi nyusul ke sana." Jawab Kale.
"Oh- ah elah! Kamar mereka tadi ada yang ngincer!" Ucap Vano frustasi.
"Putar balik!" Titah Kale yang langsung dijalankan oleh Vano.
***
Di rumah sakit
"Code blue! Ruang Cempaka 1, dua pasien! Code blue!"
"Huhh huhh!" Deru napas Vano dan Kale saling bersahutan.
"Ruang Cempaka 1?" Gumam Kale.
"Itu ruangan Tata sama Zea!" Lanjut Vano.
"Aishhh sial!" Desis Vano kemudian segera berlari ke ruangan tersebut.
"Kenapa, Sayang?" Tanya seseorang di telepon.
"Ma! Tata masuk rumah sakit. Waktu Abang tinggal keluar, tiba-tiba ada code blue." Jelas Vano kepada Maya.
"Kalian di ruangan apa? Biar Mama susul." Tanyanya.
"Ruang Cempaka 1. Mama buruan ke sini ya?" Ucap Vano putus asa.
"Mama ke sana sekarang. Kamu hubungi dulu keluarga Tata." Ucap Maya.
"Iya. Vano tutup dulu panggilannya.
***
Di lain sisi
"Ayah? Tata ada di rumah sakit Ayah. Tolong bawain dokter terbaik di sini. Kale ngga mau Tata kenapa-kenapa." Ucapnya dalam panggilan.
"Sekarang lagi ditangani siapa?" Tanya Angga.
"Dokter Raka, Yah." Jawabnya.
"Bagus! Dokter Raka termasuk dokter terbaik di rumah sakit. Kamu tenang aja, Tata pasti baik-baik aja. Ayah susul ke sana!" Ucap Angga dan panggilan berakhir.
"Gue mau telpon keluarga Tata dulu." Ucap Kale pada Vano.
"Gue aja! Lagian gue ngga punya nomor keluarga Zea. Jangan lupa, Zea tanggung jawab Lo di sini!" Bantah Vano.
Jujur saja, Kale ingin sekali menghubungi Hans (Ayah Agatha) sekaligus menarik simpati Ayah dari orang yang ia cintai. Namun Kale sadar, bahwa ia tidak terlalu dekat dengan Hans dan benar kata Vano, bahwa di sini ia bertanggung jawab atas Zea.
Seperti yang kita tahu bahwa Agatha merupakan anak satu-satunya milik Hans dan mungkin itu yang membuat Hans over protektif kepada putri sematawayangnya. Sehingga, siapapun laki-lakinya Hans selalu waspada agar anak kesayangannya itu tidak terluka karena laki-laki.
"Kenapa? Masih mikirin persaingan kita buat dapetin Agatha? Jangan egois, Bro! Ada anak orang lain yang nyawanya diambang kematian." Ucap Vano ketika melihat Kale yang tidak kunjung menghubungi keluarga Zea.
Setelah kalut dalam pemikirannya, Kale pun segera menghubungi Ibunda dari Zea. Setelahnya, Kale dan Vano pun hanya dapat terduduk lesu menanti kabar dari kedua pasien di dalam.
-
-Beberapa waktu kemudian
"Gimana? Dokternya udah keluar?" Tanya Maya dengan seragam hijaunya.
"Mama baru selesai operasi?" Tanya Vano.
"Iya. Waktu kamu telpon, kebetulan Mama baru selesai. Agatha gimana? Kok bisa masuk rumah sakit?" Ucap Maya.
"Nanti Abang jelasin sekalian sama keluarga Tata dan Zea." Ucap Vano.
"Yaudah. Dia teman Abang?" Ucap Maya.
"Kale, Tante!" Ucap Kale memperkenalkan diri.
Tak lama setelahnya, Ayah Kale bersama dengan keluarga dari Agatha dan Zea pun mulai datang bersamaan.
Mengetahui keluarga dari Agatha dan Zea telah hadir, Kale pun mulai menceritakan kejadian yang telah dialami kedua gadis itu dibantu oleh Vano. Mendapati anak perempuan mereka terbaring lemah dengan mempertaruhkan nyawa, Victoria dan Belinda (Bunda Zea) pun tak kuasa menahan kesedihan dan berakhir tak sadarkan diri.
Dibantu oleh petugas medis lainnya, Victoria dan Belinda pun segera dilarikan ke IGD untuk segera mendapat penanganan dari Maya.
"Om susul Tante dulu aja. Biar Zea, Kale tungguin di sini." Ucap Kale pada Jonathan -ayah Zea.
"Om titip Zea dulu ya!" Jawabnya kemudian mulai menyusul keberadaan Belinda.
"Om susul Mamanya Tata dulu. Om percaya sama kamu. Jangan hilangin kepercayaan Om, ya!" Ucap Hans menepuk pundak Vano yang tengah berjaga di depan pintu ruangan Agatha dan Zea.
***
|Jonathan & Belinda|
|Orang tua Zea|***
Gimana ceritanya?
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya!!Thank uu!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)
Teen Fiction"Kamu itu kaya bulan, dan Abang mataharinya. Kamu selalu butuh Abang untuk menyinari gelapnya langit malam di bumi. Tapi bulan sendiri bukan milik Sang Matahari, melainkan milik Sang Bumi." - Matahari "Gue ngga minta Lo untuk selalu ada buat gue. Ta...