CHAPTER 12

135 20 3
                                    

Halo guys!!
Happy reading!!

-
-
-


"Bang! Jangan lupain Tata ya? Katanya Abang mau sekolah di Semarang ya? Berapa lama?" Tanya Agatha.

"4 tahun mungkin? Tenang aja, Abang ngga akan lupain Tata kok. Tapi Tata juga janji sama Abang, jangan lupain Abang ya?" Ucap Kale.

"Tata janji!" Ucap Agatha seraya bersalaman dengan Kale, tanda janji.

~ ~ ~

"Abang ngga akan lupain kamu kok, Ta. Ngga nyangka banget, kalau perempuan yang datang sambil ngomel-ngomel dan tendang tulang kering Abang, itu Tata yang dulunya suka ngerengek. Tata yang dikit-dikit bilang 'Bang tolongin!'. Andai kamu tau, kalau Abang selalu tungguin kamu dan selalu berharap kalau kamu adalah Ibu Bhayangkari nya Abang. Tapi apakah itu mungkin? Dengan respon kamu yang selalu anggap Abang sebagai saudara kamu?" Ucap Kale seraya menatap foto masa kecilnya.

"Kalau kamu suka, bilang! Jangan diam aja, seolah-olah ngga ada apa-apa. Perempuan itu tugasnya menunggu. Sedangkan laki-laki lah yang harus berjuang. Kamu lupa, kalau lebih baik kecewa daripada menyesal? Siapa tahu, Tata juga punya perasaan yang sama ke kamu?" Ucap Ana yang tiba-tiba saja berada di dalam kamar Kale.

"Kamu udah ngga muda lagi, Nak. Sudah hampir kepala tiga loh. Masa keberaniannya masih setara sama anak remaja? Malu dikit dong. Mana Kale yang biasa ambisius kalau dapat tugas penyelidikan. Giliran urusan asmara aja, lemah." Ledek Ana.

"Tapi Kale khawatir, kalau misal Kale ungkapin perasaan ini, tiba-tiba Tata berubah dan jauhin Kale, Bun." Ucap Kale gusar.

"Sudah, ngga ada salahnya kamu bilang ke dia. Kalau emang kamu ragu, ya udah pendam aja terus sampai si Tata udah dapat calon. Udah ya, Bunda mau pergi dulu. Bye sayang!" Ucap Ana kemudian meninggalkan Kale sendiri.

"Kamu itu kaya bulan, dan Abang mataharinya. Kamu selalu butuh Abang untuk menyinari gelapnya langit malam. Tapi bulan sendiri bukan milik Sang Matahari, melainkan milik Sang Bumi." Ucap Kale kemudian terlelap.

***

"Sa! Gue ke RS dulu ya? Leher gue udah seminggu ini sering nyeri. Mau kontrol aja sih." Pamit Zea pada Harsa.

"Mau gue temenin?" Tanya Harsa.

"Ngga usah, gue bisa sendiri kok. Lo lanjutin cari informasi aja. Pergi dulu ya? Bye!" Jawab Zea yang dibalas anggukan oleh Harsa.

"Pekerja keras banget sih, Lo." Gumam Harsa menatap kepergian Zea.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Gimana ceritanya?
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya!!

Thank uuu!!

[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang