Halo semuanya!!
Selamat membaca :)-
-
-"Sial! Kenapa jadi gini, sih?" Ucap Kale.
"Lo tenang dulu! Ada yang mau gue bicarain, tapi ngga di sini. Panggil orang buat jaga Tata dan Zea." Ucap Vano.
"Kita bisa bicara di dalam." Tolak Kale.
"Ada yang ngawasin kita." Bisik Vano.
"Sebentar!" Ucap Kale kemudian menelpon orang kepercayaannya.
10 menit kemudian
"Zea gimana, Bang?" Tanya seseorang dengan napas terengah-engah.
"Zea sama Tata masih dalam pengaruh obat tidur. Harsa, tolong jaga mereka selama gue dan Vano pergi. Lo bisa, kan?" Jelas Kale.
"Siap, bisa!" Ucap Harsa.
"Kami pergi dulu." Ucap Kale.
"Waspada! Ada yang ngawasin kita. Jaga mereka!" Bisik Vano seraya menepuk pundak Harsa.
"Oke." Jawabnya.
***
Di dalam mobil
"Kita mau kemana?" Tanya Kale.
"Rumah terakhir kita." Jawab Vano seadanya.
Jujur, Kale sedikit merinding dengan bocah laki-laki disampingnya ini. Menurutnya, Vano adalah bocah yang suka mengatakan hal-hal di luar nalar. Namun, Kale akui Vano memiliki insting yang kuat. Bahkan Kale yang bekerja di unit Reskrim pun tidak menyadari keberadaan orang yang dimaksud oleh Vano di rumah sakit tadi.
"Kenapa lihatin gue kaya gitu?" Tanya Vano.
"Lo beneran pilot?" Heran Kale.
"Dulu gue kuliah jurusan kriminologi. Tapi ngga sampe setahun, gue keluar dan lebih milih masuk sekolah penerbangan aja." Jelasnya.
"Pantes." Celetuk Kale.
"Masih lama?" Lanjutnya.
"Gue sambil jelasin aja ya." Ucap Vano.
-
-Flashback on
"Van! Dapat surat lagi nih. Pacar Lo sabar banget nunggu pendidikan. Masih SMA kan?" Ucap Dean -rekan pendidikan Vano.
"Iya, masih SMA. Thanks, Bro!" Jawab Vano kemudian mulai membuka surat tersebut.
Untuk : Kak Vano
Hai calon pilotku! Gimana kabarnya? Maaf ya, aku kirim suratnya telat beberapa hari. Aku di sini baik-baik aja kok. Papa, Mama, dan Abel juga baik-baik aja. Jangan pikirin kita, dan tetap fokus sama pendidikan kamu.
Ngga kerasa ya, kamu udah mau lulus. Tinggal nunggu beberapa hari lagi kamu udah jadi pilot. Keren banget pacar aku!! Pokoknya semangat terus, aku bakal dukung kamu apapun itu.
Kak, mungkin ini surat terakhir yang bisa aku kirim ke Kakak. Simpan baik-baik ya! Sampai ketemu lagi!!
Dari : Cahaya
"Aneh-aneh aja kamu. Tumben banget dia cerewet?" Heran Vano.Keesokan harinya
"Halo Ma?" Ucap Vano menerima panggilan.
"A-abang!" Jawab Maya dengan suara seperti orang menangis.
"Mama kenapa? Baik-baik aja, kan?" Ucap Vano yang Ntah mengapa perasaan aneh mulai dia rasakan.
"Kenapa, Ma?" Desaknya.
"Bang! Kak Cahaya udah ngga ada, hiks. Di-dia ditemuin di gudang belakang sekolahnya. Hiks a-abang! Kak Cahaya tinggalin Abel!!! Hikss...Hikss..." Jelas Abel dengan tangisnya.
"Deg!"
Bagai disambar petir, ponsel digenggamnya tiba-tiba terjatuh dan perasaan sakit mulai ia rasakan.
"C-cahaya.. Kamu kenapa tinggalin Kakak?" Lirihnya.
"Van! Woi! Lo kenapa? Sadar Bro!" Panggil Dean yang terkejut ketika melihat kondisi Vano yang jauh dari kata baik.
"Pesenin gue tiket ke Jakarta, De. Bantu gue izin ke penanggung jawab." Ucap Vano dengan tatapan kosong.
Flashback off
-
-"Lo tau apa yang paling bikin hati gue sakit? Ketika gue lihat sendiri mayat orang yang gue cintai jauh dari kata baik. Bahkan ada bekas pelecehan ditubuhnya." Tambahnya.
"Jadi-" ucap Kale tergantung.
"Dia korban pelecehan." Lanjut Vano.
"Bentar! Gue pernah denger Zea telpon seseorang dan bahas masalah tanda petir." Ucap Kale.
"Petir?" Ulang Vano.
"Iya! Ada beberapa kejadian serupa." Ucap Kale.
'Ternyata dugaan gue bener.'
-batin Vano.***
Harsa sedang menunggu kedua gadis itu membuka matanya. Sudah 1 jam sejak kepergian kedua laki-laki itu. Jika disuruh memilih, Harsa tidak ingin berada ditempat dengan bau obat ini. Melihat kedua gadis itu menutup mata dengan wajah pucatnya, mengembalikan ingatan Harsa pada peristiwa beberapa tahun yang lalu yaitu ketika Sang Ibundanya harus berpulang ke Yang Maha Kuasa.
Ingatkah kalian ketika Harsa membaca berkas kasus dan di dalamnya terdapat foto Kara? Dalam berkas tersebut, Kara disebut sebagai tersangka utama karena ditemukan bersama korban.
Kara merupakan mantan kekasih Harsa ketika SMA. Di tahun kedua, Harsa terpaksa berpindah sekolah mengikuti ayahnya yang merupakan seorang polisi seperti dirinya. Ntah apa yang membuat hubungan mereka berakhir, ketika tiba-tiba Kara mengatakan ingin mengakhiri hubungannya dengan Harsa. Harsa sangat mencintai Kara, dan karena rasa cintanya itulah ia menyetujui keinginan Kara yang ingin hubungan mereka berakhir. Tak disangka, kejadian siang tadi merupakan pertemuan pertama mereka lagi, setelah perpisahan kala itu.
"Hufttt andai gue bisa antar Lo pulang, Ra. Gue pasti bisa tau tempat tinggal Lo yang sekarang." Ucap Harsa.
"Dreet!! Dreet!!" Suara ponsel Harsa.
"Ceklekk!!"
"Anda siapa ya?" Tanya Harsa.
"Saya suster yang menangani kedua pasien di dalam. Tugas saya memberikan obat untuk menunjang kesadaran mereka." Jelas seorang perawat.
"Oh silahkan! Saya jawab telpon dulu di luar." Ucap Harsa kemudian mengangkat panggilan.
Di luar
"Halo? Ada mayat wanita didepan kantor?! Amankan! Gue berangkat ke sana." Ucapnya mengangkat panggilan.
***
Gimana ceritanya?
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya!!Thank uu!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)
Teen Fiction"Kamu itu kaya bulan, dan Abang mataharinya. Kamu selalu butuh Abang untuk menyinari gelapnya langit malam di bumi. Tapi bulan sendiri bukan milik Sang Matahari, melainkan milik Sang Bumi." - Matahari "Gue ngga minta Lo untuk selalu ada buat gue. Ta...