CHAPTER 30

55 15 0
                                    

Halo semuanya!!
Selamat membaca :)

-
-
-

Sore harinya

"Ting tong!"

"Kara?" Panggil Agatha di depan apartemen Kara.

"Ini gue! Tata!" Ucapnya.

"Kara?!" Panggilnya lagi.

"Lagi di luar apa gimana, ya?" Gumam Agatha.

"Ceklek!"

"Gue kira-" ucap Agatha terpotong.

"Lo Agatha?" Ucap seseorang yang membuka pintu.

"I-iya. Lo siapa? Ngapain di apart Kara?" Tanya Agatha.

"Gue Harsa, temen kerjanya Zea dan Bang Kale. Masuk dulu! Nanti gue ceritain di dalam." Jawab seseorang yang ternyata adalah Harsa.

"Di minum dulu. Sorry adanya itu." Ucap Harsa memberikan minuman kaleng yang sebelumnya dibelikan oleh Agatha dan Vano untuk stok di apart Kara.

"Kara nya mana? Lo ada hubungan apa sama dia?" Ucap Agatha.

"Gue mantannya." Ucap Harsa.

"Terus? Kara mana?" Tanya Agatha lagi.

"Lo belum diceritain siapapun?" Ucap Harsa yang dibalas gelengan oleh Agatha.

"Kara udah ngga ada." Ucap Harsa.

"Maksudnya?" Ucap Agatha yang berusaha mencerna perkataan Harsa.

"Hari di mana Lo dan Zea dibawa ke Rumah sakit, kantor polisi ribut tentang mayat yang dibiarin di depan kantor. Setelah dicek, ternyata dia Kara. Yang bikin gue sedih adalah Kara meninggal dengan mengenaskan." Jelas Harsa.

Bagai ditusuk ribuan paku, dada Agatha seketika terasa sesak. Bahkan untuk bernapas saja, rasanya sudah tidak bisa.

"K-kara? L-lo bohong kan?" Ucap Agatha yang berusaha menyangkal fakta tersebut.

"Gue ngga bohong! Gue juga sedih, Ta! Orang yang selama ini gue cintai! Orang yang selama ini gue cari! Ketika kami dipertemukan, justru itu jadi pertemuan terakhir kami!" Ucap Harsa.

"Aaaaa hiks...hiks... Kara!!!!!" Teriak Agatha seraya menangis pilu.

"ASTAGA AGATHA!" Ucap Kale yang tiba-tiba datang.

"Abang!! Kara!!" Tangis Agatha dalam pelukan Kale.

"Kara janji mau bantuin Tata! Tata juga janji bakal jagain Kara! Tapi kenapa dia pergi?!! Hiks kenapa, Bang?!" Ucapnya menangis.

"Sshtt nangis aja! Abang di sini! Tata ngga sendiri oke? Di sini banyak yang bakal gantiin Kara buat bantu Tata. Tenang ya!" Ucap Kale menenangkan Agatha.

Kale pun membiarkan Agatha mengeluarkan emosi di dalam pelukannya. Biarkan tubuhnya yang dijadikan tempat pelampiasan emosi Agatha.

Sembari mengusap lembut kepala Agatha, atensi Kale tertuju pada Harsa yang duduk diam dengan tatapan kosong. Tidak ada air mata dan emosi. Yang terlihat saat ini adalah sosok Harsa yang tampak tidak bernyawa dan tidak memiliki semangat hidup.

Tak lama, Zea pun hadir dan langsung memeluk tubuh Harsa.

"Nangis aja! Gue di sini!" Ucap Zea.

"Gue terlambat, Ze." Ucap Harsa dan tak lama kemudian, terdengar isakan yang menandakan bahwa laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja.

-
-

[3] ANTARA BUMI, BULAN, DAN MATAHARI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang