27 : Ketakutan Clara

600 101 1
                                    

"Cantik juga pacar si kulkas" ucap satu pemuda memakai hoodie berwarna biru.

Seseorang disebelahnya mendekat menoel dagu Clara yang menunduk, gadis itu menatap nyalang lima pemuda yang kini berdiri dihadapannya.

Clara sekalipun tidak menunjukkan sorot mata ketakutan, ia tak gentar dan tetap berusaha melawan.

"Jauhin tangan kotor lo dari gue" gadis itu menepis kasar tangan pemuda itu.

Lima pemuda disana bertepuk tangan riuh seakan bahagia mendapat tontonan lucu, sedangkan Clara masih mempertahankan tatapan nyalangnya.

"Lucu juga, kira-kira mau diapain nih?" tanya pemuda berambut gondrong disebelah pemuda berhoodie biru.

"Main atas dulu apa langsung bawah?"

Clara melotot kaget, ia mengerti bahkan sangat mengerti apa yang sedang lima pemuda itu rundingkan, ia tak mau apa yang selama ini mati-matian ia jaga malah harus direnggut secara tak pantas oleh lima pemuda bejat dihadapannya.

Clara ingin kabur, tapi seluruh jendela serta pintu tertutup rapat, tak ada celah sedikitpun untuknya beranjak pergi.

Si pemuda berkulit sawo matang mengacungkan ponsel kemudian menyeringai, "Niat awal cuma buat mancing Yoan, kalo emang dia masih juga enggak kepancing yaudah kita eksekusi, lumayan dapet hidangan"

"Kalian salah! Yoan gak akan pernah kepancing!" ucap Clara sedikit berteriak.

Si pemuda yang memegang ponsel tadi semakin menyeringai, "Masasih dia nganggurin pacar cantiknya"

Clara menggeleng, "GUE BUKAN PACAR YOAN!" teriaknya yang tentu membuat lima pemuda itu tersentak.

"Ah, gak usah bohong, jahat banget gak diakuin, gue aduin Yoan nih"

"Terserah, karena yang jelas YOAN BUKAN PACAR GUE!" ucap Clara dengan penekanan diakhir.

"Yaudah kita buktiin"

Si pemuda yang tadi memegang ponsel kini mulai mengetik sesuatu yang setelahnya terdengar suara berat khas milik Yoan.

"Cewek cantik yang nyerahin jaket lo pas pensi harus gue apain, Yo?" katanya pada Yoan diseberamg telepon.

Sempat hening sesaat sebelum suara Yoan kembali terdengar, pemuda itu santai menanggapi, "Clara?... bebas, gue gak perduli" katanya yang sukses membuat lima pemuda disana melotot kaget.

Kembali, pancingan mereka tak berhasil.

Yoan tidak memakan umpannya.

Sambungan telpon dimatikan sepihak oleh Yoan, pemuda itu benar-benar tidak perduli dengan nasib Clara yang sepertinya harus berakhir saat ini.

"Beneran gak pacaran ternyata"

"Yaudah eksekusi"

Clara panik, kepercayaan diri yang sedari tadi membentengi gadis itu sudah mulai hilang, tatapan nyalangnya sudah mulai meredup, ia takut.

Clara takut karena Yoan tidak mau menyelamatkannya.

Ia takut aset berharganya direnggut.

Satu orang penting yang saat ini ada difikiran Clara hanyalah Jidan, gadis itu gemetar karena ingat jika ponsel miliknya ia taruh didalam tas.

Clara takut.

Lima pemuda itu sudah mulai mendekat menahan tangan dan kakinya, Clara memang tidak diikat tapi tenaganya tidak sebanding dengan tenanga lima pemuda disana.

Clara tidak bisa melawan meski terus memberontak.

Jaket biru laut yang ia kenakan ditarik paksa oleh si rambut pirang yang sedari tadi tidak bicara, Clara berteriak kencang, dua kakinya ia gerakan secara brutal.

Gadis itu menggeleng takut.

"JAUH JAUH DARI GUE!"

"Gak akan!, yakali hidangan mantap engga gue santap!"

"LEPASIN! GUE MOHON LEAPASIN!!!"

"MAMAAAA PAPAAAAA... TOLONG CLARAAA!!!"

"Percuma!, gak bakal ada yang denger teriakan l—"




BRAK




Pintu didobrak kasar dari luar, satu sosok berwajah dingin dengan tatapan seperti hendak memburu mangsanya itu langsung menendang si pemuda berambut gondrong yang hampir menjamah tubuh Clara.

Dia, Yoan.

Si pemuda berhoodie biru menyeringai, "Gentle juga lo"

"Jelas! karena gue enggak kayak lima bajingan sampah yang selalu nurut perintah pemimpin bangsat Silas!"

Yoan menoleh pada Clara dilantai, keadaanya acak-acakan, melihat Clara yang berantakan membuat Yoan semakin marah, dengan brutal iya menendang satu persatu pemuda disana, menonjok bahkan sampai melemparnya, Yoan tak perduli sekalipun lima pemuda disana mati.

Karena ia tak terima melihat Clara direndahkan terlebih karenanya.

Yoan berhasil menumbangkan lima pemuda itu hanya dalam hitungan menit, serangannya membabi buta karena jelas emosi tak terkontrolnya ikut bermain andil.

Yoan masih memukuli si pemuda berambut pirang yang ia lihat berhasil membuka satu kancing atas seragam Clara tadi, ia marah.

Yoan jelas sangat marah.

Tepat saat si rambut pirang tumbang dan kesadarannya menghilang, Yoan tersadar, pemuda itu menoleh pada Clara dibelakangnya.

Tanpa berucap sepatah katapun, Yoan membenarkan kancing atas seragam Clara yang terbuka kemudian menyampirkan jaket hitam miliknya pada bahu Clara yang mulai kehilangan kesadaran.

"Yoan...





"... Gue takut"




















Kedua kelopak mata cantik itu terbuka dengan keringat membanjiri pelipisnya, satu objek yang sedari tadi mengisi alam bawah sadarnya duduk diam menatapnya—Yoandra Abimanyu.

Dia disana.

Pemuda itu menunduk menunggu sampai gadis itu bangkit dari kesadarannya.

"Cla—"








"Pergi!"








-2A1-






Asli gua deg-degan banget ngetiknya✌🏻



Asli gua deg-degan banget ngetiknya✌🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Tangerang, 30 Mei 2022













2A1 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang