"Ngaku!, kemaren pulang sekolah lo sama Yoan kan?!!" desak Yuna pada Clara yang baru saja mendudukkan diri dibangkunya.
"Masih pagi Yun, jangan aneh-aneh deh ngelindur aja heran" jawab Clara malas, gadis itu menidurkan kepala dimeja.
"Heh! Clara Leona Sadhi dengerin gue, rumah lo itu sebelum rumah gue yang otomatis gue ngeliat kejadian kemaren pas lo berdua boncengan lewat depan rumah gue, mana peluk-peluk lagi"
Clara diam, masih betah dengan posisinya, gadis itu tidak menyahuti sama sekali ocehan Yuna pagi itu, Clara terlalu malas mengingat apa yang terjadi kemarin.
"Clara, lo ngedengerin gue gak sih?!"
Yuna mulai kesal, sudah akan menggebrak meja namun tak jadi saat Ana menghalangi, Ana mendekatkan diri pada Clara kemudian menaruh satu telapak tangannya pada dahi gadis itu, matanya reflek membola saat rasa panas terasa menyentuh kulit tangannya.
Ana panik, ia mengguncang bahu Clara pelan kemudian menepuk Yuna disebelahnya yang malah melongo belum paham.
"Cla, badan lo pa—"
Ucapan ana terpotong saat Yoshi datang mendekat, pemuda itu langsung peka menempelkan telapak tangannya didahi Clara yang setelahnya langsung mengangkat tubuh gadis itu menuju UKS.
"Dia pingsan" ucap Yoshi pada Ana yang kembali dibuat kaget.
Yuna tertegun, gadis tinggi semampai itu diam sejenak sebelum berucap, "Pantes lemes banget kayak orang abis donor darah"
Eira yang baru datang bersama Bayu disebelahnya buru-buru menaruh tas, bahkan Bayu malah melempar tasnya tak santai.
"Clara kenapa anjir? si Oci gue tanyain diem aja malah makin gercep ngelangkah" tanya Bayu pada Yuna yang memang sedari tadi hanya diam mematung didepan bangku Clara.
"Oci bilang tadi Clara pingsan"
"Lah, kok bisa? kena bola apa gimana?" tanya Eira.
Bayu menoyor kepala gadis cantik itu yang mengaduh kemudian balas menepuk punggungnya keras, "Masih pagi oon, jam segini siapa yang maen bola?! goblok banget heran"
"Yaudah sih Yu kalem, lagian ini kenapa malah ngerumpi disini sih, ayo susulin Clara" kata Eira kemudian menarik tangan Bayu diikuti Yuna dibelakangnya.
Dikoridor sekitar kelas 11 Ipa, mata Yuna memicing, gadis itu melihat satu objek utama yang sedang berjalan santai menuju kelasnya—Yoandra Abimanyu.
"Guys, duluan deh gue ada urusan dulu bentar, panggiln alam" katanya terkekeh sebelum berlari cepat meninggalkan Eira dan Bayu yang melongo.
Yuna menghentikan langkah tepat didepan kelas bertuliskan 2A3 itu kemudian berjalan masuk tidak memperdulikan suitan Haikal dan Haekal yang sedari ia datang memang sudah genit menggodanya.
Yuna terus berjalan hingga langkahnya berhenti dikursi belakang pojok sebelah kiri.
"Yoan" panggilnya.
Yoan mengangkat wajah, pemuda itu menatap Yuna dihadapannya, "Kenapa?"
"Lo apain temen gue?"
Yoan mengernyit sedangkan seisi kelas menoleh salah paham, agak ambigu memang pemilihan kata yang Yuna gunakan.
"Maksud lo?"
"Kemaren Clara balik sama lo sekarang tiba-tiba dia pingsan, pasti lo apa-apain kan? Ngaku!"
Yoan kaget, tanpa mendengar ocehan lanjut dari Yuna, pemuda itu sudah berdiri kemudian berlari cepat menuju UKS.
Dikoridor menuju UKS matanya bertemu pandang dengan Jidan yang baru datang, Yoan sedikitnya agak was-was, pasalnya Jidan meskipun kalem dan jarang emosi, pemuda itu terbilang cukup buas saat ia sedang diluar kendali, apalagi ini menyangkut teman sekelasnya—Clara.
"Mau kemana lo? buru-buru amat" tanya Jidan saat Yoan menghentikan langkah didepannya.
"Yuna bilang temen lo pingsan"
Jidan memiringkan wajah bertanya bingung, "Siapa?"
"Clara"
Jidan memejamkan mata sekejap sebelum akhirnya menghembuskan nafas pelan karena jujur saja, ia lelah.
Kemarin meskipun Yoan atau Clara tidak memberitahunya perihal apapun soal Silas, Jidan justru mendapat satu pesan khusus yang sukses membuat emosinya memuncak.
Satu pesan dari pemimpin Silas—Leo.
Leo
Gentle juga wakil lo, ternyata umpannya ceweJidan tau jika selama ini Silas mengincar Haksa yang jelas terlihat mudah dipancing, tapi Yoan dan Seno masuk kategori terpenting sebagai incaran karena keduanya yang paling sulit memakan umpan.
Yoan yang cuek dengan sifat dinginya serta Seno yang tak perduli sekitar membuatnya selalu masabodoh dengan segala pancingan yang justru membuat Silas semakin mengincar keduanya.
Tapi yang membuat Jidan heran adalah kenapa harus Clara yang mereka jadikan pancingan?
Padahal jelas saat pensi Jidan menyuruh seluruh anggotanya untuk tidak terlihat dekat dengan gadis manapun karena kemungkinan besar akan ada anggota Silas disana.
Tapi apa? yang ditakutkan malah terjadi.
Dan, Clara yang menjadi sasaran.
-2A1-
Tangerang, 29 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
2A1 √
Fiksi RemajaKetika para visual line sekolah berotak einstein disatukan dalam satu kelas, gimana jadinya? Saat para penyumbang piala olimpiade dengan berbagai kisah yang mereka miliki terungkap secara perlahan. Kata Jidan, sebenernya ini tuh kisah persahabatan t...