"Ji, jawab jujur kenapa lo kesana sendirian?" tanya Shaka.
"Sama Yoan" ralat Jidan.
"Iya maksud gue berdua"
Didalam ruang rawat Jidan saat ini hanya ada Shaka, Haksa dan Jidan karena Misya, Ana dan Clara menjenguk Yoan disebelah ruang rawat Jidan.
Shaka mendudukkan diri dibangku sebelah ranjang, pemuda itu menatap Jidan intens, menunggu jawaban.
"Karena jelas gue yang mereka mau" jawab Jidan enteng.
Haksa menggeleng, pemuda itu juga menarik bangku disebelah Shaka kemudian mendudukkinya.
"Lo goblok sumpah, lo sendiri yang nyuruh kita jangan gegabah tapi justru lo sendiri yang maju nyerahin diri"
Jidan diam, pemuda itu menghela nafas sejenak memejamkan matanya, "Lo tau, penyiksaan terbesar sebenarnya adalah saat orang-orang terdekat lo ngerasa terancam dan dalam bahaya, terlebih itu disebabkan karena lo"
Jidan membuka mata, "Mereka gak pernah nargetin gue secara langsung, karena apa? karena hidangan lezat biasanya sengaja dibiarkan diakhir" lanjutnya.
"Tapi kan lo bisa calling kita-kita, bahkan saat itu Jean juga lagi sama kalian kan?" kata Shaka.
"Mereka mantau kita dan ngirim pesan lewat Yoan, mereka ngancem bakal ngabisin Nino dan berbuat lebih ke Naomi, gue udah berusaha tenang tapi semakin gue diem, semakin mereka nunjukin taringnya"
"Jadi, karena itu lo maju sendiri?"
Jidan mengangguk, "Yoan gak mau ngebiarin gue sendirian, jadi dia bersikeras buat ikut"
Haksa menghela nafas lelah, rasanya beban temannya ini tak pernah berakhir, terlalu berat dan sulit ia tanggung sendirian.
Jidan butuh partner memikul beban berat dipundaknya.
Tapi, Jidan bukanlah orang yang mudah berbagi keluh kesah, ia senantiasa menunjukkan citra kuat seakan bisa memikul seluruh dunia.
Sulit membuat pemuda itu membagi rasa sakitnya.
"Ji, sekarang cukup ya" ucap Haksa tiba-tiba.
Jidan mengernyit, pemuda itu menoleh cepat, "Apaan?"
"Cukup nyimpen beban sendirian, lo punya kita, kita semua disini Ji, gue tau lo leader yang berpegang teguh pada kata-kata yang lo ucapin dan gak bakal ngebiarin anggotanya luka, tapi lo pernah bilang kita itu keluarga dan tugas keluarga itu salah satunya saling jaga, termasuk ngajagain lo juga, bukan cuma lo yang jagain kita"
Jidan tersenyum simpul, agak terharu dengan penjelasan panjang dari Haksa.
"Iya iya, mau beban mana nih yang harus gue bagi?" katanya malah bercanda.
"Enggak lucu" sahut Haksa yang disambut kekehan Shaka disebelahnya.
"Sa, sekarang fokus kita udah bukan di Silas lagi karena Leo udah dipenjara, beban gue udah terangkat, sekarang tinggal nikmatin masa muda"
"Gaya lu, masa muda" ucap Shaka masih dengan kekehannya.
"Iyalah menikmati masa muda kan sekarang udah punya cewek" kata Haksa mendelik, tapi akhirnya tertawa meledek.
"Eh, tau dari mana?" tanya Jidan tak menyangka.
"Sekarang udah punya nomor dua dihati selain ibu, namanya Gita, Anggita Gisella" ucap Shaka ikut meledek.
Kali ini Jidan melotot, benar-benar kaget.
"Ka.. Kok?"
"Ji, bukannya lo ditolak ya? kok bisa?" tanya Shaka.
"Enggak ditolak, cuma Gita masih belum ngasih jawaban waktu itu"
"Dih digantung"
"Gita masih belum ngerti sama perasaan dia, masih keliru antara cinta sama cuma sekedar suka"
Haksa mencondongkan diri kepo bertanya lebih lanjut, "Terus-terus, kok bisa akhirnya dia sadar gitu?"
"Gue sedikit ngasih ruang ke dia, tapi gue bilang bakal tetep nyoba sampe dia ngerti perasaan dia sendiri"
"Bisa aja lu"
"Keren Ji, enggak nyerah gitu aja"
"Jelas dong, tepat hari Rafa kecelakaan itu hari dimana Gita sendiri yang bilang soal rasa cinta dia ke gue"
Shaka dan Haksa bertepuk tangan kompak.
"Finally ketu kita punya permaisuri"
-2A1-
Tangerang, 13 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
2A1 √
Teen FictionKetika para visual line sekolah berotak einstein disatukan dalam satu kelas, gimana jadinya? Saat para penyumbang piala olimpiade dengan berbagai kisah yang mereka miliki terungkap secara perlahan. Kata Jidan, sebenernya ini tuh kisah persahabatan t...