Disebuah ruang gelap dengan setitik cahaya lampu temaram, dua kelopak mata yang belum lama terpejam itu mengerjap kembali terbuka saat pendengarannya menangkap satu jerit tertahan penuh rasa sakit dari kawan seperjuangannya, Yoan.
Rasa sakit yang juga ia rasakan, tulangnya terasa remuk seakan sudah tak mampu untuk ia gunakan.
Pemuda itu tak tau sudah berapa lama ia dikurung ditempat mengerikan ini sebab sudah tak pernah lagi melihat cahaya matahari.
Mereka tak diberi makan, sengaja dibiarkan mati secara perlahan.
Tenggorokannya kering, perut yang lapar serta seluruh tubuh yang gemetar, matanya terus berkunang hingga sempat ia berhalusinasi jika Shaka berdiri dihadapannya, datang untuk menjemputnya.
Teriakan kembali terdengar, Jidan berusaha bangkit namun tak bisa sebab tubuhnya lemah, pemuda itu berusaha meraih bangku disampingnya kemudian dengan sekuat tenaga menendangnya hingga tepat menabrak orang yang sedang bengis memukuli temannya.
Orang itu menoleh, kini atensinya fokus pada Jidan seorang, ia tertawa meremehkan, merasa sudah berada diawan, langkahnya pelan mendekat pada Jidan yang bahkan sulit untuk berdiri tegak.
Tawanya makin besar saat tubuh ringkih Jidan yang penuh luka dan baju yang koyak penuh darah itu ia tendang hingga membentur dinding dengan keras.
Jidan bahkan sudah tak bisa mengeluarkan suara atau sekedar erangan sebab ia tak mampu, otaknya hanya memikirkan keadaan Yoan saat ini.
Takut jika pemuda itu tak bisa bertahan.
Mata sayu yang sulit melihat dengan jelas itu samar-samar melihat satu sosok tampan bersedekap dada sambil berjalan kearahnya.
Dia, Leo.
"Hai" pemuda itu melambaikan tangan dengan santai berjongkok didepan Jidan.
"Selfi dulu yok, lagi kece nih" katanya kemudian mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.
Sementara diluar ruangan penuh sesak itu, ada Shaka, Haksa, Bayu dan Aksa yang sedang berusaha membuka pintu.
Yang lainnya stand by di beberapa titik, berusaha menjaga empat kawannya itu, sebab seluruh anggota Silas menyebar diarea mansion seluas samudera ini.
"Ini gimana sih anjing bukanya? bangsat temen gua didalem!" umpat Shaka yang sudah frustasi sedari tadi tak bisa membuka pintu besi besar didepannya.
"Mau badan lo sampe copot juga gak bakal bisa goblok, ini pake pin" Bayu ikut kesal karena memang sudah sangat mengkhawatirkan teman-temannya.
"Coba hubungi Ana" usul Haksa pada Aksa disebelahnya.
Aksa mengangguk, ia memegang telinga kanannya yang sudah terpasang earpiece disana, "Ela, pintunya besi pake pin"
Tak lama setelahnya Aksa maju, mengetik empat angka yang sempat disebutkan oleh Ana lewat Stella.
2802
"Oke, kebuka!" sahut Bayu lega, pemuda itu sudah hendak membuka pintu tapi gerakannya ditahan oleh Shaka.
"Hati-hati, didalem pasti banyak anggota Silas yang lain, tujuan kita nyelamatin dua temen kita jadi kita juga harus pulang dengan selamat"
Ketiganya mengangguk, Bayu membuka pintu disusul Haksa yang kemudian dengan gerakan cepat langsung melangkah saat Yoan terbaring lemah tepat didepannya.
Dadanya sesak, matanya melotot marah sudah hendak melayangkan pukulan telak pada Leo yang menyeringai menatap empat orang didepan pintu kini.
Seluruh anggota Silas disana bersiap, sudah seperti hendak menyerang mangsa buruan.
"Eh, ada tamu" ucap Leo santai dengan senyum lebar, tapi senyumannya pudar sesaat setelah matanya mengkap satu sosok tak asing disana.
"Lo, yang mau dijodohin sama Ana kan?" katanya menunjuk Aksa.
Aksa tak membalas, pemuda itu datar saja tapi kedua kakinya melngkah cepat mendekat pada Leo kemudian dengan gerakan pasti langsung melayangkan pukulan keras ditulang pipi pemuda itu.
"Sorry, gue reflek nonjok kalo ngeliat sampah" katanya yang langsung mendapat tonjokan balasan dari Leo tapi langsung bisa ia tepis, seluruh anggota Silas yang lain tak tinggal diam, mereka maju sudah hendak menyerang Aksa namun tiga pemuda lain dipintu juga tak tinggal diam.
Shaka berlari langsung menghampiri Jidan yang malah tersenyum sambil bergumam kecil, "Hhh.. gu-gue ha-halusinasi lagi"
Shaka mengernyit menggeleng tak paham tapi ia melotot saat seseorang hendak menendangnya.
"Brengsek"
Sementara anggota Genzz yang lainnya yang sedari tadi menunggu didepan pintu ikut masuk bersama Yoshi, Justin, Kai dan Han.
Yoshi dan Justin langsung menghampiri Yoan kemudian memapah pemuda itu keluar, sedangkan Han dan Kai bagian menghampiri Jidan didekat keributan.
Tak mudah untuk bisa sampai kesana, karena beberapa dari anggota Silas lainnya berusaha menghalangi, Han dan Kai membawa Jidan keluar dibantu perlindungan dari Shaka, Nanda, Jean dan Seno yang berusaha menghalau orang-orang yang menghalangi.
Leo yang sadar Jidan menghilang langsung beralih berlari keluar menghindari serangan, tapi langkahnya langsung terhenti saat tepat didepan pintu ruang bawah tanah itu, ada sosok tegas berdiri menghalangi Jidan dan Yoan yang sudah tak bereaksi.
"A-ayah"
Jidan yang dipapah oleh Han dan Kai tersenyum simpul kemudian berkata pelan sebelum kesadarannya hilang.
"Te-ternyata, bukan ha-halusinasi"
-2A1-
Pleaseee Ji😭
Tangerang, 09 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
2A1 √
Fiksi RemajaKetika para visual line sekolah berotak einstein disatukan dalam satu kelas, gimana jadinya? Saat para penyumbang piala olimpiade dengan berbagai kisah yang mereka miliki terungkap secara perlahan. Kata Jidan, sebenernya ini tuh kisah persahabatan t...