Jam istirahat baru saja berbunyi, seluruh penghuni kelas langsung berhambur keluar, namun berbeda dengan Ana yang masih tak tenang ditempatnya.
Gadis itu mengetuk dagu dengan pulpen ditangan kanannya, mengerutkan dahi tak mengerti dengan soal angka dibukunya, ia berkali-kali berfikir keras namun masih tidak juga mendapatkan jawaban hingga akhirnya ia menoleh pada satu-satunya pemuda yang masih berada didalam kelas bersamanya.
Yoshi.
"Yo.." panggilnya pada Yoshi yang sedang memasukkan buku kedalam tas hendak keluar kelas juga.
"Iya, kenapa Na?"
"Ini maksudnya apasih?" tanya Ana menunjuk pada buku tulisnya.
Yoshi mengernyit kemudian mendekatkan diri pada Ana, pemuda tampan berdarah jepang itu tersenyum sekilas, "Oh ini, gampang" katanya.
"Gimana?"
"Bentuk umum persamaan lingkaran kan x²+y²+Ax+By+C=0, terus pusatnya di -½A, -½B dan jari-jarinya r = akar ½A kuadrat + ½B kuadrat -C, ini soalnya udah sama cuma angkanya doang diganti, jadi lo coba masukin ini kesini, yang ini kesini, nanti ada kok hasilnya"
Ana memperhatikan dengan seksama penjelasan dari Yoshi, gadis itu berfikir keras kini mulai mengikuti arahan Yoshi tadi.
"Yang ini kan x²+y²-4x+6y-12=0, berarti A itu -4, B nya 6, C nya 12 kan?" tanya Ana yang mendapat anggukan Yoshi.
"Ah, oke gue ngerti sampe sini, berarti tinggal titik pusat sama jari-jarinya kan?" kembali Yoshi mengangguk, pemuda itu memperhatikan raut bingung Ana sedari tadi, lucu menurutnya.
"Nanti gue nyoba deh, kalo semisal gak ada hasil gue nanya lagi ya"
"Iya Na, tanya aja"
"Makasih Ya"
"Sip" Yoshi tersenyum sekilas sebelum akhirnya keluar kelas diikuti Ana dibelakangnya.
Misya yang datang sehabis dari kantin dengan Eira tersentak hampir menabrak Ana karena keduanya sibuk bercengkrama.
Sedangkan Yoshi sudah melipir pergi ditarik Justin yang entah kenapa akhir-akhir ini selalu menempeli pemuda itu.
"Eh, maaf Na, baru mau ke kantin?" tanya Eira.
Ana mengangguk, "Iya, tadi nanggung banget gue masih gak ngerti soal persamaan lingkaran" katanya.
"Aduh gue juga gak ngerti sih, hehe.."
"Terus sekarang udah bisa Na?" tanya Misya.
Ana diam sebelum menjawab, gadis itu sedikitnya agak terkejut karena baru kali ini mendengar Misya mau berbicara dengannya.
"Bisa, tadi diajarin Yoshi"
Eira mengerjap, "Widihhh... Ada apaan nih?" tanyanya antusias meledek.
"Enggak ada apa-apa Eira, Yoshi cuma ngajarin, ngasih tau yang dia bisa doang gak lebih"
"Iya awalnya cuma ngasih tau, tapi nanti ujung-ujung bisa jadi ngasih cinta" Eira masih meledek.
"Apaan sih Ra, udah ah gue mau kekantin, laper, duluan ya Ra, Sya" katanya tersenyum ramah kemudian melenggang pergi meninggalkan Eira dan Misya yang masih diam ditempatnya.
"AWAS AJA SIH KALO SAMPE CINLOK, GUE HARUS JADI ORANG PERTAMA YANG TAU" teriak Eira pada Ana yang kembali menoleh memasang wajah kesalnya.
Misya memperhatikan, gadis itu sedang bergulat dengan fikirannya, menatap penuh perhatian pada Ana yang kini sudah kembali berjalan menuju kantin.
Misya merasa bersalah, gadis itu sudah salah paham, mengira Ana adalah gadis murahan yang mau saja dijadikan selingkuhan, padahal nyatanya Ana adalah korban.
Ana mungkin sangat membeci Haksa dan tentunya membeci dirinya kan? karena Misya lah yang menjadi penyebab Haksa melakukan itu padanya, mempermainkan perasaan tulus Ana yang justru dimanfaatkan oleh Haksa.
Tapi apa?
Ana tadi tersenyum padanya.
Tidak ada gurat kebencian dari gadis itu untuknya.
Bayangkan jika ia yang ada di posisi Ana, apa mungkin Misya akan sebaik itu?
Misya masih menatap punggung Ana yang kini sudah menghilang dari jangkauan, gadis itu membenarkan sebutan Ratu pada Ana karena tidak hanya cantik Fisik, bakat luar biasa serta putri tunggal konglomerat, Ana juga punya hati besar.
Tepukan Eira pada pundaknya membuat Misya terlonjak kaget yang justru membuat Eira ikut terkejut.
"Lo mikirin apasih, Sya? dari tadi malah bengong"
"Oh, enggak papa kok Ra, ayok" kata Misya kemudian berjalan mendahului Eira memasuki kelas.
-2A1-
Tangerang, 28 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
2A1 √
Fiksi RemajaKetika para visual line sekolah berotak einstein disatukan dalam satu kelas, gimana jadinya? Saat para penyumbang piala olimpiade dengan berbagai kisah yang mereka miliki terungkap secara perlahan. Kata Jidan, sebenernya ini tuh kisah persahabatan t...