39 : Fakta

653 105 9
                                    

"Leo kabur, sekarang lagi dicari sama anak buah bokapnya Yoan" kata Shaka memulai pembicaraan pagi itu.

"Tapi gue baru tau bokap Yoan punya pengaruh besar diantara para preman anjir, serem banget" Kai bergidik ngeri kembali mengingat titah tegas penuh amarah yang ayah Yoan berikan kepada beberapa anak buahnya.

Ah ralat, mantan anak buah.

Sebab ayah Yoan adalah mantan bos besar preman, jadi jelas saja jika pengaruhnya besar.

"Siapa pun orang yang sudah membuat anak saya seperti sekarang, akan mati ditangan saya" ucap Han menirukan kalimat yang ayah Yoan katakan kemarin dirumah sakit.

Bayu tak mau kalah ikut menirukan, "Berani bermain-main dengan saya, mau bersembunyi dilubang semut pun akan saya temukan!"

"Akan saya cabik-cabik hingga menjadi beberapa bagian" lanjut Yoshi ikut bergidik ngeri.

"Sat, ini sih psyco, serem banget anjir Clara mertua lo" Haksa menepuk pundak Clara yang diam saja.

"Udah Cla, jangan difikirin, yakin deh mereka bisa ngelewatin masa kritisnya, bentar lagi juga pasti orang yang dirumah sakit ngasih kabar baik" kata Ana dibelakang bangku gadis itu yang diangguki Eira didepannya.

"Seminggu lagi ujian nih, kalo gaada Jidan gabisa nyontek sejarah" sahut Nino.

"Cih, katanya murid einstein bisa masuk ipa satu, einstein apaan? keledai iya" kata Yuna menanggapi.

Nino mendelik, "Heh jangkis! Kita pinter dibidang masing-masing, gue sama Aksa di biologi, Haksa kimia, Misya fisika, Yoshi matematika, Justin Naomi jelas di inggris, sisanya, Ya... pokoknya itulah mager nyebutin" jelas Nino tak santai.

Anak kelas bertepuk tangan meriah, "Widihh... akhirnya wakil ketua kelas nunjukin perannya" kata Bayu.

Nino menatap datar, tapi alisnya naik bangga, "Jelas!"

Haksa mendecih malas, "Biasanya juga jadi bayangan Jidan"

"Jidan mulu anjir yang kerja, waketunya ghoib" kata Eira.

Nino kembali mendelik, pemuda itu tak membalas sebab memang benar:)

Fakta sakral yang tak bisa dibantah.

Jidan yang terlalu gesit, pemikir, serta bergerak cepat itu sangat bertolak belakang dengan Nino yang masabodo, jadi ya... Bisa dipastikan semua limpahan pekerjaan dilakukan oleh Jidan.

"Gue yakin seratus persen Jidan belum sadar itu karna dehidrasi soalnya Jidan kan punya otot kawat tulang baja, mau dipukul seberapa parah juga gak bakal bikin dia tumbang" ucap Shaka mengalihkan topik tak penting soal Nino.

Haksa mengangguk mengiyakan, "Ya... kalian fikir aja lah tiga hari gak makan minum???? Han aja sedetik jauh dari makanan kayak mau mati"

Han disebelahnya menendang kaki pemuda itu sampai ia mengaduh, "Gue mulu" katanya protes.

"Ya terus siapa? Mas Dul?"

"Lagi jualan dikantin, diem! nanti gue jadi laper"

"Yeuuu jamblang!"

"Eh, gue baru ngeh juga nih, awal Oci ngasih tau gue soal dia ketemu Leo itu dia bilang abis dari rumah Ana guyssss" kembali, Shaka yang menjadi pengalih.

Yoshi menoleh santai kemudian menatap Ana yang juga menatapnya, "Kita pacaran" katanya terkekeh kecil.

Anak kelas melotot kaget, baru mendapat kabar mendadak soal officialnya Jidan-Gita, sekarang sudah diserbu dengan kabar mengejutkan dari Yoshi-Ana.

"Ci, Serius lu? jangan ngaku-ngaku" ucap Naomi yang sedari tadi diam disamping Justin yang juga diam, sama-sama senyap.

"Boongan doang" sahut Clara.

"LAH" lagi, anak kelas kembali melotot kaget.

"Maksudnya?" tanya Alma.

"Soal perjodohan Ana sama Aksa, waktu itu gak sengaja gue lagi sama Ana, dia narik tangan gue terus ngenalin ke ayahnya kalo gue pacar dia, soalnya Ana gak mau dijodohin" jelas Yoshi.

"DI JODOHIN?!"

"AKSA SAMA ANA?"

"ANJIR SPEECHLESS"

"GILA!"

"OH DI ACARA PEMBUKAAN BUTIK NYOKAPNYA CITO KAN?" Stella ngegas disamping Aksa yang langsung menggeplak gadis itu.

"Mulut" tegurnya.

"Iya maaf"

"Gue gak kesana sih tapi Aksa ce—" ucapan gadis itu terpotong saat tangan Aksa langsung membekap mulutnya.

"Diem, jangan bocor" bisik pemuda itu yang tentu membuat Stella memanyunkan bibir.

Anak kelas kelewat penasaran, pasalnya ini benar-benar berita besar untuk mereka, perjodohan? masih ada dijaman sekarang?

"Aksa apaan sih, kita kepo tauuuu" kata Nasya ikut memajukan bibir kesal.

Sedangkan satu gadis dikursi pojok dekat jendela menunduk, bibirnya melengkung murung, rasanya sudah tak ada kesempatan untuknya.

Dunia mereka berbeda.

Aksa yang terlalu berada diatas awan, sedangkan ia yang hanya bisa berdiam diri menanti awan agar mau berbaik hati menurunkan pemuda itu untuknya.

Untuk saat ini dan selamanya, menyadari ketidak mampuan adalah hal yang harus ia lakukan.

Aksa bukan untuknya.

Seorang Willson tidak bisa bersanding dengan Anuhea.








-2A1-














Tangerang, 11 Juni 2022



















2A1 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang