"Wey, makanan abis tuh, masih laper gue" ucap Rafa saat pemuda itu sudah menyelesaikan permainannya.
"Tau anjir, Clara pelit banget" sahut Shaka yang kini berjalan menghampiri teman-temannya.
"Dih, apadah lu dari tadi bantu kagak ujug-ujug nanya makanan" ucap Yuna kesal.
"Ya ini gue mau bantu" kata Shaka yang mendudukkan diri disamping Jidan bersama Rafa yang juga menyusul.
"Najis" ucap Clara masabodo.
"Eh, gue bawa cola dimotor tadi, bentar" kata Alma yang kemudian berdiri hendak keluar rumah.
"Nah gitu dong, ngapa engga dari tadi sih?" sahut Han langsung melesat menghampiri teman-temannya, katanya mau bantu tapi aslinya ngerusuh.
Nino mengangkat wajah, sebelum Han melesat pergi, pemuda kurus itu menyenggol lengannya terlebih dahulu, seakan memberi kode apa yang harus Nino lakukan setelahnya.
Pemuda itu berdiri, melirik Han yang mengangguk samar ditempatnya, kemudian tanpa kata langsung melenggang pergi keluar rumah.
"Terus yang mau beli makan atau camilan siapa?" tanya Jidan.
"Gue" ucap Haksa bersamaan dengan Misya yang mengangkat tangannya.
Misya diam dengan Haksa yang tersentak kaget, Nasya melirik itu, seperti mendapat jawaban dari tatapan Aksa yang menatap keduanya tak biasa, gadis itu langsung peka.
"Nah tuh kalian berdua aja" ucapnya yang disetujui semua yang disana.
"Gue mager keluar, panas" kata Eira yang kembali disetujui semua yang disana.
"Sa" panggil Bayu.
Haksa dan Aksa menoleh bersamaan.
"Haksa maksud gue" ralat Bayu segera.
"Apaan?" tanya Haksa yang kini berdiri hendak keluar rumah diikuti Misya yang juga berdiri.
"Make duit lu" ucapnya kemudian nyengir tanpa dosa.
Haksa mendelik, dengan dia yang mengiyakan artinya ia juga bersedia mengeluarkan uang, dan pertanyaan Bayu tadi menurutnya sangat tidak bermutu.
Di pintu rumah, Haksa juga Misya menghentikan langkah, sama-sama mengernyitkan dahi melihat pemandangan didepan keduanya.
Nino mencekal tangan Alma, kemudian.
"Sayang, denger dulu"
Itu suara Nino.
Haksa reflek menarik nafas syok, melirik Misya yang juga melotot tak percaya.
Dua muda-mudi dipintu rumah itu kompak diam seperti patung.
Jadi keanehan digrup kelas, perkataan Justin soal senyum Nino serta perkatan Nasya, Shaka dan Kai yang mengatakan kalau mereka adalah saksi kini terjawab.
Nino dan Alma pacaran?
Jidan ditempatnya mengernyit, melihat kedua temannya yang justru berdiam diri dipintu rumah.
"Wey, gak jadi pergi?" tanyanya.
Haksa menoleh kemudian melambaikan tangan menyuruh agar teman-temannya itu mendekat.
Kai dan Bayu langsung melesat kepo, teman-temannya juga mengikuti, sedangkan Han menepuk dahi, "Gini caranya lo enggak perlu confess ke yang lain, No" katanya.
"Wey, apa ini maksudnya?" tanya Eira.
"Ntar dulu enggak keliatan" kata Rafa yang kini berdiri dibelakang Jidan.
"Pendek sih lu" kata Yuna meledek.
"Ssttt, diem dulu" tegur Stella.
"Ah bener kan dugaan gue, Nino emang demen sama Alma" kata Nasya dengan pasti.
"Ini pasti lagi confess nih" tebak Kai.
"Tapi kuping gue denger Nino manggil sayang" ucap Haksa yang tentu saja membuat teman-temannya kaget.
"Dih, yang bener lo" kata Clara.
"Sayang anak kali" sahut Bayu.
"Tapi kayaknya mereka emang pacaran" ucap Misya.
Han ditempatnya mendekat, "Iya, mereka pacaran" ucapnya santai.
Jidan diam, pemuda itu menghembuskan nafas kemudian menyuruh teman-temannya kembali ketempat semula, "Bukan urusan kita" ucapnya.
Haksa dan Misya masih ditempat, melihat Nino yang kini memalingkan wajah menatap keduanya dipintu, Alma melotot kaget sedangkan Nino menegak.
Haksa dan Misya yang ditatap dengan reaksi begitu tersenyum, keduanya sama-sama berjalan menghampiri.
Haksa menepuk bahu Nino kemudian berucap, "Good luck"
-2A1-
Tangerang, 14 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
2A1 √
Teen FictionKetika para visual line sekolah berotak einstein disatukan dalam satu kelas, gimana jadinya? Saat para penyumbang piala olimpiade dengan berbagai kisah yang mereka miliki terungkap secara perlahan. Kata Jidan, sebenernya ini tuh kisah persahabatan t...