6 : Ide dan Mager

962 115 0
                                    

Yuna merenung, memperhatikan punggung Justin yang fokus menatap ponsel ditangannya, jam istirahat kedua kali ini benar-benar menyurutkan energi gadis itu.

Energi yang tadinya berapi-api karena falling in love jadi surut hanya karena tawa lebar pemuda itu yang menertawakan Eira tadi.

Yuna jelas kalah telak kalo saingannya Eira.

Ya giman ya, Eira ini imut dan gemesin seperti yang tadi Justin bilang, dia cantik, tinggi gadis itu juga tidak pendek dan tidak terlalu tinggi, pas pada porsinya.

Kalo ada sebutan khusus untuk para gadis cantik disekolah ini, Yuna tidak akan segan langsung menyematkan kata 'Dewi' pada Eira.

Karena jika Misya adalah bidadari, Ana sebagai Ratu, maka Eira lah dewinya.

Pokonya Yuna lagi insecure.

Yuna ngin maju dan nggak mau kalah, tapi baru awal aja udah bikin dia down gini.

Gadis itu memutar otak, berfikir taktik apa yang bisa membuat Justin menoleh padanya, terlebih memperhatikannya. Kalo bisa sih sampai menyukainya.

Halu dulu realita mah belakangan.

Yuna mengangkat wajah saat seorang pemuda memasuki kelas dengan senyum cerah yang ia miliki, pemuda bernama lengkap Aidan Arrayan itu langsung menghampiri Justin, kemudian menyeretnya keluar kelas.

Yuna mengernyit tapi setelahnya langsung sumringah, gadis itu mendapatkan ide.

Ide brilian yang jelas akan langsung ia pergunakan dengan baik.

Taktik pertama mendekati Justin, melalui Rayan.

Rayan adalah tetangga depan rumah Justin, sekaligus teman terdekat Justin.

Seperti Eira dan Bayu yang rumahnya sebelahan, atau Han dan Nino yang lengket tak terpisahkan.

Baiklah.

Yuna akan mencoba.

Gadis itu mengepalkan tangan, merapal mantra penguat kemudian berdiri.

"Fighting!" ucapnya.





—•—






Bel pulang sekolah berbunyi, Misya berdiri menyampirkan tas dipunggung, matanya tak sengaja bersitatap dengan pemuda yang juga berdiri memakai tas ransel hitamnya—Haksa.

Hanya seperkian detik sebelum akhirnya gadis itu membuang muka terlebih dahulu, terpancar raut kecewa disana, garis luka dari tatapan gadis itu masih terlihat oleh pemuda itu meskipun ia hanya melihatnya sebentar.

Haksa menipiskan bibir, penyesalan memang datang diakhir, tapi apa tidak ada satu kesempatan untuk ia memperbaikinya?

Haksa akan mencoba.

Meski sering kali gagal dan diabaikan, pemuda itu akan tetap mencoba.

Belum sempat ia membuka mulut, Misya sudah beranjak dari tempatnya, gadis itu segera keluar dari kelas dengan tergesa seakan sudah tidak ingin lagi berlama-lama berdekatan dengan pemuda itu.

Kembali, lagi, untuk yang kesekian kalinya, Haksa menghela nafas pasrah, sepertinya luka yang ia beri benar-benar sulit sembuh, apa ia terlalu dalam menggoresnya?

"Sa" Haksa menoleh menatap Rafa dipintu kelas.

"Bukan elu" ucap Rafa pada Haksa yang langsung mendelik.

"Makanya kalo manggil yang lengkap"

"Dih, lo aja yang kepedean, orang gue manggil Aksa" ucap pemuda itu kemudian menaruh kedua tangan didada.

"Najis banget curut, paling manggil Aksa juga ada maunya" ketus Haksa kemudian beranjak.

Rafa mendelik tapi setelahnya langsung memasang wajah ceria khas seperti anak kecil yang minta mainan pada orang tuanya.

"Sa, nebeng ya" katanya penuh permohonan, kedua matanya mengerjap, mengerling manja menggoda Aksa yang datar saja tak menggubris, pemuda tampan berdarah jepang itu mengangguk kemudian meraih tasnya, "Ayo"

Haksa yang memang masih berada diluar pintu kelas mengumpat, "Apa gue bilang, ada maunya"

Zaidan Arrafa selain ceplas ceplos, suka ngegas dan gamers sejati, pemuda yang dapat sebutan 'acil'—dari Yuna itu tingkat magernya diatas rata-rata, Rafa punya banyak mobil dirumahnya dengan lima macam motor modifikasi miliknya, tapi tidak satupun ia bawa kesekolah, alasannya cuma satu, mager.

Rafa lebih milih minta antar bang Erwin—kakaknya yang selalu jadi tumbal kemageran adik kurang ajarnya itu.

Erwin terlalu lembut untuk ukuran laki-laki pekerja keras sepertinya, mahasiswa hukum yang juga seorang aktivis kampus, jika Rafa yang 24/7 dalam mode elpiji, Erwin berbeda, tutur katanya lembut dan mudah membuat orang lain merasakan kenyamanan, dalam arti lain—sayangable.






–2A1–






Rafa dan ojek pribadinya (Zafian Alderwin / Bang Erwin)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafa dan ojek pribadinya (Zafian Alderwin / Bang Erwin)













Tangerang, 10 Mei 2022











2A1 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang