"Pergi"
Yoan tersentak, pemuda itu diam ditempatnya menatap dalam gadis yang kini bahkan tidak ingin menoleh padanya.
Clara menggeleng kuat masih dengan gumaman kata 'pergi' pada pemuda disebelah ranjangnya.
Clara takut.
Kilasan ingatan tentang kejadian kemarin masih terputar jelas diotaknya, bagaimana ia berusaha memberontak mengerahkan seluruh tenaganya melawan lima pemuda yang ingin melecehkannya.
Lagi, Clara takut.
Andai saja hari itu Clara tidak memakai jaket yang Yoan sampirkan padanya supaya gadis itu terlindung dari rintik hujan.
Atau andai saja saat pensi selesai ia langsung menemui teman-temannya di loby dan tidak memberikan jaket pada pemiliknya dahulu, apakah Clara tidak akan mengalami kejadian seperti kemarin?
Clara takut berada didekat Yoan.
Clara takut ia akan menjadi incaran lagi, ia tidak mau kejadian kemarin sampai terulang lagi.
Bahkan hanya untuk melihat wajah Yoan saja Clara sudah takut.
Yoan tidak berbicara sepatah kata pun, pemuda itu mundur secara perlahan sebelum akhirnya keluar dari UKS, ia tak berani melihat raut ketakutan itu.
Melihat Clara sekacau itu membuatnya hancur.
Yoan tak bisa.
Ia tak sanggup.
Kembali, ia harus dihadapkan dengan Jidan yang sedari tadi berdiri bersandar didinding sebelah pintu UKS.
Pemuda itu meliriknya sekilas sebelum akhirnya melangkah hendak memasuki UKS, tapi baru akan membuka pintu, Jidan kembali menoleh kearah Yoan yang menunduk malah duduk dibangku panjang didepan UKS.
Jidan menipiskan bibir setelahnya ikut duduk disebelah Yoan.
"Kayaknya gue gak bisa ngijinin lo deketin Clara"
Yoan mengangkat wajah, menatap Jidan tepat.
"Gue cukup tau diri, Ji"
Jidan mengangguk kemudian berdiri memasuki UKS.
Jidan mendudukkan diri disebelah ranjang UKS, pemuda itu menatap Clara yang kini menaruh atensi penuh padanya.
"Ji, gue takut"
Air mata berlinang membasahi kedua pipi gadis yang terkenal galak itu, rambutnya berantakan dengan gurat ketakutan yang tercetak jelas.
Jidan mendekatkan diri, tangannya terulur merapikan rambut Clara kemudian berpindah pada dua pipi gadis itu yang sudah basah oleh lelehan air mata.
"Stttt.. udah ya, udah lewat, sekarang lo aman, ada gue, gue disini bakal selalu jagain lo" ucap Jidan berusaha selembut mungkin menenangkan.
"Sekarang makan ya, tadi Yoshi beliin bubur Mas Parjo didepan gerbang, sama ini nih.." jidan menunjuk sebungkus permen Yupi disisi mangkuk bubur, "... Dibeliin Ana, katanya lo demen yupi, kalo lagi sakit bisa langsung sembuh" ucap Jidan diakhiri kekehan kecil, pemuda itu berusaha membuat Clara sedikit melupakan beban trauma yang gadis itu alami kemarin.
Clara sedikit menyunggingkan senyum, rasanya aman jika Jidan berada didekatnya. Clara rasa Jidan memang pantas dijadikan pemimpin.
Jidan mengambil semangkuk bubur dinakas, pemuda itu menyerahkannya pada Clara yang sebenarnya ogah memakannya.
Clara melirik jam yang menunjuk angka delapan lewat dua puluh lima menit, artinya pelajaran masih berlangsung, tapi Jidan malah berada di UKS bersamanya.
"Ji, bukannya masih belajar, kok lo disini?"
Jidan terkekeh setelahnya nyengir seperti tak merasa bersalah, "Alesannya ijin ke toilet, ntar lima menit lagi gue masuk, gantian Alma yang kesini"
"Astaga"
"Tadi pas lo pingsan anak-anak panik banget, Eira Bayu sampe gelut didepan pintu UKS karena sama-sama gak mau ngalah buat nemenin lo"
"Ya ampun beneran Ji? lucu banget"
"Awalnya Ana yang kekeuh gak mau ninggalin lo, tapi Yoshi narik tangan dia karna Pak Danto udah jalan ke kelas" terang Jidan.
Clara spechless, tak menyangka teman-temannya seperduli itu padanya.
"Terharu kan lo?"
Kini satu kekehan panjang terdengar dari mulut Clara, gadis itu sejenak melupakan ketakutannya hanya karena sepenggal cerita keperdulian teman-temannya.
Jidan ikut terkekeh sebelum akhirnya berdiri, "Makanya cepet sembuh, nyusahin lo" katanya kemudian berlari takut saat melihat Clara sudah melotot memegang bantal hendak melemparkan padanya.
Tidak lama setelah kepergian Jidan, pintu UKS kembali terbuka.
Satu kepala dengan senyum manis itu melongo kedalam sebelum akhirnya langsung berteriak heboh memasuki UKS.
Alma.
"Claraaaaa... aduh anak mamah"
Gadis itu berlari cepat mendekat, dua tangannya terbuka lebar dengan raut khawatir tercetak jelas, Alma langsung memeluk Clara dengan erat.
-2A1-
Tangerang, 31 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
2A1 √
Fiksi RemajaKetika para visual line sekolah berotak einstein disatukan dalam satu kelas, gimana jadinya? Saat para penyumbang piala olimpiade dengan berbagai kisah yang mereka miliki terungkap secara perlahan. Kata Jidan, sebenernya ini tuh kisah persahabatan t...