"Ini mesti dirayain gak sih?" Eira menggebrak meja keras, dengan semangat menatap teman-temannya dimeja panjang siang itu.
Ulangan baru saja berakhir, ditutup dengan bahasa inggris yang tentu saja dengan cepat dapat dikerjakan oleh Naomi dan Justin.
Lima hari full mereka menguji otak, berperang dengan soal-soal serta angka-angka yang memusingkan, hari ini Jum'at siang, setelah para laki-laki melaksanakan kewajiban, mereka sengaja berkumpul dirumah Haksa yang sedari pagi cemberut entah kenapa.
Niat berkumpul karena ingin menghibur Haksa malah jadi membuat pemuda itu tambah hilang mood.
Bibirnya semakin maju karena kesal.
Berkali-kali ditanyai alasan kenapa, pemuda itu tak mau menjawab, hanya menggeleng dengan mata menerawang jauh melamun sendiri.
"Maksud lo ngerayain kematian Dino gitu? gak ada hati lo!"
Iya, alasan Haksa cemberut sedari pagi adalah karena Dino—ikan mas koki kesayangannya mati, ditemukan mengambang tak bernyawa.
Haksa histeris hingga membuat seisi rumah kaget takut jika ada maling masuk, bahkan dua satpam rumahnya sampai repot-repot membawa pemukul baseball.
Jika bukan karena ulangan terakhir, Haksa tak akan mau sekolah hari ini, ia lebih memilih membolos demi memakamkan ikan kesayangannya dengan layak.
"Bukan ikan Haksa, tapi ulangan" kata Eira.
"Udah selesai"
"Iya makanya ayo rayain"
"Masih berduka dia Ra, liat noh bibirnya udah monyong jadi tambah monyong" sahut Bayu disebelah gadis itu kemudian tertawa ngakak.
Haksa mendelik tapi tak membalas karena jujur saja hatinya kosong melompong kini, diotaknya hanya terfikir soal Dino, Dino dan Dino.
Misya disebelahnya menepuk pundak pemuda itu kemudian berbisik pelan, "Enggak papa ya ikhlasin, biar Dino tenang dialam sana" katanya lembut tapi jujur saja saat ini gadis itu sedang mati-matian menahan tawa.
"Kalo mau bengek mah bengek aja Sya, gak usah ditahan" sahut Kai yang sedari tadi tak berperasaan berguling sana sini bersama Han dan Justin yang entah kenapa malah ikut betguling menertawakan.
Haksa merebahkan kepala dipangkuan Misya tak memperdulikan tatapan protes teman-temannya, bodoamat.
Ini ajang balas dendam kepada para jomblo yang meledeknya.
Jidan menggeleng kecil kemudian menoleh pada Eira, "Mau ngerayain gimana, ada ide?" tanyanya.
"Jalan-jalan aja gimana?" sahut Nasya.
Clara tak mau kalah, "Liburan lah" katanya.
"Kemana?" tanya Alma.
"Singapore? deket" usul Ana.
"ANJIR NA, SINGAPORE LU BILANG DEKET?" gas Yuna menganga tak percaya.
"Jauh kalo jalan kaki" sahut Shaka terkekeh sendiri dengan kalimatnya.
Jidan mendelik, orang gila.
"Jangan luar negri ah, dalem kota aja, di jakarta banyak tempat wisata kok" ucap Naomi memberi saran.
"Jangan jalan-jalan kenapa sih? kaki gue masih sering sakit" kata Rafa yang sedari tadi diam.
"Kan bisa digendong Yoshi, biasanya juga gitu" kata Nino menyahut santai dengan mata terfokus pada ponsel ditangannya.
"Gila aja Oci jalan-jalan sambil gendong Acil" ucap Yuna.
Rafa mendelik setelahnya menoleh pada Jidan meminta pertolongan.
"Ngecamp aja gimana?" tanya Jidan yang disambut meriah teman-temannya bahkan Haksa yang tadinya tiduran tak bersemangat kini langsung duduk tegak bersorak setuju.
"Sama aja gue gabisa ikut artinya, nanti kan harus nanjak" kata Rafa menunduk frustasi.
"Gak nyambung lu, kan bisa dihalaman rumah, ntar sambil barbequean, anjir seru banget make tenda gitu" kata Haksa.
Rafa kembali mengangkat wajah sumringah, "Tapi dirumah siapa?"
"Stella aja, halamannya luas" usul Kai yang langsung digeplak Nino disebelahnya.
"Maunya lo itu mah"
"Rumah Aksa aja gimana? katanya lebih gede dari rumah Stella, gue jadi kepo" sahut Bayu.
"Gak bisa, akses masuk rumah Aksa cuma buat keluarga, kita gak bakal dibolehin masuk" ucap Jidan yang tentu saja membuat teman-temannya speechless.
"Yang bener lu?" tanya Clara.
Jidan mengangguk, "Satu-satunya orang yang bukan keluarga dan bisa keluar masuk rumah Aksa cuma Julian, bahkan Biru yang jelas tunangan Stella aja susah masuk kesana" jelasnya.
"Gila"
"Eh udah tunangan?" tanya Naomi tak menyangka.
Jidan diam, agaknya salah memilih kata, "Belum, tapi bakal" katanya meralat.
Aksa dan Stella datang dipintu rumah membawa dua jinjingan berisi snack tak lupa dengan minumannya.
Setelah menaruh dua jinjingan diatas meja, pemuda itu menoleh pada Han, Shaka, Yoshi, Kai dan Justin yang duduk berdekatan agar mengikutinya kembali keluar rumah.
"Bantuin ayok" katanya kemudian langsung berbalik.
Sampai dimobil, pemuda itu membuka pintu belakang menunjukkan lima box pizza berukuran satu meter disana.
Lima pemuda itu menganga tak percaya.
Emang ya, orang kaya sekali buang duit tuh kayak gak mikir besok bakal makan apa.
"INI PIZZA SEGINI BANYAKNYA SIAPA YANG MAU NGABISIN?????"
-2A1-
The rich
Tangerang, 16 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
2A1 √
Teen FictionKetika para visual line sekolah berotak einstein disatukan dalam satu kelas, gimana jadinya? Saat para penyumbang piala olimpiade dengan berbagai kisah yang mereka miliki terungkap secara perlahan. Kata Jidan, sebenernya ini tuh kisah persahabatan t...