Han
Woy nomor 5Justin
Nomor 7 juga apasih?Shaka
Yunani kuno apaan sih gue tinggal diindoYuna
Ka, tendang kursi jidan geceShaka
Jauh goblokKai
Ci @yoshiYoshi
Entar dulu bu darma keknya curigaRafa
Ah apaan sih anjir gue baru nomor 1 3, 4 kesananya enggak tauNaomi
Taro hp cepet, bu darma kelilingYoshi
Jidan ngasih kode, liat tangannyaJustin
Baiklah—•—
Tring
Kelas yang awalnya senyap itu mendadak tegang saat satu suara ponsel terdengar.
Shaka mengumpat tertahan sudah sangat ingin memukuli Bayu disebelah kirinya, benar-benar ingin mengikatnya, memasukkannya kedalam karung kemudian menghanyutkannya didanau.
Rafa sampai melotot reflek menendang kursi Bayu didepannya.
Bu Darma melirik kesana-kemari tak sadar suara ponsel siapa yang barusan terdengar, guru galak itu berjalan berkeliling mencari siapa agaknya yang sedang bermain curang dibelakangnnya.
Bayu gemetar menyembunyikan wajah dibalik kertas jawaban, ia benar-benar lupa dengan mode suara ponselnya, padahal baru menghidupkan data, ponsel yang ia taruh di kolong meja langsung berbunyi.
Gagal nyontek.
"Handphone siapa itu?" tanya Bu Darma.
Bayu meneguk ludah susah payah, ia melirik Jidan dibarisan depan meminta pertolongan tapi Jidan masih fokus pada soal-soal didepannya, pemuda itu tak memperdulikan keributan dibelakangnya.
"Kalo gak ada yang mau ngaku, ibu sita handphone kalian satu persatu"
Haksa reflek mengangkat tangan menunjuk Bayu, "Bayu bu, lupa matiin handphone kayaknya" katanya mengadu sekaligus membela.
Bayu menggigit bibir takut, nyengir kuda meminta agar Bu Darmi mau bermurah hati kepadanya.
Bu Darmi mendecak, tapi guru itu hanya menggeleng kemudian berdiri diam disamping meja Bayu mengawasi pemuda itu.
Sebuah kesempatan.
Barisan depan sibuk menoleh sana-sini bertukar jawaban dengan yang belakang karena berkat Bayu lah perhatian Bu Darmi hanya terfokus padanya.
Target utama pemberi contekan adalah Jidan dengan Yoshi sebagai perantara.
Han, Yuna, Nino dan Justin sedari awal sudah sibuk bertukar, sedangkan Rafa hanya fokus memperhatikan tangan kanan Jidan.
Bayu keringat dingin, ia sama sekali tak tahu apa jawaban dari soal yang kini ia baca, pemuda itu hanya menggunakan insting sok taunya, asal menyilang karena gugup mendapat plototan tajam dari guru jangkung disebelahnya.
Stella, Kai dan Aksa juga sama-sama sibuk memperhatikan tangan Jidan, serta Yoshi yang dengan mudah menyelesaikan ulangan berkat ia yang berada tepat dibelakang bangku Jidan.
Mereka sebenarnya pintar, tapi kembali pada ucapan Nino kala itu, pintar dibidang masing-masing.
Einstein hanyalan sebutan bagi mereka yang berhasil masuk 2A1, isinya tetap seperti murid-murid lainnya, hanya saja memang masing-masing punya kelebihan dibidangnya.
Entah itu akademik ataupun non akademik.
Sadar sudah terlalu lama memperhatikan Bayu, Bu Darmi kembali berkeliling, Eira yang sedari tadi merasa kasihan pada tetangga lima langkahnya itu langsung menoleh bertanya lewat gerakan mulut tanpa suara.
"Berapa?"
Bayu menunjukkan lima jari kanan serta tiga jari kiri.
"Delapan?" tanya Eira.
Bayu menggeleng, "Tiga sampe lima" katanya menggerakkan mulut.
Eira paham, ia menunjukkan jari jempol, kelingking serta jari telunjuknya.
Artinya no 3.a, 4.e dan nomor 5.b
Bayu mengangguk, setelahnya menendang kecil bangku Stella didepannya, "La, essay dong"
Stella berbisik kecil, "Yang mana?"
"Semua"
"Goblok"
Stella mengumpat tapi tetap memberikan jawaban, gadis itu melirik Bu Darma yang sudah kembali ke tempatnya kemudian mengangkat kertas jawaban agar Bayu mudah melihatnya.
Dengan gerakan kilat pemuda itu mencatat, takut-takut Bu Darma melihat.
Tak lama bel berbunyi tanda waktu ulangan berakhir, Bayu meneguk ludah kaget saat Bu Darma memukul meja tanda menyuruh seluruh murid mengumpulkan kertas jawaban.
Bayu menyelesaikan kalimat terakhir sebelum berdiri mengumpulkan kertas jawaban, pemuda itu benar-benar berhutang pada Stella yang dengan mudah memberinya jawaban.
"La, abis ini gue beliin cilok mas Dul, selow" katanya menepuk pundak Stella yang mendelik.
—2A1—
Gila aja Yu, sultan mau lo kasih cilok🤣
Tangerang, 15 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
2A1 √
Fiksi RemajaKetika para visual line sekolah berotak einstein disatukan dalam satu kelas, gimana jadinya? Saat para penyumbang piala olimpiade dengan berbagai kisah yang mereka miliki terungkap secara perlahan. Kata Jidan, sebenernya ini tuh kisah persahabatan t...