Bab 7

4 1 0
                                    


~

Jam sudah menunjukan pukul 7.30 yang artinya sekolah sebentar lagi akan masuk. Tapi teman sebangku Tasa belum juga menampakkan diri.

Tasa teringat akan kejadian kemarin sore, dimana Reyhan mimisan waktu itu. Tasa merasa gelisah. Namun, Ia tak tahu harus berbuat apa.

Tring! Tring!

Bell sekolah sudah berbunyi. Reyhan benar-benar tidak masuk hari ini.

Tasa panik. Ia lantas mengirim pesan untuk Reyhan. Entah kenapa, hatinya merasa tak tenang akan Reyhan.

Me:
Rey?
Lo dimana?
Kenapa ngga masuk?
Lo sakit?

Lalu seorang guru masuk. Tasa dengan cepat menyimpan ponselnya kembali.

"Haja! Reyhan kemana? Lo tau ngga?" Tanya Tasa ketika Haja dan Fendi duduk di tempatnya.

Haja menggeleng. "Engga, dia ngga bilang apa-apa sama gue."

Tasa semakin panik. Ia khawatir jika Reyhan benar-benar sakit, karena kemarin sore.

"Nona manis kesepian? Mau prince temani?" Fendi tampak mengambil kesempatan. Sebenarnya Fendi sedikit kesal, karena Tasa mencari Reyhan. Tapi Ia mencoba bersikap biasa.

"Engga", balas Tasa memaksakan senyumnya.

~

Jam istirahat tiba. Tasa segera membereskan semua bukunya. Ia dengan cepat keluar tanpa menunggu Haja dan Fendi.

"Nona manis! Mau kemana?" Teriak Fendi. Ingin Ia mengajar tapi Tasa keburu jauh. Fendi lantas berdecak.

"Reyhan mulu perasaan." Gerutu Fendi. Ia menatap punggung Tasa yang semakin menjauh.

Haja berdiri disamping nya. Ia juga menyaksikan punggung Tasa yang semakin menjauh dan hilang di belokan kelas. Tepatnya kelas Raina. "Karena Reyhan lebih ganteng dari lo mungkin."

Fendi menoleh cepat. Ia menatap Haja tak suka. "Pucet kayak mayit gitu lo bilang ganteng?!"

Haja tersentak dengan Fendi yang bicara sarkas tentang Reyhan. Ia menatap teman sebangkunya itu tak percaya. "Omongan lo Fen, ngga ganteng sama sekali."

Fendi tidak peduli. Ia malah berjalan cepat menuju kantin. Meninggalkan Haja.

~

"Rai!" Raina dan Jaya yang sedang makan nasi goreng menoleh pada sumber suara.

Disana terlihat Tasa yang sedang menetralkan nafasnya. Lalu gadis itu mendekat. Gadis itu telah mencari dua sejoli ini di kelas tadi, tapi tidak ada. Ternyata keduanya di kantin.

Raina sudah dapat menebak, apa yang sedang kakak kelasnya ini butuhkan.

"Abang lo kemana? Kok dia ngga masuk?" Tanya Tasa to the point.

Mood Raina sudah tidak baik sejak pagi. Jaya mengetahui itu karena Raina bercerita padanya bahwa abang kesayangannya itu kambuh. Jelas itu membuat Raina khawatir. Dan Ia dipaksa untuk sekolah, dari pada menunggu abangnya yang sedang terbaring di rumah sakit.

Jaya terlihat was-was. Ia takut Raina akan lepas kontrol. Karena perihal abang adalah hal yang sensitif bagi Raina.

Maklum saja, dua orang ini telah hidup berdua selama tujuh tahun lamanya.

"Sakit", jawab Raina singkat. Ia tetap fokus pada nasi gorengnya yang sudah setengah habis. Tanpa ada niat menoleh, atau menatap Tasa yang banjir keringat, akibat berlari.

"Sakit apa?" Jantung Tasa semakin berdetak tak karuan. Benar saja, Reyhan sakit. Ia yakin karena kemarin wajah Reyhan benar-benar pucat. Ditambah lagi, Reyhan sempat mimisan kemarin sore.

Hope NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang