~"Engga."
Raina berkata tanpa berpikir panjang. Jaya yang mendengarnya terkejut bukan main. Semudah itukah Ia ditolak?
Padahal Ia kurang apa? Kaya? Sudah kecipratan orang tuanya. Ganteng? Sudah dari lahir. Cerdas? Sudah mendarah daging.
Tapi apakah itu belum cukup untuk seorang Raina?
"Kenapa?" Tanya Jaya dengan wajah serius.
"Masih sekolah." Jawab Raina singkat. Topik yang Jaya pilih sangat tidak menarik. Raina tak minat dengan topik itu.
"Basi lo Rai!" Ketus Jaya. Ie menatap depannya. Tangannya mulai mengeluarkan ponsel ingin bermain TTS offline pada ponselnya. Jaya kesal dengan Raina yang menganggapnya bercanda.
"Lah, marah lo?" Raina menarik-narik lengan Jaya agar melihatnya lagi. Namun tampaknya Jaya benar-benar marah pada dirinya. Raina berdecak! Membuat kekesalan pada hari minggunya. "Yaudah, gue pulang aja!"
Raina bersiap berdiri, namun dengan cepat Jaya menahan lengannya. Ia tidak ingin hari minggunya dengan Raina berakhir dengan pertengkaran.
"Jangan Rai! Gue bercanda kok. Mending kita nonton! Ayok!" Tanpa menunggu persetujuan dari Raina, Jaya segera menariknya. Ia sedikit memaksa, karena jika tidak, Raina-nya pasti akan pergi.
Diam-diam Raina mengulum bibirnya. Menahan senyum salah tingkahnya.
Lagi-lagi Jaya ditolak. Tak apa, Ia akan mencobanya besok dan lusa. Terus mencoba sampai Ia mendengar jawaban yang Ia inginkan dari bibir Raina.
~
Tasa tersenyum setelah menutup pintu. Hari ini menyenangkan. Ternyata Fendi punya daya tarik tersendiri yang membuatnya betah berlama-lama dengan buaya SMA Kencana tersebut.
Ditambah lagi, sore ini orang tuanya belum pulang. Yang artinya hanya Ia dan pembantu rumahnya lah yang berada di rumah besar ini.
Dengan langkah riangnya, Tasa melangkah menaiki tangga. Setelah masuk kamar Ia segera membersihkan tubuhnya. Dan menjalankan ibadah sholat. Setelah itu barulah Ia membuka ponselnya.
Ia segera melihat cerita yang tadi Ia bagikan. Terdapat username milik Reyhan disana. Lantas bibirnya tersenyum senang.
Kemudian dengan cepat, Ia membuka room chat nya dengan Reyhan.
Me:
Selamat sore Rey!
Bagaimana kabarnya hari ini?Centang satu. Senyumnya luntur seketika. Mungkin Reyhan sedang sibuk? Ya, berpositif thinking saja.
~
"Bagaimana kabar Reyhan hari ini?" Tanya wanita paruh baya didepannya. Parasnya cantik dengan rambut panjangnya. Yang sebagian kanan-kirinya dijepit ke belakang. Perutnya buncit menandakan perempuan itu sedang hamil.
Reyhan diam. Ia menatap perut buncit perempuan itu, dengan wajah perempuan itu bergantian. Sudah lama Ia tidak melihat perempuan yang Ia sebut Mama ini.
Vernanda Leova. Seorang perempuan cantik yang dulu menyandang marga Brizan. Perempuan yang entah bisa dipanggil dengan mama lagi atau tidak.
Perempuan yang tega meninggalkan kedua anaknya yang kala itu sedang berusia empat dan lima tahun. Meninggalkan suami yang saat itu, sedang berada dititik terendahnya.
Wanita yang sangat tega berselingkuh, saat keadaan ekonomi keluarganya berada diujung tanduk.
Dan lebih memilih meninggalkan semua kesengsaraan tersebut demi seorang laki-laki yang lebih kaya dari Papa Reyhan dan Raina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Teen FictionTidak ada yang mudah didunia ini, semuanya sangat sulit. Jika ingin yang mudah dan menyenangkan, maka kamu harus berjuang dulu. -Sun, Jun 26-22 -6.36 End -Mon, Oct 24-22 -8.10