~Brak!
Badan Reyhan membentur tembok sekolah dengan keras. Ia meringis merasakan perih.
"Ngga usah merasa sok jago lo!" Ucap Fendi dengan amarah. Ia menunjuk wajah Reyhan murka.
Reyhan menepis tangan Fendi. Ia menatap Fendi tajam.
Saat ini dua remaja seumuran itu berada di parkiran sekolah yang sudah sepi. Saling menatap tajam dengan tangan mengepal.
"Hanya karena Tasa peduli sama lo! Bukan berarti dia suka sama lo!" Ucap Fendi penuh penekanan dalam setiap katanya.
Reyhan terkekeh. Hanya karena ini, menyebabkan pertengkaran. Sangat childish sekali. "Kenapa? Lo takut tersaingi?"
Muka Fendi semakin memerah. Tangan yang mengepal erat itu memukul wajah Reyhan kencang. Sampai Reyhan tertoleh dan hampir saja limbung, jika Ia tidak berpegang pada tembok. Ujung bibirnya mengeluarkan darah. Pukulan Fendi benar-benar kuat.
"Itu akibatnya kalo lo sok jago!" Ucap Fendi bangga.
Reyhan bangkit, Ia menyentuh ujung bibirnya yang berdarah dengan ibu jarinya. Ia meliriknya sekilas. Kemudian menatap Fendi tajam dan mengintimidasi. Ia lantas meludah ke samping, kala merasakan darah itu masuk kemulutnya.
Nyali Fendi sedikit goyah. Reyhan yang lebih tinggi darinya, terlihat sangat menyeramkan dengan ekspresi wajah seperti itu.
"Lo bilang gue sok jago?" Reyhan maju selangkah mendekat pada Fendi. Fendi mundur dengan wajah panik yang berusaha Ia sembunyikan. "Trus lo apa? Kalo kayak gini aja lo main tangan?"
Fendi meneguk salivianya susah payah. Ia masih berani menatap Reyhan dengan jantung yang berdetak kencang.
"Tenang. Gue ngga akan paksa siapa pun buat suka sama gue. Dan lo juga ngga punya hak atas itu. Terserah Hana dia mau suka siapa." Ucap Reyhan dingin. Ia berhenti melangkah maju dan memojokkan Fendi yang ketakutan.
"Cuma deket doang, belum pacaran aja udah gini. Apalagi pacaran." Reyhan berujar mengejek. Ia kemudian merapihkan seragamnya. Memgibaskan bekas tangan Fendi seperti membersihkan debu. Kemudian tersenyum smirk dan pergi dari sana.
Fendi memantau punggung Reyhan yang menjauh keluar gerbang sekolah. Kemudian Ia berdecak sambil menendang batu kerikil dibawahnya. "Sialan!"
Di jalan, Reyhan mencoba menenangkan emosinya. Ia tidak ingin membawanya sampai rumah. Ia melajukan motornya dengan kencang, membelah jalan raya yang ramai.
"Ck! Harusnya gue jalan sama Hana tadi. Dasar Fendi sialan!" Sesal Reyhan di jalanan.
~
Tasa memutar matanya malas. Ia malas melihat Papanya yang sedang tidur bersama seorang wanita asing. Barusan di bawah Ia telah melihat Mamanya yang bermesraan dengan laki-laki yang kemarin dikenalkan dengannya.
Tasa kemudian menutup pintu kamar Papanya yang sedikit terbuka dengan kencang. Mengejutkan orang-orang yang ada di rumah ini.
"Tasa? Kamu udah pulang? Kok ngga salam?" Tanya Mama dari bawah sana.
Tasa tak menjawab, seolah Ia tidak mendengar. Kemudian Ia berjalan kearah kamarnya. Menutup pintu dengan kencang, dan langsung dikunci.
Ia melempar asal ransel, melepas cepat sepatu, lalu menghambur kekasur king size nya. Ia Kemudian menghela nafas lelah dengan kencang.
"Capek banget hari ini ya Tuhan! Punya orang tua, ngga ada yang waras! Gila semua!" Teriaknya sengaja dikencangkan. Biar saja orang-orang itu sadar! Ia sudah lelah bersabar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Teen FictionTidak ada yang mudah didunia ini, semuanya sangat sulit. Jika ingin yang mudah dan menyenangkan, maka kamu harus berjuang dulu. -Sun, Jun 26-22 -6.36 End -Mon, Oct 24-22 -8.10