~Sudah lima hari Reyhan tak sadarkan diri dan terbaring lemah di rumah sakit. Dan Raina setiap hari selalu menjaga dan menunggu mata itu terbuka. Kadang Jaya juga ikut menemani.
Semua keluarga sudah Ia kabari. Hanya tinggal Papanya saja yang masih belum ada kabar kapan beliau akan pulang. Pesan dan telefon dari Raina pun belum dibaca dan diangkat sama sekali.
Untuk teman sekolah Reyhan, hanya beberapa saja yang tahu dan yakin bahwa Reyhan dirawat dirumah sakit. Selebihnya mereka tidak tahu, dan malah menganggap ini hanya rumor saja. Pasalnya Reyhan juga tidak punya banyak teman di sekolah. Ia hanya dikenal sebagai anak emas SMA Kencana, itu saja.
Hanya Sabrina saja yang kerap sekali menjenguk Reyhan.
Setiap hari, air mata Raina tak lelah turun. Ia ingin mencoba kuat saat mengunjungi abangnya, tapi air mata ini terus saja turun. Lantas Ia menghapus dengan lengannya.
"Lama banget lo tidurnya. Bangun kek, lo ngga kasian apa gue nangis tiap hari?" Ucapnya serak. Ia menggoyangkan lengan Reyhan pelan.
"Jahat banget jadi abang, biarin gue nangis sendirian. Bodo ah, gue tinggal sendiri lo, tapi nanti balik lagi." Kemudian Raina benar-benar meninggalkan Reyhan sendiri. Ia menutup pintu dan langsung menjumpai Jaya.
Cowok itu baru saja datang. Ia menjemput Raina untuk datang kesekolah. Sekolah memang sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar, hanya ada lomba-lomba dan persiapan kelulusan.
Raina dan Jaya, mereka berada didevisi yang sama yaitu sie acara. Jadi mau tidak mau mereka harus selalu standby di sekolah setiap hari.
Raina sudah menolak ketika ditawari devisi itu, setelah mendengar kabar abangnya. Namun semua orang tidak ada yang bisa selain Raina. Dan Jaya, Ia tidak mau satu devisi dengan orang lain selain Raina.
"Persiapan udah berapa persen Jay untuk mc?" Tanya Raina ketika berjalan keluar rumah sakit. Tangannya mengetikkan sebuah pesan untuk Stevany. Ia memberi tahu Stevany, bahwa Ia sedang ada urusan di sekolah.
"Delapan puluh. Untuk pengisi acara lainnya gimana?" Tanya balik Jaya. Ia tahu gadis di sampingnya ini sedang berusaha menutupi kesedihannya.
"Hampir seratus persen. Tinggal dikompakin aja." Balas Raina. Ia sudah selesai mengirim pesan. Kemudian Ia menyimpan kembali ponselnya pada kantong.
"Mau beli es krim dulu?" Tanya Jaya ketika sudah berada di depan rumah sakit. Ia melihat abang-abang penjual es krim.
Raina menoleh pada abang-abang itu. "Boleh." Jawabnya singkat. Ia mengikuti Jaya yang langsung berjalan ke abang tukang es krim itu.
"Bang es krim rasa coklat dua ya." Pesan Jaya. Abang tersebut mengangguk. Tak lama es krim coklat telah siap.
Raina menerima pemberian Jaya. Ia langsung menyantapnya saat itu juga.
"Mau langsung ke sekolah?" Tanya Jaya setelah selesai membayar.
"Iya, gue mau jagain abang lagi."
Jaya mengangguk. Kemudian dua sejoli itu langsung kearah parkiran, mengambil motor Jaya dan pergi ke sekolah.
Raina-nya Jaya setelah abangnya drop sangat jelas terlihat berbeda. Ia jadi lebih pendiam. Jarang makan dan tidur. Sibuk menangis dan mengurung diri di kamar rawat abangnya. Taruhan yang biasanya mereka lakukan kini sangat jarang sekali. Bahkan tidak pernah sejak hari itu. Raina-nya Jaya benar-benar rapuh.
Tapi Jaya akan selalu di sini, di sisi Raina. Apapun yang akan terjadi. Jaya akan selalu di sini.
~
"Besok lebih kompak lagi ya! Semangat!" Raina menyemangati pengisi acara dari kelas sepuluh yang akan tampil di hari kelulusan besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Teen FictionTidak ada yang mudah didunia ini, semuanya sangat sulit. Jika ingin yang mudah dan menyenangkan, maka kamu harus berjuang dulu. -Sun, Jun 26-22 -6.36 End -Mon, Oct 24-22 -8.10