Bab 34

2 0 0
                                    


~

Tasa memandang jaket hitam yang ada di kursi belajarnya. Ia bangkit dari kasur kemudian mengambil jaket tersebut.

Tadi saat pulang sekolah, Ia bertemu dengan Rey di parkiran. Dan akan mengajaknya berjalan-jajan, tapi Reyhan menolaknya.

Ketika itu, Rey memberikannya jaket itu, sebab rok Tasa yang terlalu pendek. Dan Fendi, Ia tidak memakai jaket saat itu. Tasa menerimanya dan rencana akan mengembalikannya tadi saat di taman.

Tapi nahas, Reyhan tak datang dan malah terlihat membonceng Sabrina. Kecewa, sungguh. Ia jadi berpikir, apa alasan Reyhan menolak ajakannya karena Sabrina?

Tasa mulai overthinking.

Tasa mengambil jaket itu, dan mengeluarkan apa yang ada di kantong jaket tersebut.

Dua buah botol obat berada di dalamnya. Tasa mengambil obat tersebut. Alisnya mengerut, Ia tak tahu ini obat apa.

Dengan cepat Ia duduk pada kursi belajarnya, dan meletakkan jaket Reyhan kembali pada kursi, kemudian mencari informasi melalui internet. Ia membaca dengan teliti artikel yang menerangkan obat itu.

Jantungnya berdegup kencang. Ia menggenggam obat itu kuat. Setelah itu, tanpa berpikir panjang Ia mengambil jaket miliknya dan keluar kamar.

~

"REYHAN!"

Panggil Tasa dengan kencang. Ia menggedor pintu rumah Reyhan dengan brutal. Tak peduli apa pendapat tetangga Reyhan nanti. Yang jelas Ia benar-benar marah dan kecewa sekarang.

"Hana. Lo kena-"

Plak!

Tamparan mulus mendarat pada pipi kiri Reyhan. Wajah tampan itu menoleh ke kanan. Ucapannya terhenti begitu saja. Jantungnya berdetak kencang lantaran bingung dan takut. Ia tidak tahu kesalahannya di mana sampai Tasa marah besar.

Raina yang di belakangnya menatap tajam Tasa yang menampar Reyhan. Tangannya mengepal. Ia menarik paksa tangan Tasa agar masuk kedalam rumah.

Suara Tasa cukup mengganggu. Raina tidak mau tetangganya melihat keributan ini.

Setelah menarik paksa Tasa masuk, Raina segera menutup pintu kencang. Ia kembali lagi kehadapan Tasa dan berniat membalas tamparannya.

Namun tangan Reyhan lebih cepat menahan. Tamparan itu tidak sampai pada wajah mulus Tasa.

"Bang! Lepas! Dia udah nampar lo, gue ngga terima!" Reyhan menghempaskan tangan Raina. Raina tercenggang di buatnya. "Lo apa apa an si!"

Reyhan tak menggubris Raina Ia beralih menatap Tasa yang menatap nya tajam. "Ada apa Han, kenapa lo malam-malam kesini?"

Tasa mengeluarkan dua obat tadi yang Ia temukan di saku jaket Reyhan. Kemudian mengangkatnya tepat di hadapan Reyhan. "Apa ini?"

"I-itu. Lo dapet dari mana?" Mata Reyhan membulat. Ia ingin mengambil obatnya kembali namun Tasa segera membantingnya ke lantai. Obat yang wadahnya terbuat dari kaca itu pecah berserakan. Sudah tak layak dikonsumsi lagi.

Raina semakin naik pitam. Ia tak habis pikir dengan Tasa. Ini sudah keterlaluan baginya. Ia akan maju membalas, namun ucapan Tasa menghentikannya.

"Kenapa lo bohongi gue?" Tanya Tasa dengan suara lirih.

Reyhan maju selangkah, ingin meraih tangan Tasa namun gadis itu mundur setiap Reyhan melangkah padanya.

"Hana, gue minta maaf, gue ngga bermaksud bohongi lo. Gue cuma takut-"

"Takut apa?!" Ucapan Reyhan terhenti. Ia menatap mata sembab dihadapannya sendu.

"Takut gue ngga mau temenan sama lo? Takut gue jijik sama Lo? Atau takut gue kasihani? JAWAB!" Tasa mendorong keras tubuh Reyhan hingga Ia mundur beberapa langkah.

Hope NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang