Bab 15

1 0 0
                                    


~

"Han-"

Prang!

Suara pecahan benda menghentikan tangan Reyhan yang akan mengetuk pintu. Ia mematung di tempat. Suara itu, mengingatkannya pada malam kelam yang pernah hadir.

Ya, pertengkaran orang tuanya sebelum berpisah.

Reyhan kemudian tersentak. Bagaimana jika Hana terluka, karena tak sengaja kena sasaran seperti dirinya dulu. Ia lantas membuka pintu tanpa mengetuk. Ia sangat khawatir pada gadisnya.

Ceklek

Pintu terbuka begitu saja. Tapi bukan Reyhan yang membuka, melainkan Tasa. Gadis itu sudah siap dengan setelan kemeja yang sengaja dibuka semua kancingnya, menampilkan kaos hitam polos dan dipadukan dengan celana levis.

Tasa terkejut, Ia tak menyangka Reyhan sampai dengan begitu cepat. Ia sangat yakin bahwa Reyhan pasti sudah mendengar perdebatan orang tuanya.

"LO KALO MAU SELINGKUH CARI TEMPAT SENDIRI! JANGAN BARENG GUE!" Suara wanita berteriak menggelegar. Pintu yang terbuka membuat suara sangat jelas terdengar.

"LO YANG HARUS NYA PERGI. INI, RUMAH GUE!" Bentak seorang laki-laki.

"Rey, jadi pergi kan?" Tanya Tasa ragu. Tasa yakin, Reyhan pasti telah mendengarkan ocehan orang tua Tasa.

Rey menatap Tasa. Ia melihat gadis itu tersenyum sendu padanya.

Mencoba baik-baik saja dalam segala hal, disaat kita tidak baik-baik saja itu sulit. Seperti sekarang ini. Tasa menetralkan ekspresinya. Ia sudah biasa dengan pertengkaran orang tuanya. Hal ini sudah menjadi makanannya sehari-hari.

Reyhan menatap Tasa kawatir. Ia pernah berada di posisi Tasa. Rasanya menyakitkan. Ditambah, dulu Raina masih sangat kecil. Tak seharusnya Raina dan Reyhan atau bahkan Tasa melihat hal yang tidak pantas seperti ini.

Mereka orang tua, tidak boleh bertengkar di depan anaknya. Atau trauma dan ketakutan berat akan menghantui anaknya.

"Rey-" merasa tak dianggap, karena Reyhan hanya menatapnya, Tasa ingin bertanya lagi. Dan sialnya Reyhan malah memeluknya. Jantungnya sudah berdetak dua kali lipat sejak tadi. Tepatnya, ketika Ia membuka pintu dan mendapati Reyhan di depannya.

"Lo ngga apa apa?" Tanya Reyhan. Ia mendekap Tasa erat. Seolah tak ingin gadis ini terluka secara lahir dan bathin.

Tasa tersentak. Entah kenapa, jika Reyhan yang bertanya, hatinya merasakan perih dan matanya mulai berkaca-kaca. Biasanya Tasa tidak peduli dengan pertengkaran dua orang tuanya. Ia tidak lagi sakit hati. Tapi hari ini, perasaanya ada yang aneh. Ia hanya ditanya ' Lo ngga apa apa?' Tapi sukses membuat hati nelangsa dan mata yang berkaca-kaca.

~

Mereka telah sampai di dermaga. Duduk di ujung dermaga dengan kaki dilipat bersila. Hari telah sore. Langit senja yang jingga merupakan pemandangan yang mereka pandang saat ini. Dan ditemani oleh angin, yang menerpa lembut rambut keduanya.

"Rey" panggil Tasa. Ia menatap lekat Reyhan. Cahaya matahari itu menerangi wajah Reyhan yang tampan. Selalu candu untuk dilihatnya terus terusan.

"Ya?" Reyhan menatap balik Tasa. Ia tersenyum tipis.

"Lo, masih mau temenan sama gue kan?" Tanya Tasa ragu. Ia menatap lekat manik hitam itu.

Reyhan mengangguk mantap, Ia tersenyum. "Mau."

Tasa lantas tersenyum sendu. Setidaknya itu cukup menghibur. Ia kemudian memutus kontak mata. "Terimakasih."

Tangan Reyhan meraih kepala Tasa, kemudian menaruhnya dibahu. Ia mengelus lembut surai hitam legam itu. "Nangis aja kalo mau, marah aja kalo mau juga. Jangan dipendam. Ngga baik."

Hope NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang