Bab 2

10 1 0
                                    


~

Tok tok

"Rai!" Panggil Reyhan didepan kamar Raina. Ia menunggu si empu membukakan pintu.

Pintu terbuka menampilkan Raina dengan baju tidurnya.

"Kenapa bang?" Raina mengucek matanya.

"Gue ngga bisa tidur Rai, tidur bareng lo ya", ucap Reyhan. Lalu Ia masuk kamar Raina, tak menunggu persetujuan dari Raina.

"Ck! Lo kenapa? Mimpi buruk?" Kesal Raina. Ia mengikuti Reyhan dari belakang dengan berkacak pinggang. Kamar dengan nuansa biru muda itu sedikit berantakan. Wajar saja karena Raina anaknya sedikit pemalas.

Reyhan diam sebentar sebentar, melihat betapa berantakannya kamar Raina. "Sebagai gantinya gue beresin kamar lo besok."

Mendengar penawaran itu, Raina langsung tersenyum. Ia kemudian mengangguk. "Okee!"

Reyhan tersenyum lega. Ia segera merebahkan tubuhnya pada kasur king size Raina, yang berwarna biru muda polos.

"Jawab dulu pertanyaan gue, kenapa lo tiba-tiba pindah kamar?" Raina masih menunggu jawaban.

Reyhan diam. Ia kira Raina akan teralihkan dengan penawaran tadi, ternyata tidak. Adiknya sama cerdasnya dengan Reyhan, jangan lupakan itu.

"Mimpi buruk." Ucap Reyhan pada akhirnya. Toh Ia juga tidak bisa berbohong di depan Raina.

Raina menghela nafas, lagi-lagi mimpi buruk itu menghantui abangnya. Ia selalu merasa kasian dengan Reyhan karena mimpi itu.

Setelahnya Raina ikut merebahkan diri di samping Reyhan.

~

Tasa tersenyum menatap langit kamarnya. Tadi, Ia pulang sekolah bersama Fendi. Playboy itu sudah mulai rencananya. Yaitu membuat Tasa jatuh cinta padanya dan berjanji akan berhenti 'bermain' jika Tasa benar-benar jatuh padanya.

Tasa terkekeh mengingat itu. Ia menghela nafas lega, ternyata sekolah barunya menyenangkan. Ia sudah berpikir aneh-aneh sebelumnya.

Namun sedetik kemudian, senyumnya luntur. Ia mengerutkan alisnya tiba-tiba. Satu nama terpikirkan olehnya tiba-tiba, "Reyhan. Cowok misterius, hmm, gue jadi semakin penasaran."

Ia kemudian mengambil ponselnya dan membuka aplikasi chat. Mencari nomor Reyhan. Tak lama Ia berdecak. "Ck! Ngga ada profil semua gini".

Ia kemudian beralih ke aplikasi isagram dan mengetikan nama Reyhan disana. Tidak ketemu juga. Tasa kesal sendiri. "Ngga ada semua! Nolep banget hidupnya."

Tasa meniup poninya kesal. Lalu satu ide terlintas dipikirannya. Ia tersenyum lebar, lalu kembali menyalakan ponselnya. "Fendi pasti punya!"

Me:
Fen, bagi no. Reyhan dong

Centang satu. Tasa kembali berdecak. Entah kenapa mengulik informasi Reyhan sulit sekali. Ada saja halangannya.

"Ck! Mending gue tidur!" Kesal Tasa. Ia segera kembali masuk, mengunci pintu balkon, membersihkan diri, kemudian tidur. Ia harap besok akan mendapatkan apa yang Ia inginkan. Entah dari orang lain atau orangnya langsung.

~

Suara alarm membangunkan dua saudara bermarga Brizan.

Reyhan bangun duluan. Ia mematikan alarm ponselnya. Jam menunjukan pukul tiga pagi. Saatnya keduanya berberes rumah dan siap-siap pergi sekolah.

"Rai bangun, udah adzan." Reyhan duduk dan membangunkan Raina dengan memukul pipinya pelan.

Raina mengerjap. Ia mengambil tangan Reyhan dan menyingkirkannya. "Lima menit lagi." Ucapnya serak.

Hope NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang