~Guru memberikan tugas menulis. Setelah Beliau selesai menulis di papan, guru tersebut keliling memeriksa murid siapa saja yang mencatat.
Tasa panik kala guru itu berjalan tepat dibarisan bangkunya. Ingin membangunkan Reyhan yang terlanjur pulas pun sungkan. Ia menarik ulur tangannya, wajah yang begitu tenang itu membuatnya tak tega membangunkan.
Sekarang guru tersebut tepat disamping Tasa. Guru itu berhenti disamping Tasa dan menatap Reyhan dengan alis berkerut. "Kenapa dia?"
Tasa menunduk. Ia melirik Reyhan sekilas. Memikirkan alasan apa yang tepat untuk Ia jawab. "Kecapean bu." Jawabnya lirih.
Guru itu menangkap wajah pucat Reyhan. Ia lantas memegang kening Reyhan. Suhunya normal, tapi wajahnya pucat. "Rey-"
"Biarin aja bu, dia kecapean gara-gara ngajarin saya materi ibu semalaman." Sergah Tasa cepat. Ia tidak ingin Reyhan kena marah guru tersebut.
Beliau perlahan melunak. Ia mengangguk, kemudian kembali ke kursinya.
TRING! TRING!
Suara bell istirahat berbunyi, Tasa menghela nafas lega. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
"Yasudah, kita akhiri pelajaran kita hari ini, wassalamu'alaikum wr wb."
"Waalaikumsalam wr wb." Jawab serempak murid. Barulah guru tersebut keluar kelas.
Tasa langsung merenggangkan otot-ototnya yang pegal. Ia membereskan bukunya. Setelah itu Ia meletakkan kepalanya dimeja, menghadap langsung wajah Reyhan yang terlelap.
"Sa-"
"Duluan aja." Potong Tasa cepat saat Fendi akan mengajaknya kekantin. Ia tidak membawa bekal hari ini. Jadi Ia akan makan dikantin, tapi nanti ketika Ia sudah puas menatap wajah tampan Reyhan.
"Ganteng banget." Celetuk Tasa lirih. Kelas perlahan sepi, meninggalkan dua insan tersebut.
Tangan Tasa terulur ingin menyentuh wajah tampan Reyhan. Namun tiba-tiba saja mata Reyhan mengerjap dan terbuka. Tasa lantas menghentikan tangannya yang sudah ditengah jalan. Matanya juga sukses terbuka lebar, langsung menatap mata Reyhan.
Seolah waktu berhenti, mereka terjebak dalam situasi tersebut. Saling tatap satu sama lain. Mata Reyhan yang sendu, menyejukkan siapa saja yang menatapnya. Berbanding balik dengan Tasa yang melebarkan matanya karena terkejut.
"Udah istirahat, Han?" Tanya Reyhan. Ia menegakkan badannya. Tangannya terulur memijit jidatnya pelan. Entah kenapa, peningnya masih terasa.
Tasa mengerjap. Ia baru bisa mengambil kesadarannya kembali. Ia ikut menegakkan badan, dan menggaruk pipinya yang tak gatal. Bisa dipastikan wajahnya sangat merah sekarang, karena Ia menahan malu. Ia lantas menundukkan wajahnya, rambutnya yang panjang bisa menutupi Reyhan yang akan melihat wajahnya. "Udah."
"Lo ngga istirahat?" Tanya Reyhan lagi. Ia mulai mengeluarkan bekal yang Ia bawa. Ia melihat Tasa yang enggan menunjukkan wajahnya. Alisnya berkerut, Ia ingin menyingkirkan rambut Tasa yang menghalangi. Namun tiba-tiba saja gadis itu berdiri. "Hana."
"I-ini mau kekantin. Tadi kan bangunin lo dulu. Yaudah gue duluan ya!" Ucap Tasa cepat dan segera berjalan keluar meninggalkan Reyhan sendiri.
Setelah Tasa benar-benar tak terlihat Reyhan terkekeh pelan. "Lucu." Ucapnya lirih.
~
"Yes! Gue menang! Ice cream jagung satuuu." Goda Raina ketika sudah sampai dikantin duluan. Ia lantas duduk disalah satu bangku.
Tak lama Jaya datang dengan nafas tersengal. Ia membungkukkan badannya, tangannya bertumpu pada lutut. Mencoba mengatur nafasnya. Ia menatap tajam Raina yang sudah duduk manis disalah satu bangku.
Raina yang ditatap seperti itu, malah tersenyum bangga. Akhirnya Ia bisa melakukan balapan lagi bersama Jaya. Ketika Jaya mendekatinya, dengan lirih Ia berhitung.
1
2
3
"Curang lo Rai!"
"Curang lo Rai!"
Ucap keduanya bersamaan. Raina lantas tertawa. Ia sudah tahu apa yang akan Jaya ucapkan setiap Ia kalah.
Sedangkan Jaya, Ia tak menyangka Raina tahu Ia akan mengeluarkan kata-kata legend nya.
Beberapa murid yang mendengarnya lantas tertawa. Membuat Jaya semakin malu. Mereka ikut senang dengan kembali akurnya tom and jerry satu ini.
"Cepet pesen. Gue samain aja kayak lo." Raina berucap seperti bos. Ia lantas bermain ponsel.
Jaya menatap takjub gadis ini. Hanya gadis ini yang berani menyuruhnya layaknya seorang bos. Padahal Ia ini dimana-mana lumayan disegani. Karena Papanya yang terkenal kaya dan merupakan CEO di suatu perusahaan.
Tapi walaupun begitu, Jaya sudah terlanjur terpesona dengan gadis ini. Sampai Ia rela membatalkan perjodohan demi gadis ini.
Tak lama Jaya kembali dengan senampan pesanan mereka. Dua mangkok mie ayam dan dua gelas es teh.
Raina meletakkan ponsel nya. Ia membantu Jaya menaruh pesanan mereka. Setelah itu, Jaya duduk dihadapannya.
"Rai." Panggil Jaya. Mimik wajah cowok itu tiba-tiba berubah serius. Raina yang baru saja menyuapkan satu sendok mie ayam itu, mengerutkan keningnya. "Pulang sekolah, ikut gue ketemu orang tua gue mau?"
Uhuk! Uhuk! Raina tersedak mendengarnya. Jaya segera membantu Raina untuk memberinya minum. "Tiba-tiba banget. Mau ngapain?"
"Mereka pengen tau, calon menantunya secantik apa." Jawab Jaya dengan senyum palsu. Yang jelas bukan itu, orang tuanya ingin melihat siapa cewek yang berani merubah jalan pikir Jaya sampai Ia berani menjadi pembangkang.
Raina jelas tahu Jaya berbohong. Namun, memaksanya untuk jujur pun mungkin akan percuma. "Harus banget ya?"
Jaya mengangguk cepat dengan tatapan penuh harapan. "Iya!"
Raina menangkap itu. Ia tampak berpikir. Haruskah Ia datang? Atau menolaknya saja? Tapi hubungan mereka baru saja membaik, Ia tidak mau jika Ia menolak, maka hubungan keduanya kembali buruk. "Oke. Jam berapa?"
Jaya menghela nafas lega. Ia tersenyum merekah. "Pulang sekolah nanti langsung. Ngga usah ganti baju dulu."
"Oke, tapi temenin gue bilang abang gue dulu ya." Ucap Raina. Dalam hati Ia berdoa semoga semuanya berjalan lancar.
~
Bell pulang sekolah telah berbunyi sejak Lima belas menit yang lalu. Kini Reyhan dan Tasa sudah bersiap meninggalkan sekolah dengan motor kesayangan Reyhan.
"Abang!" Reyhan yang akan menancap gas berhenti, kala Raina datang bersama Jaya. Motor Jaya berhenti disamping motor Reyhan.
"Kenapa Rai?" Reyhan mengerutkan alisnya melihat dua insan disampingnya. Mereka sudah baikan?
"Gue izin kerumah Jaya ya! Nanti pulangnya dianterin sama Jaya" Raina memukul pundak Jaya keras. Sontak saja Jaya mengaduh dan memegang pundaknya yang kena pukul.
"Kok dipukul si Rai!" Protes Jaya. Ia mengusap pelan pundaknya.
Raina hanya cengengesan tak berdosa. Ia kembali menatap abangnya. "Boleh ya!"
Reyhan menghela nafas, kemudian mengangguk. "Pulangnya jangan kemaleman." Pesannya.
"Oke! Siap abang sayang! Ayo Jay!" Raina tersenyum senang. Ia membentuk hormat dihadapan Reyhan. Kemudian kembali menepuk pundak Jaya agar berjalan.
"Aduh! Duluan bang! kak!" Jaya mengaduh sebentar. Kemudian Ia menutup helm nya. Menundukkan kepala kala melewati Reyhan dan Tasa.
"Adek lo lucu ya." Ucap Tasa sambil memperhatikan kepergian Raina dan Jaya.
Reyhan hanya tertawa pelan. Kemudian Ia melajukan motornya.
"Harta paling berharga."
~
Tue, Jul 19-22
10.27
-nightmare
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Teen FictionTidak ada yang mudah didunia ini, semuanya sangat sulit. Jika ingin yang mudah dan menyenangkan, maka kamu harus berjuang dulu. -Sun, Jun 26-22 -6.36 End -Mon, Oct 24-22 -8.10