~Senin pagi adalah hari yang paling dibenci semua murid SMA Kencana. Mereka harus berangkat pagi dan berjemur bersama guna melaksanakan upacara rutin setiap senin pagi.
Tak terkecuali Tasa yang sudah berangkat duluan. Ia sudah siap dengan atribut lengkapnya. Mulai dari topi, dasi sampai ikat pinggang. Ia berdiri didepan kelas, celingukan mencari seseorang.
Tak lama, Haja datang. Ia menyapa Tasa, setelah itu masuk menaruh tas dan mengambil topinya didalam tas. Kemudian keluar menghampiri Tasa yang berdiri didepan kelas. "Nunggu siapa?"
Tasa menoleh sekilas kearah Haja. "Reyhan. Dia emang ngga pernah ikut upacara ya?"
Haja berfikir sebentar mengingatnya. "Pernah, tapi habis itu langsung pingsan."
"Hah? Serius?" Tasa terkejut mendengarnya. Ia menoleh cepat pada Haja.
"Serius." Jawab Haja enteng.
"Kalo Fendi?"
"Fendi? Upacara? Hal yang mustahil. Dia selalu bolos kalo upacara." Tasa tampak berfikir. Selama sekolah disini. Ia memang belum pernah melihat dua insan tersebut berada di barisan upacara. Maka dari itu Ia bertanya pada Haja. "Yaudah sama gue aja Sa, ayo."
Tasa menurut. Ia mengangguk, kemudian berjalan bersama Haja ke lapangan. Disana sudah banyak murid berbaris. Semuanya memakai atribut lengkap, namun pasti ada yang tidak memakai atribut lengkap dan sembunyi. Tapi percuma, nanti jika osis memeriksa maka semuanya akan berbaris, dibarisan khusus.
Reyhan baru saja sampai disekolah. Ia berjalan sendirian dikooridor sekolah. Disini masih banyak murid-murid yang berjalan kesana kemari, karena upacara belum dimulai. Reyhan menatap seluruh murid yang berbaris disana. Ia ingin sekali bergabung. Ingin sekali nekat, berlari dan berbaris disana. Namun, mengingat kondisinya, apakah mampu?
Sesampainya dikelas, Ia masih bimbang. Kata hati nya menginginkan Ia gabung bersama yang lain. Namun pikirannya terus berkata tidak dan menampilkan resiko-resiko yang akan terjadi jika Ia gabung bersama teman yang lainnya.
Tapi sekolahnya hanya tersisa beberapa minggu lagi, dan yang efektif nya hanya tersisa beberapa hari lagi, karena akan banyak ujian. Haruskah Ia egois juga untuk kali ini?
Kakinya perlahan berjalan keluar kelas. Atribut nya sudah lengkap, Ia hanya tinggal bergabung saja. Tepat didepan pintu, Ia berpapasan dengan Fendi yang akan masuk kelas. Mereka diam dan saling tatap.
"Mau ngapain lo? Upacara?" Fendi terkekeh remeh. Ia menatap Reyhan dari bawah sampai atas. Tatapannya benar-benar meremehkan. "Semoga ga tumbang ya!" Ucapnya lalu menyingkir dari hadapan Reyhan.
Reyhan tak menggubris. Ia kali ini nekat mengikuti upacara. Entah apa yang akan terjadi nanti, sebisa mungkin Ia akan bertahan sampai upacara selesai. Ya, semoga saja Ia tahan tidak tumbang.
Raina yang sudah siap pada barisan, terkejut melihat Reyhan bergabung pada barisan. Ingin menghampiri dan memarahinya namun upacara akan segera dimulai. "Aneh-aneh mulu tu manusia!" Gerutunya.
Jaya yang disampingnya menoleh karena mendengar nya berbicara. Ia mengikuti arah pandang Raina. Reyhan. Ia juga terkejut melihatnya. "Rai, abang lo udah sembuh?" Tanya nya polos.
Raina menoleh cepat. Ia membisikkan sesuatu pada Jaya. "Sembuh apanya, tambah parah iya. Emang sukanya aneh-aneh tu manusia."
Jaya mengangguk paham. Interaksi mereka dilakukan tanpa sadar, padahal mereka belum sepenuhnya baikkan. Dan hal yang terjadi selanjutnya adalah rasa canggung. Reflek, Raina menutup mulutnya dengan tangan karena tanpa sadar memberi tahu Jaya. Dan Jaya, Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Teen FictionTidak ada yang mudah didunia ini, semuanya sangat sulit. Jika ingin yang mudah dan menyenangkan, maka kamu harus berjuang dulu. -Sun, Jun 26-22 -6.36 End -Mon, Oct 24-22 -8.10