~Lagi-lagi waktu istirahat Rey tidak bisa dinikmati, kemarin karna Ia harus ke ruang BK dan sekarang harus kekantor. Kalau begini, Ia takut akan drop lagi.
Dengan langkah lesu Ia masuk kedalam kelas yang sudah ramai. Semua murid menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Sebab, Rey itu murid emas nya SMA Kencana, dan sangat jarang sekali mendapatkan kasus atau masalah apapun. Bahkan bisa dibilang tidak pernah. Namun secara tiba-tiba namanya dipanggil dan disuruh kekantor. Hal yang tidak biasa bukan?
Rey tidak peduli dengan semua tatapan tanya itu. Ia tetap berjalan kearah bangkunya. Dimana, di sana sudah ada Tasa yang tertawa karena lawakan Fendi. Tawanya sangat lepas, sampai gadis itu tak sadar bahwa Rey telah datang dan berdiri di sampingnya.
Rey diam menatap dua insan yang tertawa tersebut. Ia ingin segera duduk, namun sungkan karena Tasa terlihat sangat bahagia. Ia takut mengganggu.
"Sa, Reyhan mau lewat tuh." Haja yang sejak tadi memperhatikan Rey dari pintu masuk ber ujar. Tidak, Ia tidak ikut tertawa bersama Fendi dan Tasa, Ia sibuk belajar karena setelah ini akan ada ulangan harian.
Tasa tersentak. Tawa nya berhenti begitu saja. Kemudian Ia menoleh, dan benar saja Reyhan telah berdiri menjulang di sampingnya. "Eh Rey, maaf gue ngga sadar lo udah datang."
Reyhan tersenyum canggung. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ngga apa apa." Lalu Ia duduk di bangku nya.
Fendi, Ia langsung menatap Reyhan tak suka. Ia anggap Reyhan sangat mengganggu.
"Ini makan, kalo makan bekal lo, gue yakin waktunya ngga akan cukup." Tasa mengeluarkan sebuah roti untuk Reyhan. Gadis itu dengan tulus memberi dan tersenyum.
Reyhan mengerjap. Tak segera menerima pemberian Tasa.
"Ambil Rey, ngga apa apa. Nanti gantinya, kita ke dermaga ya." Seru Tasa. Ia menyodorkan kembali roti tersebut.
"Terimakasih." Reyhan mengambilnya. Ia tersenyum, lalu mulai membuka bungkus roti tersebut dan memakannya.
"Sama sama."
Fendi benar-benar kesal. Ia kira waktu lima hari sudah cukup untuk mengambil hati Tasa. Nyatanya gadis itu tetap pada pendirian nya.
~
Ini sudah hari kelima setelah kejadian itu. Dimana seorang gadis mengaku bahwa Ia adalah calon istri seorang Danendra Wijaya. Dan hubungan antara dua insan itu semakin renggang.
Raina sangat tahu diri, jika harus menjauh. Sebab Ia tahu, gadis bernama Lexa itu lebih unggul dari segi apapun. Kecantikan, materi, semuanya. Raina mengaku kalah dengan itu semua.
Tapi jika dibandingkan dengan siapa yang lebih kenal Jaya, maka Raina lah pemenangnya. Lexa tidak ada apa apanya.
Tempat duduk mereka pun kini berpisah. Raina memilih duduk di bangku paling belakang yang masih kosong. Meninggalkan Jaya di tempat duduk nomor tiga dari depan. Tapi mereka masih satu barisan, yaitu barisan bangku dekat jendela.
Saat istirahat maupun pulang, selama lima hari ini tidak ada acara kejar-kejaran Raina dan Jaya. Menjadi sesuatu yang kurang di sekolah ini. Semua murid menyadari ada yang tidak beres dengan pasangan murid emas SMA Kencana tersebut. Mereka semua menebak nebak apa yang terjadi, tapi tidak ketemu apa apa. Masalah ini hanya Raina dan Jaya yang tahu. Bahkan Reyhan yang satu rumah dengan Raina pun tidak tahu.
Langkah Raina berhenti di depan pintu berhadapan dengan seseorang yang selama lima hari ini Ia hindari. Ia baru saja kembali kekelas setelah dari kantin. Badannya membeku, ingin cepat-cepat pergi namun sulit. Seolah sepatunya tertempel pada lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Teen FictionTidak ada yang mudah didunia ini, semuanya sangat sulit. Jika ingin yang mudah dan menyenangkan, maka kamu harus berjuang dulu. -Sun, Jun 26-22 -6.36 End -Mon, Oct 24-22 -8.10