Bab 8

4 1 0
                                    


~

"Assalamualaikum Hana."

"Waalaikum salam Rey! Rey lo kemana tadi ngga masuk? Gue tanya Raina katanya lo sakit. Lo sakit apa kalau boleh tahu?" Tasa segera merundung Reyhan dengan beberapa pertanyaan.

Namun, yang didengar hanya suara kekehan di sebrang sana.

"Rey? Kok lo ketawa? Gue serius tanyanya." Ucap Tasa dengan sedikit kesal.

"Gue lagi bayangin wajah lo yang marah-marah, Han. Pasti lucu."  Ucap Reyhan enteng. Sangat enteng malah! Karena Ia tidak berfikir akibat dari ucapannya tersebut.

Gadis di sini, yang sedang telfonan dengannya, merona! Mati-matian menahan teriakkan yang siap keluar kapan saja dari mulut kecilnya.

"Ng-ngga ada yang lucu Rey!" Jawab Tasa. Sialnya kenapa suaranya tergagap. Argh! Ia merutuki dirinya yang tak bisa menahan salah tingkahnya.

Reyhan masih dengan tawanya. Kemudian berhenti. Ia sebenarnya tidak suka dengan topik ini. Maka dari itu, Ia mengalihkan dengan menganggapnya lelucon.

"Tadi ada pelajaran apa disekolah? Lo nyatat materinya kan?" Tanya Reyhan. Ia mulai mengalihkan topik. Enggan menjawab pertanyaan Tasa.

"Nyatet kok. Besok gue bawain." Ucap Tasa.

"Besok kan minggu, Han." Plak! Tasa menepuk jidatnya kesal. Bisa-bisanya Ia lupa! Wah, pasti ini efek samping salah tingkah.

"O-oh iya, gue lupa." Ucap Tasa diakhiri kekehan bodoh. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Brak!

Pukulan keras dari arah pintu membuat Tasa terlonjak kaget. Ia menatap pintu itu tajam. Mengganggu saja!

"Yaudah Rey, udah dulu. Gue mau nonton drama." Ucap Tasa. Lalu tanpa menunggu balasan Reyhan Tasa segera mematikan sambungan sepihak.

Ia kemudian melangkah mendekat pada pintu. Kemudian membuka nya kasar.

Bruk! Seorang laki-laki jatuh tepat di hadapannya. Mata Tasa semakin melebar. Ia menatap tajam sekaligus kesal pada laki-laki di bawahnya.

"Tasa sayang. Biarin Papa sama pacar Papa tidur disini sebentar ya." Ucap Galang dengan nada mabuknya. Seorang perempuan dengan dres merah sebatas lutut itu membantu Galang untuk berdiri.

"Maaf, Tasa. Papa kamu udah mabuk berat. Bisa bantu saya?" Ucap perempuan itu. Ia mencoba mengangkat Galang, namun berat badan Galang tak sepadan dengan berat tubuhnya.

Tasa berdecak sebal. Ia dengan terpaksa membantunya. Namun, hanya menyingkirkannya dari pintu kamarnya. Lalu menutup kembali pintu kamarnya dan mengunci.

"Ck! Udah tua! Masih aja main." Gerutu Tasa. Bohong jika hatinya tak teriris melihat itu. Keluarga yang sangat hancur.

Ting!

Suara nontifikasi mengalihkan atensi nya. Senyumnya luntur berharap itu adalah Reyhan.

Namun nahas nya bukan. Itu dari sang Mama.

Mama:
Tasa, mau Papa baru ngga?
Ini lebih baik dari pada Papa kandung kamu.

"Goblok!" Ucap Tasa spontan. Ia hanya membaca pesan tersebut tanpa mau membalas. Kadang Ia berpikir, salah apa Ia di kehidupan sebelumnya? Kenapa Ia bisa mendapatkan kedua orang tua yang sangat brengsek seperti ini.

Sungguh Tasa tak habis pikir.

Tok tok Tok

"Tasa! Papa kamu saya tinggal di sini ya! Saya mau pulang!" Teriak seorang perempuan dari luar pintu kamar.

Hope NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang