~Dua remaja seumuran itu duduk memandang langit biru yang cerah. Angin menyapu wajah keduanya, membuat rambut mereka berterbangan.
Raina, Ia mengajak Jaya untuk pergi ke roof top sekolah, katanya ada yang mau dibicarakan.
Jaya hanya menurut. Sejak pagi, gadis ini tidak banyak bicara. Ia hanya bicara seperlunya, tidak seperti biasanya.
"Jaya." Panggil Raina dengan pandangan tetap kedepan. Kakinya lurus kedepan, tangannya menopang kebelakang.
"Apa?" Balas Jaya, Ia duduk bersila disamping Raina. Menunggu gadis ini berbicara.
"Lo masih mau temenan sama gue? Setelah lo tahu kalo keluarga gue hancur?" Tanya Raina, kali ini menatap Jaya yang juga menatapnya.
Jaya diam. Ia memperhatikan dalam manik mata Raina. Ada kesedihan yang sangat dalam di sana. Kemudian Ia mengangguk yakin. "Mau."
"Kenapa?" Tanya Raina penasaran.
"If we go down, we go down together. Because we are friend." Ucap Jaya meyakinkan. Ia tersenyum tulus pada Raina. "And I like you."
Raina tersentak. Entah kenapa hari ini rasanya berbeda. Jaya sudah sangat sering mengatakan empat kata itu. Tapi rasanya hari ini berbeda. Jantungnya langsung berpacu lebih cepat.
Jaya masih setia tersenyum pada Raina. Kemudian tangannya meraih kepala Raina dan menyandarkan pada bahunya. Tangannya merangkul Raina, mengusap lengannya pelan. Aroma rambut Raina sangat candu. Wangi stroberi yang sangat khas, menjadi favoritnya.
"Rai, kalo ada orang yang jahat sama lo. Yang bikin lo nangis dan terluka, bilangin ke gue ya. Biar gue bales orang itu dua kali lipat dari apa yang telah dia lakuin ke lo." Jelas Jaya panjang lebar.
Raina terkekeh. Ia sedikit terhibur dengan Jaya. Memang Jaya adalah pelarian ternyaman yang Ia punya.
"Sekalipun itu keluarga gue? Abang gue?" Tanya Raina masih di pelukan Jaya.
"Selama lo minta, gue bakal turunin." Ucap Jaya penuh keyakinan.
"Atau bahkan, itu lo sendiri?"
"Iya!"
"Gimana caranya?"
"Ya gue akan pergi dari hidup lo. Karena itu, adalah satu-satunya cara agar gue bisa sakit dan luka secara bersamaan."
~
"Rey, bekal lagi ya." Tasa melihat Reyhan yang mengeluarkan kotak bekalnya. Harusnya sisa nasi goreng tadi, tidak usah Ia kasih pada Galang. Harusnya Ia bawa tadi, untuk makan bersama Reyhan di kelas.
"Iya." Balas Reyhan kemudian membuka bekal tersebut. "Mau?"
Tasa menggeleng.
"Ayo nona manis." Ajak Fendi yang sudah siap berdiri. Ia menatap tak suka pada interaksi Tasa dan Reyhan.
"Rey. Lo bawa bekal lo, kali ini aja kita makan dikantin." Ucap Tasa menutup kembali bekal Reyhan yang akan dibuka.
"Ck! Kita bertiga kayak biasanya aja nona manis. Biarin aja dia." Sergah Fendi. Lama-lama Ia tidak tahan juga. Sang pujaan hati dekat dengan orang yang Ia benci.
Tasa tak merespon. Ia masih setia memandang Reyhan.
Reyhan menatap Fendi sinis. Kemudian Ia tersenyum pada Tasa. Lalu mengangguk. Ia akan makan di kantin hari ini, dengan bekal yang selalu Ia bawa dari rumah.
Fendi semakin naik pitam. Ia tidak suka orang ini ikut campur. Tasa itu miliknya! Reyhan tak boleh ambil bagian barang sedikit pun!
"Kalo gitu gue duluan." Ucap Fendi. Jika berlama-lama di sini Ia bisa lepas kontrol. Ia tidak ingin Tasa mengetahui sifat aslinya. Lebih baik Ia menghindar sekarang. Ia akan urus Reyhan nanti pulang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Teen FictionTidak ada yang mudah didunia ini, semuanya sangat sulit. Jika ingin yang mudah dan menyenangkan, maka kamu harus berjuang dulu. -Sun, Jun 26-22 -6.36 End -Mon, Oct 24-22 -8.10