Bab 1

8 1 0
                                    


~

Langkah riang Tasa ketika memasuki kelas yang masih sepi. Ia berjalan pada bangkunya.

Langkahnya terhenti kala netranya menatap Reyhan yang sedang tidur dengan menelungkupkan kepala.

Bibirnya langsung tersenyum. Ia kira Ia sudah berangkat paling pagi, tapi ternyata sudah ada Reyhan si murid emas SMA Kencana.

"Rey!" Tangannya terulur menepuk pelan pundak Reyhan.

Reyhan bangun, Ia menegakkan badannya perlahan. Mata sendunya menatap Tasa.

"Selamat pagi!" Sapa Tasa masih dengan senyuman.

Reyhan tersenyum. "Pagi."

Setelah itu Tasa duduk dibangkunya. Ia menaruh tas nya diatas meja. Kemudian menatap Reyhan yang juga menatapnya.

Tak lama Tasa menyadari wajah Reyhan yang pucat. "Rey! Lo sakit? Kok pucat gitu wajahnya?"

Reyhan diam. Senyumnya luntur, namun sedetik kemudian Ia kembali tersenyum dan menggeleng. "Engga, gue ngga apa apa."

"Beneran?" Tanya Tasa lagi memastikan.

"Iya, Hana." Ucap Reyhan meyakinkan.

Tasa diam mendengar nama panggilan yang diberikan Reyhan. Hana. Baru Reyhan lah yang memanggilnya seperti itu.

"Lo, panggil gue Hana?" Tanya Tasa. Ia agak ragu menanyakan sesuatu yang tidak begitu penting.

"Iya, kenapa?" Tanya Reyhan. Wajahnya bertanya-tanya.

"Ya ngga apa apa si, cuma lo doang yang manggil gue nama belakang. Jadi, agak aneh aja." Ucap Tasa jujur.

Reyhan tersenyum. Ia menatap netra hitam itu dalam. "Anggap aja, itu panggilan special. Dari gue temen sebangku lo".

Tasa mematung. Ia diam menatap mata Reyhan yang menatapnya dalam. Pipinya sukses memerah.

Reyhan tersenyum, memperlihatkan giginya yang rapih dan putih. Ia melihat rona wajah di wajah Tasa. Lalu tertawa keras.

"Wajah lo merah Han!" Tunjuknya.

Tasa yang langsung sadar, menahan  malu mati-matian. Ia mengerjap, kemudian menutup pipinya dengan kedua tangan. Lalu menelungkupkan wajahnya pada meja.

"Reyhan sialan!"

Reyhan menghembuskan nafas lega. Jujur sejak tadi jantungnya berdetak sangat kencang.

Semalaman Ia belajar, cara untuk mencoba bersosialisasi dengan baik, dan syukurlah hari ini berhasil.

~

"Gue menang kali ini Rai!" Jaya berlarian sepanjang kooridor yang sudah ramai orang berlalu lalang. Ia baru saja melewati Raina yang sedang mengatur nafas.

"Curang! Gue ngga terima!" Raina berteriak. Kemudian Ia menyusul Jaya yang semakin menjauh kearah kantin.

Semua itu tak lepas dari pandangan orang-orang sekitar, dua bocah yang sama-sama duduk di kelas sebelas. Mereka memang sangat terlihat akrab, bahkan ada yang mengira mereka pacaran. Padahal cuma teman.

Tapi ke akrab-an mereka terlihat lebih dari seorang teman. Jaya yang selalu perhatian dan Raina yang selalu membuat nyaman. Keduanya terlihat serasi.

"Tuh kan! Gue lagi yang menang Jay!" Raina bersorak riang. Seluruh mata menatap dua insan tersebut.

"Karena gue kasih kesempatan", balas Jaya dengan wajah tak terima akan kekalahan. Ia kemudian berjalan mencari kursi yang masih kosong untuknya dan Raina.

Hope NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang