~Hari libur kemarin hanya dihabiskan belajar dan belajar oleh dua saudara ambis itu. Reyhan yang terus berusaha keras agar nilai nya tidak turun. Dan Raina yang tidak mau kalah taruhan dengan Jaya.
Hari ini adalah hari pertama mereka melakukan ujian. Yang Reyhan ujian kelulusan dan Raina ujian kenaikan kelas.
Dua orang tersebut sudah duduk di bangku kelas mereka masing-masing. Seperti biasa mereka berangkat paling awal, sambil menunggu teman yang lain dan guru pengawas, mereka mengulang pelajaran semalam.
Setiap ujian semua murid harus duduk sendiri-sendiri. Disini Reyhan bersyukur Ia tidak harus duduk dengan Tasa. Karena Ia sendiri masih terlalu takut dan malu untuk berhadapan dengan gadis itu. Walaupun Ia sangat ingin meminta maaf dan meluruskan semuanya, namun nanti saja. Ia ingin fokus ujian dulu.
Waktu terus berjalan dan kelas semakin ramai. Sampai ada di mana waktu terasa berhenti kala Tasa masuk kelas dan duduk pada bangku di sebelah Sabrina.
Jadi posisi duduknya, mereka berada di barisan tengah dari depan, di samping Reyhan ada Sabrina, dan di samping Sabrina ada Tasa.
Diam-diam Reyhan melirik Tasa yang datang dengan pandangan kosong. Sampai gadis itu duduk dan menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan di atas meja.
Reyhan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan gadis itu. Namun, Ia hanya bisa menyimpan pertanyaan itu, tanpa bisa tersampaikan.
"Rey!" Sabrina yang berada di sebelahnya menutupi pandangannya. Wajah gadis itu memenuhi pandangannya sekarang.
"Ya?" Reyhan tersadar dari lamunannya. Ia mengerjap, kemudian mengalihkan atensinya ke arah Sabrina.
"Ini materi yang ini, lo paham ngga?" Tanya Sabrina. Matanya menatap Reyhan penuh binar.
Reyhan melihat arah tangan Sabrina pada bukunya. Kemudian cowok itu menjelaskan dengan telaten.
Tasa mendengar semua. Ia tidak benar-benar tidur. Ia hanya lelah dengan semuanya.
Entah mengapa, ketika Ia akan menurunkan egonya dan meminta maaf duluan kepada Reyhan ada saja sesuatu yang membuatnya harus berpikir dua kali.
Apakah hubungannya dengan Reyhan harus berhenti begitu saja?
~
"Serius amat neng belajarnya. Ngga mau kalah taruhan ya.." Jaya datang, dan menggoda Raina. Wajah jahil nya sangat mengganggu konsentrasi Raina.
Plak!
Buku yang dibuat belajar oleh Raina sekarang sudah melayang memukul kepala Jaya. "Ganggu aja." Ketus Raina.
Jaya mengaduh dan mengusap kepalanya yang kena pukul. "Galak banget si Rai."
Jaya kemudian duduk pada bangkunya. Saat ujian duduk harus sesuai absen. Jadi mereka berdua tidak bisa bersebelahan.
Raina kembali fokus belajar, namun baru saja Ia mulai fokus bunyi ponsel mengalihkannya. Ia melirik layar yang otomatis menyala itu. Menampilkan pesan dari seseorang.
Jaya
Setelah mama, papa juga pengen ketemu lo, nanti pulang sekolah.Raina menatap Jaya yang duduk di barisan kedua dari depan. Cowok itu tak menoleh, malah fokus pada buku di depannya.
Raina menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia hanya sedikit takut. Tapi semoga tidak terjadi apa-apa. Yaa, semoga.
~
Reyhan menghela nafas lega. Akhirnya ujian hari ini selesai. Ia membereskan alat tulis nya dan bersiap keluar kelas. Baru saja berdiri, badannya tiba-tiba terhuyung. Sontak saja membuat perhatian kelas terpusat padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not
Ficção AdolescenteTidak ada yang mudah didunia ini, semuanya sangat sulit. Jika ingin yang mudah dan menyenangkan, maka kamu harus berjuang dulu. -Sun, Jun 26-22 -6.36 End -Mon, Oct 24-22 -8.10