Bab 3

8 1 0
                                    


~

"Rey!" Panggilan seseorang membuat dua bersaudara yang baru saja tiba disekolah itu kompak menoleh kebelakang.

Dilihatnya seorang gadis yang baru saja memasuki gerbang sekolah dengan berlari kecil menghampiri keduanya.

Reyhan menatapnya berbinar dan penuh rasa suka. Cowok itu tersenyum kearah Tasa yang juga baru datang.

Raina memperhatikan keduanya. Ia tersenyum tak percaya dengan tingkah abangnya yang terlihat sangat senang ketika Tasa datang. Sangat sekali kelihatan jika Reyhan menaruh rasa pada gadis itu. Namun pertanyaannya, apakah Tasa menyadarinya?

Setelah sampai, alis Tasa mengerut. Ia menatap gadis disamping Reyhan. Seolah bertanya siapa dia?

Reyhan yang paham pun menjelaskan. "Kenalin, dia Raina. Adik gue."

Tasa bernafas lega. Ia sudah memikirkan yang tidak-tidak tadi. Ternyata hanya adiknya. But wait.

"Adik kandung?"

Raina melotot tak percaya mendengar pertanyaan Tasa. Ia tak habis pikir. Mereka ini hanya selisih satu tahun, apakah sangat terlihat berbeda. Baru kali ini Ia dikira adik tiri oleh orang asing. Biasanya orang selalu memirip-mirip kan keduanya.

"I-iya", jawab Reyhan sedikit gugup. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedikit aneh dengan pertanyaan Tasa.

Tasa kembali menghela nafas lega. Ternyata beneran adik kandung. Ia benar-benar tidak merasa canggung atau malu setelah menanyakan itu. Berbeda dengan orang yang ditanya.

"Kenalin kak! Gue Raina", ucap Raina dengan mengulurkan tangan.

"Tasa, tapi Reyhan manggil gue Hana", balas Tasa ramah. Ia membalas uluran tangan Raina penuh kehangatan.

Raina menampilkan wajah tak percayanya. Ia memang sudah mengetahuinya, Ia hanya terkejut karena Tasa menganggapnya special.

Reyhan hanya memperingati Raina lewat mimik wajahnya, peringatan untuk Raina agar menutup mulut.

Tasa melepas jabatan keduanya. Lalu ketiga remaja itu melanjutkan langkah mereka sampai kelas.

Raina yang sampai duluan, karena Ia kelas sebelas. Kelasnya terletak didekat tangga.

Sedangkan kelas dua belas berada paling ujung. Barisannya dari ujung sampai empat kelas kebelakang. Mereka berada di gedung yang sama.

Sesampainya dikelas. Dua remaja beda gender itu langsung duduk di tempatnya.

"Rey!" Tasa membuka pembicaraan. Ia menaruh tasnya diatas meja. Ia akan menaruh tasnya dibawah kaki kursi ketika guru sudah masuk.

"Ya?" Balas Reyhan Ia menatap wajah elok Tasa.

"Kenapa lo suka banget berangkat sekolah sepagi ini?" Tanya Tasa dengan senyuman ramah. Entahlah, bersama Reyhan hawanya ingin tersenyum terus.

Reyhan diam berfikir. Ia kemudian mengintip jendela kelas, melihat suasana sekolah yang masih sepi. Hanya ada satu, dua murid yang sedang berjalan kekelasnya masing-masing.

"Suka sama suasananya. Nenangin." Balas Reyhan. Kemudian kembali menatap Tasa yang ternyata menatapnya intens, dengan tatapan berbinar.

Jantung Reyhan langsung berdetak dua kali lipat. Ia terpaku dengan tatapan itu. Tatapan yang Tasa berikan. Ia sampai tidak berkedip sedetik pun.

Tasa masih mempertahankan kontak mata intens itu. Jantungnya pun sama berdetak tak karuan. Ia sudah bisa pastikan kalo wajahnya kini sudah memerah.

"Kayak senyum lo dong, nenangin", balas Tasa dengan senyuman.

Hope NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang