Esoknya, seperti biasa, Rena hendak berangkat kuliah karena ada kuliah pagi. Ia pun terlihat tergesa-gesa. Dan seperti biasa pula, Aria menunggu dengan santai di saung sambil minum teh hangat favoritnya.
"Aria, maaf menunggu, ayo berangkat sekarang!" kata Rena dengan buru-buru. Aria garuk-garuk kepala melihat kelakuan temannya itu.
"Sudah siap? Oke, mari kita-"
"Tunggu dulu!" kata seseorang dari jauh yang berjalan menghampiri mereka berdua. Ya, Fani.
"Eh? Kenapa Kak?" tanya Rena polos.
"Kamu mau berangkat kuliah? Aku saja yang antar!" kata Fani. Aria pun dibuat kaget olehnya.
"Kau yakin? Jam segini kadang macet loh. Kau biasa pergi dengan mobil kan?" kata Aria.
"Makanya, kesinikan kunci motor yang kemarin kita buat, cepat!" kata Fani.
"Eh? Kau yakin?" kata Aria, memastikan.
"Sudah cepat, keburu telat nih!" kata Fani. Aria yang tak bisa apa-apa lalu memberikan kunci motor itu ke Fani.
"Ayo, Rena! Tenang saja, gaya nyetirku ngga sebrutal dia, kok," kata Fani sambil mengarahkan matanya ke Aria.
"Eh?! Maksudmu?!" kata Aria, tersinggung.
"Oke Kak Fani, ayo berangkat!" kata Rena. Mereka berdua pun berangkat ke kampus Rena dengan motor baru yang dibuat Aria kemarin.
"Hadeh, ada-ada saja," kata Aria yang kembali duduk di saung sembari menyeruput teh hangatnya.
"Aduh sudah dingin... tambahin air panas~" katanya yang berjalan ke dapur.
Fani dan Rena akhirnya sampai di kampus tempat kuliah Rena.
"Nah sudah sampai nih! Hehe," kata Fani. "Gimana nyetirku, enak kan?"
"Hehe, tidak sebrutal Aria sih, Kak Fani hebat!" kata Rena. Rena kemudian merogoh saku dan melihat ponselnya.
"Yah! Kelas diundur satu setengah jam?! Terus buat apa aku buru-buru..." kata Rena, meratapi ponselnya.
"Wah, lama sekali... Kalau gitu, boleh aku ikut masuk? Aku ingin lihat kampusmu," kata Fani.
"Boleh! Ayo Kak, temani aku," kata Rena. Mereka berdua pun berjalan masuk ke kampus. Fani terpukau dengan kampus Rena yang bagus dan memiliki fasilitas lengkap.
"Beruntung sekali kamu bisa kuliah disini, Rena. Pasti biayanya mahal sekali," kata Fani. Rena pun hanya bisa terkekeh olehnya. Mereka berdua pun berpapasan dengan dua saudara yang jadi teman Rena di kampus ini. Brenda dan Carla.
"Hai Brenda," kata Rena.
"Heii Renaa. Kelas diundur yah? Hahaha," gelaknya.
"Hehe, begitulah," kata Rena.
"Kalo gitu sambil nunggu, ayo kita nunggu di cafeteria bareng," kata Carla.
"Ide bagus, Ayo-"
"Halo Brenda. Inget aku?" kata Fani menyapa Brenda.
"LOH?! KAK FANI?! KOK BISA DISINI?!" pekik Brenda yang kaget.
"Loh kok ada Kak Fani?" kata Carla heran.
"Loh, kalian bertiga saling kenal?" kata Rena yang bingung. Mereka berempat pun saling pandang.
Sampailah di cafeteria, mereka pun berbincang sambil minum.
"Oh gitu, jadi kalian ini sepupunya Kak Fani?" kata Rena, yang mulai paham situasi yang terjadi.
"Betul! Dan kami juga sudah lama tidak bertemu. Kamu apa kabar, Brenda?" kata Fani.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number Eleven
FanfictionThis is a fanfiction from didiwalker's KOSAN 95! Aria, pemuda sebatang kara yang bekerja sebagai montir di sebuah bengkel, bertemu dengan kesempatan untuk menemui wanita yang berharga dalam hidupnya. Tapi sebelum itu, Ia harus memasuki tempat baru...